Janji? Gue sendiri masih ngga tau kenapa gue harus janji dengan ghina perihal nembak fiana. Gue juga masih gapaham maksud dari ghina yang memaksa gue untuk janji seperti itu. Walaaupun kalo gue harus jujur tentang perasaan gue,gue udah mulai nyaman dengan sosok fiana yang sudah menemani gue hampir setahun ini.
Tapi apakah gue harus meresmikan hubungan ini demi menepati janji gue? Entah, yang jelas gue memiliki dua problema di otak gue,yaitu menembak fiana karena emmang gue benar benar sayang kepada dia, atau karena gue ingin menepati janji gue kepada ghina.
Juni 2011
Pagi itu nampaknya gue agak bersemangat dibanding biasanya ketika gue ditetapkan sebagai mahasiswa baru suatu kampus di Bandung. Setelah gue mengabari keluarga gue,mereka pun menyambut berita baik itu dengan hangat dan terlihat sangat senang.
Jam di dinding kamar gue pun masih menunjukkan pukul 8 pagi ketika gue mendapatkan berita bahwa gue lulus di perguruan tinggi tersebut dan dikarenakan waktu yang masih terbilang pagi hari bagi seorang pengangguran seperti gue, gue akhirnya memutuskan untuk tidur kembali demi mencegah kegabutan di pagi hari ini.
Entah berapa lama gue kembali tertidur,gue akhirnya kembali terbangun dalam tidur ini dikarenakan kepala gue sedikit pusing akibat efek tidur berkepanjangan ini. Beberapa saat kemudian, gue mulai tersadar dan mendapati ada dua sosok yang sedang asyik bermain ps di kamar gue.
“lo berdua nih ya, gue berasa kamar gue jadi buat tiga orang kalo gini”
“elu udah gue bangunin nyet,lo aja tidur kayak orang mati” ujar niko
“lo mau ngapain kesini emang?”
“yakali keterima ptn ga dirayain?” sahut rey nyeletuk
“hahaha tai,lo dapet juga rey?”
“dapet kokk,kita sekampus lagi hahaha. Si niko keterima yang di depok tapi”
Tiba tiba gue langsung mencari hp gue dan mencari kontak fiana dan mencoba untuk mengechatnya dan memberitahu kalo gue diterima di kampus tersebut.
“sampe kapan lo mau kayak gini ron?” sahut rey yang tiba tiba melihat gue sedang asik chat dengan fiana
“apanya?”
“status lo. Lo gamau nembak fiana?”
Gue mengkerutkan kening gue sambil mencoba memikirkan kata kata dari rey barusan
“apa sekarang aja ya?”
“yakin lo sekarang?” tanya rey
“ya lo mah,tadi nyuruh gue nembak,sekarang malah bikin ngedown. Mau lo apaan?”
“hahaha ga gitu ron,kalo lo yakin sikat lah. Gue pengen ngeliat orang kayak lo kalo pacaran gimana soalnya”
“maksud lo?”
“ya orang macem lo bakalan setia apa engga kalo pacaran hahaha”
“kalo gue jadi jalan hari ini lo pada mau kemana?”
“ya di kamar lo lah sampe lo balik.paling kalo bosen gue ke tongkrongan sama niko,terus gue balik lagi kesini”
“tenang ron,kunci kamar lo udah gue duplikatin sama niko. Kurang kunci rumah lo aja” sahutnya sambil memamerkan kunci duplikatnya
“otak sinting,lo kira kamar gue kos kosan apa?yaudah gue mau mandi,jam 4 gue jadi jalan nih”
Gue pun langsung menuju kamar mandi dikarenakan jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Setelah selesai bersiap siap dengan rapih,gue pun langsung turun menuju kebawah untuk memanaskan mobil gue.
“goodluck ye,gue mau ke tongkrongan dulu aja. Kabarin kalo lo udah balik” sahut rey yang langsung pergi bersama niko
Gue pun langsung mengabari fiana bahwa gue sudah berada di jalan dan memacu mobil gue langsung menuju rumahnya. Lagi lagi waktu gue pun harus gue habiskan di jalanan Jakarta ini dikarenakan macet yang tidak bisa gue hindari lagi.
Sebelum gue menuju rumah fiana,gue memutuskan unntuk pergi ke suatu mall di Jakarta dan membelikan suatu barang untuk fiana demi melancarkan urusan gue hari ini.
