Kaskus

Story

galonze.b.c.n.bAvatar border
TS
galonze.b.c.n.b
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!
 1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!

1 Flat2 Wanita 2 Cerita

 1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!



Quote:


Spoiler for Rules:


Spoiler for F.A.Q:


Quote:
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 11-06-2016 21:40
jabo218Avatar border
njek.lehAvatar border
sormin180Avatar border
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
galonze.b.c.n.bAvatar border
TS
galonze.b.c.n.b
#2468
Part 81 Apa yang akan Terjadi dan Apa yang harus Dilakukan? (2)
“Dari siapa mas? Kok formal gitu” tanya mila heran.

“Kantor Polisi, aku disuruh kesana sekarang” jawab gue sambil melangkah kedalam kamar untuk mengganti baju.

“ngapain kamu malem malem kesana?” tanya dia.

“jemput intan!” jawab gue.

Awalnya mila menahan gue untuk tidak pergi menjemput intan, namun setelah gue menjelaskan semuanya dia pun akhirnya menginzinkan, walau dia mengizinkan dengan wajah cemberut dan ucapan yang jutek.

Gue pun menuju ke kantor polisi menggunakan kendaraan milik norman, kebetulan sekali malam ini dia tidak kemana mana, jadi tidak merepotkan gue untuk mencari cari kendaraan. Ketika sudah sampai di dalam kantor, gue yang mengaku sebagai kaka kandung dari intan diberitahu seorang polisi apa yang sedang terjadi malam ini sehingga gue dipaksa untuk datang kesana.

Akhirnya terbuka juga semuanya sesaat setelah polisi itu memberitahu gue, intan tertangkap sedang berdua dengan salah seorang lelaki yang sudah memiliki istri di kamar hotel clas Suite Room. Sang istri yang memergoki suaminya sedang selingkuh itu secara langsung melaporkan perbuatan zinah mereka ke kantor polisi.

Kumplit sudah kecewa gue terhadap intan saat itu, terasa sakit dan kecewa sekali hati ini melihat gadis disamping gue dapat dengan mudahnya merusak rumah tangga orang lain. Desebelah sana terlihat sang istri menangis tiada henti dan ditemani beberapa orang polisi untuk menenangkan wanita itu. disela sela kesibukan gue mengurusi intan, gue menyempatkan diri untuk menelfon mila.

Quote:


Setelah kurang lebih 3 jam di kantor polisi, dan dengan kebaikan hati dari istri pihak laki laki, dia bilang tidak ingin mempersulit masalah ini karna dia sudah meminta cerai kepada suaminya dan diapun menyetujui itu. Walaupun intan mendapatkan pengampunan itu, namun polisi masih memberikan surat pembebasan bersyarat untuk intan terkait profesinya sebagai seorang prostitusi. Dan selama 6 bulan ini setiap sebulan sekali intan wajib melapor secara rutin.

Entah apa maksud dari pembebasan bersyarat itu, namun saat itu yang jelas gue sudah sangat ingin meninggalkan tempat itu secepatnya. dan iperjalanan pulang pun kita berdua hanya diam saja, gue lebih fokus untuk menyetir mobil sementara intan hanya tertunduk kearah bawah. malam itu gue berniat membawa dia pulang ke flat untuk meminta penjelasan dari dia atas semua masalah yang terjadi hari ini. Dia tidak banyak protes saat gue bawa pulang ke flat, namun betapa terkejutnya gue saat sudah sampai kedalam flat, didalam sana sudah ada seorang wanita yang sangat gue kenal… wanita itu berdiri menap kearah kami…










Dia adalah…..












Ibu kandung intan….







Ibu berdiri di atas sofa sementara gue dan intan berdiri didekat tv, situasi pun seketika menjadi canggung, intan dan gue hanya terbengong melihat kedatangan ibu secara tiba tiba di bandung. kita nampaknya tak bisa bertahan lama dengan situasi canggung ini, intan pun melangkah mendekati ibunya.

“loh mamah, kapan sampai kesini?” ucap intan mendekati ibunya dan memegang tangannya seolah ingin berkomunikasi.