Sesampainya disana,gue langsung menelfon fiana dan memberitau bahwa gue sudah sampai. Jantung gue pun mulai berdetak cukup cepat selagi gue menunggu sosok fiana yang masih berada di rumahnya untuk berdandan. Tanpa tersadar,sudah 3 batang rokok gue habiskan hanya untuk menunnggu sosok fiana yang belum gue lihat batang hidungnya tepat di hadapan gue.
“udah lama kamu ron?maaf ya lama. Aku bingung kamu suruh rapih jadi milih milih bajunya lama hehehe”
Sosok fiana pun sudah berada tepat di hadapan gue. Deengan dress berwarna merah diatas lutut dan sebuah high heels yang gue taksir berukuran 4 cm ikut menghiasi kakinya. Tak lupa,dia menambahkan sedikit make up tanpa mengurangi kecanntikan di wajahnya.
“gapapa kok,yaudah yuk udah sore. Langsung jalan aja ya?”
Gue pun langsung membukakan pintu penumpang mobil gue dan mempersilahkan fiana untuk masuk. Beberapa saat kemdian,gue langsung masuk menuju kursi pengemudi dan mulai memacu mobil guee di sebuah restoran di daerah Jakarta Selatan.
Jantung gue kembali berdetak cepat seiring dengan mobil ini berjalan. Untuk mengurangi rasa canggung ini gue mulai membakar rokok gue dan menghisapnya kuat kuat. Di dalam mobil ini pun kami hanya berbasa basi sejenak sambil mendengarkan lagu lagu yang berada di I-pod gue seperti biasa.
“kita mau kemana ron?”
“liat aja nanti yaa fi”
“hahaha kamu mah,makanya harus rapih gitu? Biasa kamu kaosan sama jaket doang juga”
“ya sekali kali rapih kan gapapa fi,masa jalannya pas sama aku kalo lagi jelek doang hahaha”
Setelah hampir 2 jam perjalanan gue di jalanan Jakarta ini,geu akhirnya sampai di suatu restoran klasik yang bertema Prancis. Suatu restoran yang gue baru tau akibat kebiasaan bokap gue yang selalu mengajak nyokap gue untuk candle light dinner dan meninggalkan anak anaknya.
Pelayan restoran ini pun datang lalu mengantarkan kami ke tempat yang kosong dan memesan makanan,pelayan pun langsung meninggalkan kami berdua.
“aku cuman mau ngerayain aku keterimaa di kampus kok fi”
“hahaha kamu nih ya,harus banget tempat kayak gini emang?”
“sekali kali lah,kan jarang jarang hahaha. Ini juga tempat kata ayah aku bagus soalnya”
“hahaha iya sih,apalagi ada live music kayak gini”
Beberapa saat kemudian, gue pamit sebentar untuk izin ke toilet. Namun, sebelum gue menuju toilet gue sempat mendatangi para musisi di café ini untuk merequest lagu untuk menambah suasana di café ini.
Makanan yang kami pesan pun datang. Gue bersama fiana pun hanya sibuk menyantap makanan dan minuman yang dihidangkan sambil mendengarkan musik jazz yang menambah suasana menjadi sedikit lebih rileks.
Perlahan lahan gue mencoba melihat raut wajahnya. Wajah yang mungkin bakal selalu gue tatap hampir setiap hari dan seseorang yang akan selalu menemani hari hari gue jika gue berhasil mendapatkannya. Seseorang yang mungkin akan selalu berada di samping gue disaat senang maupun sedih.
“ini lagu apa sih ron? Enak banget ” tanya fiana tiba tiba
“Close to you – Carpenters”
“kok kamu tau?”
“kan aku yang request hahaha”
Fiana hanya tersenyum malu dan dan langsung tertawa pelan
“hahaha maksud request lagunya apa?”
“ngga ada apa apa kok, cuman ada satu lagu lagi sih abis ini. Nanti dengerin ajaa”
Setelah lagu milik the carpenters berjudul close to you ini selesai,lagu kedua pun mulai dimainkan para musisi café ini. Lagu dari seorang musisi terkenal bernama Michael Bolton yang dirilis tahun 1991 berjudul When a Man Loves a Woman.
When a man loves a woman
Spend his very last dime
Trying to hold on to what he needs
He'd give up all his comforts
And sleep out in the rain
If she said that's the way
It ought to be
Gue mulai menatap mata fiana dalam dalam dan mencoba tersenyum kepadanya. Fiana pun membalas senyuman gue dengan senyuman yang sangat manis darinya, Suatu senyman yang belum pernah gue lihat dari seorang fiana sebelumnya.
Kami kembali terlarut dalam romansa malam ini. Yang gue fikirkan di malam ini adalah gue harus membuat dia senang dan nyaman dengan apa yang gue berikan kali ini kepadanya.