Namun tanpa disadari ibu Sri (Ibu intan) menyentakkan tangannya agar terlepas. Seolah tak ingin menyerah, intan memegang tangan ibunya kembali, namun ibu sri kembali melakukan hal yang sama dengan menyentakkan tangannya hingga terlepas lagi. Gue benar benar bingung dengan apa yang dilakukan oleh ibu sri saat itu, apa ia telah mengetahui semua tentang intan? Dari siapa ibu tahu tentang intan?, wajar saja jika dia sedih, kecewa, marah, kesal, atau apapun itu sehingga bersikap seperti itu terhadap anaknya. Kesalahan intan kali ini benar benar sangat fatal dan sulit dimaafkan.

“Mamah kenapa mah? Mamah marah sama intan?” tanya intan dengan suara bergetar.

Intan mulai menangis karena perlakuan ibunya yang tiba tiba berubah itu, air mata intan mulai keluar dari kedua bola matanya. Mungkin ibu sri juga tak tega dengan anaknya sehingga air matanya pun ikut menetes, itu memang sudah menjadi kelemahan dari ibu kandung intan. Jika melihat anak wanitanya menangis dia pun selalu ikut menangis, mungkin karna ia terlalu sayang kepada intan.

“mamah jawab intan dong mah…” ucap intan dengan tangis yang semakin menjadi jadi, gue yang melihat kejadian itu hanya diam saja. Melihat sekeliling rumah tidak ada mila, mungkin ia sedang berada didalam kamarnya.

“mamah marah! pokoknya mamah marah sama ade!” jawab bu sri singkat tampa menatap intan. Pandangan dia hanya lurus kedepan.

“iya intan tau mamah marah, tapi salah intan apa mah?” ucap intan dengan posisi tubuh seperti orang yang sedang memohon.

Ibu hanya diam saja tak menjawab, air matanya terus mengalir tiada henti. Memang sangat menyakitkan jika ibu tau kejadian yang baru saja kami alami. Semuanya juga masih terekam jelas saat gue melihat intan dengan liarnya dulu, akan sangat menyayat hati jika ibu melihat dengan kedua matanya sendiri apa yang telah intan lakukan selama ini di bandung.

“mamah, jawab dong mah. Mamah kenapa? Salah intan apa?” intan semakin mendesak ibunya untuk berbicara.

“ade udah kecewain mamah, ade udah banyak bohongin mamah… intan… inta..…” ucap ibu sambil menangis tak kuasa lagi menahan air matanya.

Gue masih terdiam dengan kata kata yang ibu ucapkan, sepertinya memang benar ia sudah mengetahui semuanya tentang intan.

“bu, ibu kenapa? Intan ada salah sama ibu?” ucap gue ikut berbicara, tak tega juga hati ini melihat intan diacuhkan seperti itu.

Gue menatap kearah wajah ibu yang ada di sebelah, namun ibu terkesan untuk enggan memandang wajah gue dan hanya melirik sekilas dengan matanya yang basah. Wajah yang tadinya sangat sedih mendadak berubah menjadi wajah orang yang sedang kesal.

“angga juga sama aja! Bikin ibu kecewa” ucap ibu dengan kesal. Kalimat yang terdengar bagaikan petir disiang bolong. Badan ini rasanya lemas seketika, seluruh kepala ini serasa kosong lenyap entah kemana. Sepertinya memang benar ibu sudah mengetahui semuanya, dan sepertinya ibu kecewa karna gue melupakan janji untuk menjaga intan di kota ini.

“maaf bu kalo bikin ibu kecewa, tapi ibu kenapa?” ucap gue yang masih diacuhkan oleh ibu.

“mah… mamah kenapa?” tanya intan kembali. Namun ibu masih saja terdiam dengan tatapan lurus kedepan.

Intan kembali mencoba memegang tangan ibunya namun kali ini dia sangat terlihat tegas dengan menepis tangannya dengan cepat. Gue hanya bisa terdiam saja melihat kejadian itu, rasanya ingin sekali menenangkan mereka berdua lalu duduk dan mulai berbicara baik baik. Namun sepertinya itu akan sulit sekali untuk dilakukan.

“ibu tenangin diri dulu, ibu duduk dulu” ucap gue meminta dia untuk duduk di sofa, namun ibu masih keukeuh dengan ingin berdiri saja.

“mamah ini intan mah.. mamah kenapa? Mamah gak suka ketemu intan?” ucap intan yang bingung melihat sikap ibunya itu.

“mamah marah sama intan?, mamah marah ya?” tanya intan sekali lagi, nada berbicaranya terdengar sangat memelas.

Ibu sri hanya melengos mengacuhkan pertanyaan anaknya. Tampa diduga duga ibu mengambil tasnya yang ada di sofa dan beranjak untuk pergi dari tempat ini. Mengetahui apa yang akan ibu lakukan, gue dan intan dengan refleksnya menahan ibu sri untuk pergi.

“mah, mamah mau kemana mah?” tanya intan, dia terlihat panik sambil memeluk kaki ibunya.

“ibu mau kemana bu? Tenang dulu, kita obrolin dulu baik baik kalo memang ada masalah” ucap gue menimpali pertanyaan intan.

Pandangan mata ibu sri tetap lurus ke dean menju kearah pintu keluar. Sepertinya dia ingin segera perhgi meninggalkan tempat ini. “Lepas Lepas! Mamah mau pergi!” ucap ibu sri berteriak geram sambil meronta sekuat tenaga melepaskan kedua kaki dan tangannya dari kita berdua.

Saat genggaman gue dan intan mulai terlepas, ibu langsung melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar. Namun intan berbeda dengan gue, dia tidak ingin melepaskan ibunya begitu saja. Dia kembali mengejar ibunya dan menggenggam erat tangan kanannya ketika beberapa langkah lagi akan sampai menuju pintu keluar.

“mamah.. mamah mau kemana? Jangan tinggalin intan mah, intan takut!” ucap intan semakin panik. Bibirnya bergetar dan sekejap kemudian dia kembali menangis.

“bu… tenang dulu bu….” Ucap gue mencoba menahan kepergian ibu intan. “kalo ibu kecewa sama angga, angga bisa jelasin semuanya yang ibu pengen tau”

Sepertinya ibu sudah tidak memperdulikan lagi ucapan kami berdua. Wajahnya masih terlihat menunjukan wajah kekesalan dan kekecewaan. Kami jelas menahan dia pergi malam ini, karna jika dia pergi, tidak akan ada transportasi di malam hari yang akan mengantarkan dia ke tempat tujuan yang diinginkan.

“mamah janji kan dulu gak akan ninggalin intan? Mamah janji kan bakal sayang terus sama intan?” tanya intan ditengah isak tangisnya.

“udah lepas! Biarin mamah pergi! Mamah butuh waktu buat semua ini…” ucap ibu kembali meneteskan air mata. Walaupun dia kecewa terhadap anaknya, namun gue tahu didalam hatinya dia selalu menyayangi intan.

“kalo intan punya salah sama mamah, intan minta maaf mah…” ucap intan. “tapi tolong… jangan tingalin intan mah, intan udah gak punya siapa siapa lagi…” kalimat dia yang terakhir sungguh berat sekali untuk diucapkan. Dia sepertinya benar benar tak sanggup untuk kehilangan ibunya.

“lepasin mamah de!” ucap ibu sambil menarik tangannya secara halus dari genggaman intan. “mamah capek, jadi selama ini mamah dibohongin sama kamu kan? Kamu sama aja kayak ‘dia’, sama sama tukang bohong!”

Intan diam terperejat mendengarkan ibunya yang telah membentak dia habis habisan. Dia tidak bisa berkata apa apa lagi saat itu, hanya kedua bola matanya saja yang terus menerus mengeluarkan air mata. Gue yang masih berdia diri dibelakang dia pun hanya bisa terdiam.