Kami mulai membicarakan banyak hal di dalam restoran ini. Gue hanya membiarkan momen ini momen momen seperti ini mengalir seperti air sungai menuju dermaganyaGue masih belum ingin menyatakan perasaan gue dan lebih memilih untuk menikmati setiap detik momen ini dikarenakan gue masih mempunyai suatu kejutan lagi untuknya.
Tak terasa,jam di tangan gue pun sudah menunjukkan pukul 10 malam. Setelah membayar bill di restoran ini,gue akhirnya langsung mengantarkan fiana unutk segera pulang kerumahnya. Sesekali gue mencium aroma parfum yang dipakai fiana ketik gue dan dia bergandengan tangan menuju parkiran mobil walaupun sudah mulai bercampur dengan rokok yang gue hisap.
“kamu kapan ke bandung ron?” tanya fiana yang mulai membuka obrolan di mobil
“bulan depan kayaknya,tapi 2 minggu lagi paling aku kesana buat nyari kos kosan”
“kamu jadinya gimana fi?kamu ambil kuliahnya?”
“belom tau ron,papa masih ga setuju,masih maksa aku buat kuliah di tempat yang lain”
“emang papa kamu maunya dimana?”
“ikut kayak kakak ku ron”
“terus? Kamu mau?”
“aku masih mikir mikir sih,cuman liat nanti aja deh”
Obrolan obrolan ringan kami di mobil ikut mengantarkan kami dalam waktu yang terbilang singkat ini. Dan gue merasa saat inilah waktu yang tepat untuk gue menyatakan perasaan gue kepada fiana.
“fi bentar ya” ucap gue meninggalkan fiana untuk menuju bagasi mobil gue
Beberapa saat kemudiaan,gue langsung menuju bagasi mobil gue dan mengambil suatu barang yang gue beli tadi kepada fiana dan langsung masuk kembali ke dalam mobil ini.
“Fi,aku minta maaf ya udah gantungin perasan kamu selama berapa bulan ini,tapi sekarang aku yakin sama perasaan aku fi”
Gue mengatur nafas gue perlahan lahan sambil tatapan gue masih tertuju kepada bola mata fiana. Lalu gue mencoba memegang tangannya dengan pelan dan memberikan sebuah kado yang menurut gue sangat pas untuknya,yaitu sebuah boneka stitch berwarna biru dan pink dengan ukuran seperti anak kecil.
“fii… kamu mau jadi pacar aku?” tanya gue yang mulai terbata bata
Fiana langsung terdiam dan langsung memeluk gue dengan erat. Sekilas gue mendengar suara tangisan yang sangat pelan berasal dari fiana dan gue hanya mencoba untuk diam sambil mengelus rambutnya perlahan.
“kenapa baru sekarang ronn…”
“maksud kamu?”
“kamu ngomong kalo kamu sayang aku”
Gue masih terdiam dan tetap mengelus rambut ini perlahan tanpa mengeluarkan sepatah kata.
“aku…”
“kenapa fi?”
“butuh waktu ron..” sahutnya lirih sambil terus memeluk gue
“buat?”
“buat yakinin perasaan aku sama kamu”
“sampai kapan fi?”
Taangisan fiana pun mulai pecah seiring dengan kata kata gue barusan. Yang bisa gue lakukan sekarang hanyalah memeluknya erat dan mencoba menenangkan dirinya.
“nggatau,sampe aku siap buat jawab perasaan aku ini ron”
“maaf ya ron,aku belom siap buat jawab perasaan kamu”
Perlahan lahan gue mencoba melepaskan pelukan gue kepada fiana dan mencoba membelai pipinya dengan halus sambil menghapus air matanya yang sudah mulai turun membanjiri kursi penumpang.
Setelah tangisan fiana mulai mereda,gue mencoba untuk tersenyum kepada fiana sambil mengusap rambut panjangnya.
“nggakpapa kok fi”
“I love you,ron…” sahut ffiana sambil membuka pintu mobil ini dan masuk ke dalam rumahnya
“I love you too,fiana”
Mobil ini pun langsung gue pacu dan berhenti di suatu jalan di Jakarta. Perlahan lahan gue mencoba mencari rokok yang gue bawa dan menghisapnya kuat kuat. Fikiran gue pun masih memikirkan kejadian yang barusan saja gue alami sambil menatap langit di malam hari ini ditemani sinar bulan dan bintang yang ikut mewarnai malam ini.
“Apakah ini rasanya digantungin oleh orang yang kita sayang?”