“mah….” Ucap intan dengan suara nyaris tak terdengar. Air matanya semakin banyak saja keluar dari bola matanya, gue yang melihat dia seperti itu menjadi tak tega dan ikut meneteskan air mata.

Gue paham sekali perasaan ibu saat itu, dia pasti sangat sedih jika mengetahui anaknya berubah menjadi seliar ini. Sejujurnya gue pun merasa bersalah karna ikut menutupi apa yang dia lakukan selama ini.

“maafin intan mah.., maaf kalo intan punya salah…” ucap intan terus menerus meminta maaf, “apa salah intan mah? Intan nggak tau…. Kalo memang intan punya salah, bilang aja sama intan… intan janji gak bakal ngulangin lagi mah… intan janji..” ucap intan terlihat betul betul putus asa. Dia menangis sesenggukan sampai nafasnya terdengar seperti tersendat sendat. Ibu hanya melengos menatap keluar rumah.

“mah….” Ucap intan kembali meraih tangan ibunya, menahan dia untuk pergi. Namun kali ini ibu menyentakan tangannya sekaligus mendorong intan hingga jatuh tersungkur kebelakang.

“BRUKKK!!!!” terdengar bunyi berdebuk kelantai, gue terkejut melihat intan tersungkur kebelakang. dia kembali merangkak mendekati ibunya walaupun gue tau dia kesakitan, langkahnya mulai terhenti saat dia mencoba mengulurkan tangannya kepada ibunya, intan seakan akan sudah tidak mempunyai kekuatan lagi untuk berdiri dan menahan ibunya pergi.

Ibu sepertinya tidak memperdulikan keadaan intan, matanya tetap melengos dan menatap lurus keluar rumah. Dengah tidak memperdulikan keadaan intan yang sudah seperti itu, ibu melangkahkan kaki keluar rumah meninggalkan kita berdua.

“MAH! Jangan pergi mah…!!!!!! Mamah mau kemana?? Jangan tinggalin intan!!!!” kepergia ibunya itu langsung diiringi oleh jeritan jeritan keras intan. Dengan tenaga yang tersisa dia mencoba bangkit untuk mengejar ibunya. Gue yang sudah tida tega dengan kondisi intan mencoba menahan dia untuk mengejar ibunya.

“Jangan! Biarin….” ucap gue memegang tangan intan, menahannya untuk pergi mengejar ibunya, “jangan dikejar! Diarin ibu pergi…. Dia butuh waktu buat semua ini…”

“gila kamu! Kejar rangga! Jangan biarin ibu pergi! Mau kemana dia malem malem gini? Jalan udah sepi!!!” ucap intan sambil meronta ronta didalam pegangan gue. “MAHHHHH!!!!!! MAMAAHHHHHH!!!!!!!” teriak intan cukup keras.

“udah udah! Besok kita cari ibu, sekarang biarin dulu dia pergi!” ucap gue menarik paksa dia kedalam rumah.

“GAK MAU!!! LEPAS!!! LEPAS!!!” ucap intan berteriak semakin menjadi jadi.

“INTAN!!!” ucap gue.

“LEPASSSSSSS!!!!! LEPASSSS!!!!!” intan masih berteriak.

PLAKKKK!!!! Sebuah tamparan keras gue arahkan ke pipi kirinya, dia akhirnya diam setelah menerima tamparan dari gue. Dia seharusnya sadar kalau ibu sudah mengetahui semua ini. Gue pun membawa dia ketengah rumah dan mengambilkan segelas air untuk diminum.

setelah dirasa dia sudah cukup tenang, gue kembali mengajak dia untuk berbicara, “masih mau sekarang kerja kayak gitu?” ucap gue, dia tidak menjawab. Hanya kepalanya saja yang tertunduk sambil memegang segelas air yang gue berikan.

“sekarang udah ditinggal sama mamah, terus sekarang intan mau sama siapa?” tanya gue kembali.

“ini pasti gara gara dia!” ucap intan menunjuk ke salah satu kamar.

“aku yakin dia pasti yang cerita!!!” ucap intan sambil berjalan menuju kearah kamar.

BRAKK!!! BRAAKKK!! BRAKKK!!! Suara pintu kamar dia tendang tendang dengan cukup keras.

“BUKA!!! GUE TAU LU ADA DIDALEM!!!” ucap dia berteriak dari arah luar.

“intan! Gak boleh gitu! Gak sopan!” ucap gue mencoba menahan dia.

“BUKA!!!” ucap dia berteriak dari luar kamar.

“APA???” mila akhirnya membuka pintu.

“gara gara lu! Lu kan yang cerita ke nyokap gue? MAU LU APA HAH??” ucap intan sambil memukul mukuli mila.

“heh! Gue gak cerita ya! Dasar pramuria!” jawab mila membalas intan.

“udah udah hey! Udah intan” ucap gue memisahkan mereka berdua.

“lepas!! Lepas!!! Aku bunuh dia!!! aku bunuh dia!!!” ucap intan kehilangan kontrol emosi.

Gue yang tidak ingin dia bertindak nekat, segera mendekap dia dari arah belakang dan menjauhkan dia dari mila, sepertinya intan sudah gelap mata saat itu, dia mencekik mila dengan kencangnya sampai sampai ada bekas merah di lehernya.

“lepas rangga! Dia udah rusak hidupku! Dia udah rusak hubungan kita! Dia juga udah rusak hubungan aku sama mamah!!!” ucap intan memarahi mila habis habis.

“heh! Gak ada untungnya gue ngerusak iduplu ya! Lu nya aja emang yang udah rusak!” ucap mila membalas hujatan intan.

“lepas ranga lep…” ucap intan terhenti, dia mungkin sudah tidak bisa menahan lagi tubuhnya hingga tergeletak pingsan. Gue yang berada tepat dibelakangnya langsung membopoh dia masuk kedalam kamar gue supaya dia dapat istirahat dengan nyaman.

Setelah menyelimuti dan mengelap badan dia denganr air hangat, gue lalu melangkah keluar kamar menuju kearah mila yang sedang duduk ditengah rumah, matanya memerah mungkin karna dia kesal dituduh sebagai kambing hitam dari masalah ini.

“De…” ucap gue duduk disamping dia.

“kamu juga mau ikut ikutan nyalahin aku mas?” tanya dia.

“enggak, kok gitu sih ngomongnya. memangnya kenapa?” tanya gue.

“aku gak akan mungkin mas tega cerita semua tentang dia ke ibunya, walopun hubungan kita kurang baik akhir akhir ini. Tapi aku sayang kok sama dia, aku juga gak tega mas ngeliat dia kayak gitu, aku juga ngerasa bersalah mas ngeliat kondisi dia yang sekarang ini” ucap dia sambil menitikan air matanya.

“hey… gak ada yang salah disini. Kalo kamu bilang kamu ikut salah. Berarti mas mu ini juga salah dong? karna mas mu ini ikut ikutan nyembunyiin rahasia dari ibunya. Sudahlah.... Sekarang kan semuanya sudah terjadi. Yang lalu biar berlalu… kita ambil hikmahnya…” ucap gue merangkul dia dari arah samping.

“mas…”
“hmmmm?”

“aku tau kamu makin sayang sama dia setelah kejadian ini, aku tau banget kamu kayak gimana orangnya mas… kamu tuh gak tegaan….”
“kok gitu sih ngomongnya?” tanya gue heran.

“mas… dia gak bakal jadi benalu buat hubungan kita kan?” tanya mila. Gue hanya menjawab dengan tersenyum menggeleng melihat dia mengucapkan itu.

“janji?” ucap dia menyodorkan jari kelingkingnya kearah gue. Jari kelingking yang dia sodorkan mengingatkan gue tentang janji yang pernah gue buat dengan intan dulu, sebuah janji yang sulit sekali intan dilupakan hingga saat ini.

“iya janji…” jawab gue sambil mengaitkan jari kelingkin kita berdua.
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 30-04-2016 22:03
piaupiaupiau
JabLai cOY
oktavp
oktavp dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.