- Beranda
- Buat Latihan Posting
Warung Kopi BLP Raya ! - Part 1
...
TS
pfapb
Warung Kopi BLP Raya ! - Part 1
Welcome To
Warung Kopi BLP Raya!
Warung Kopi BLP Raya!
Quote:
Disini tempat buat kongkow dan buat chit-chat antar kaskuser 
Perlu diperhatikan,disini dilarang post yang mengandung sara dan jangan debat disini!

Perlu diperhatikan,disini dilarang post yang mengandung sara dan jangan debat disini!

- PERATURAN UMUM :
1. No SARA
2. No Personal Insult
3. No Nude Picture
4. Menggunakan bahasa yang baik saat berbincang dengan member lain.
5. PRIME ONLY![Clone hanya boleh post disini tiap hari minggu,dan ID clone juga harus terdaftar di warkop ini.]
6. Jika Melanggar Peraturan No.5 = Delete Post
SANKSI :
1. Pelanggaran Pertama Kali : Teguran & Delete Post
2. Pelanggaran Kedua Kali : Banned
3. SARA , PERSONAL INSULT : BANNED (TANPA TOLERANSI)
4. TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK JUALAN , PROMOSI BLOG , PROMOSI WEB : Hapus Post (TANPA TOLERANSI)
Quote:
Aturan main
1. Wajib ngejunk
2. Tidak melakukan Insult terhadap kaskuser lainnya
3. Wajib Rate 5 Thread ini.
4. Jika ada masalah pribadi dengan kaskuser disini,silahkan selesaikan via PM dgn ybs
5. Upload foto DP = BANNED
6. Upload foto nude = Delete post (Tergantung pertimbangan dari TS
)
7. Biasakan Single Quote! Multi quote digunakan hanya untuk kepepet
1. Wajib ngejunk
2. Tidak melakukan Insult terhadap kaskuser lainnya
3. Wajib Rate 5 Thread ini.
4. Jika ada masalah pribadi dengan kaskuser disini,silahkan selesaikan via PM dgn ybs

5. Upload foto DP = BANNED
6. Upload foto nude = Delete post (Tergantung pertimbangan dari TS
)7. Biasakan Single Quote! Multi quote digunakan hanya untuk kepepet

Siapa pun yang melanggar aturan,akan terkena banned 3 Hari atau Permanent 

Quote:
Buat yang mau gabung disini Wajib Isini Biodata dibawah ini
1. ID Prime :
2. ID Clone :
3. Nama Asli :
4. Nama panggilan :
5. Umur :
6. Jenis Kelamin :
7. Twitter/Line/Instagram (optional) :

1. ID Prime :
2. ID Clone :
3. Nama Asli :
4. Nama panggilan :
5. Umur :
6. Jenis Kelamin :
7. Twitter/Line/Instagram (optional) :

Semoga betah nongkrong terus dimari 
#SalamBLP

#SalamBLP

Diubah oleh pfapb 22-05-2016 15:20
0
290K
Kutip
10K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buat Latihan Posting
35.7KThread•1.9KAnggota
Tampilkan semua post
ndemun75
#3001
JUWANDANA
part 4:
bersambung...
part 4:
Quote:
Matahari sudah mulai menampakkan sinarnya, kabut yang semalam mengganggu penglihatan sedikit-sedikit mulai menghilang, udara pagi yang sejuk menggantikan dinginnya angin malam, suara ayam berkokok menggantikan suara hewan malam.
Semenjak meninggalkan rumah pamannya panji sawung, jayasegara terus mengarahkan kudanya untuk berjalan ke arah selatan. Kuda yang ditungganginya masih bisa diajak berlari walaupun belum beristirahat sejak dari desa tempat tinggal pamannya.
"Ayo terus lari...lebih cepat lagi...lebih cepat...hiyaaa...hiyaa...", jayasegara berteriak menyuruh kudanya untuk berlari lebih cepat. Jalanan yang dilaluinya memang bukan jalan yang rata tetapi itu bukan halangan untuk membuat perjalanannya terhambat, jayasegara tidak melewati jalan yang selayaknya. Ia melewati pinggiran sungai yang disebelahnya terdapat hamparan padang rumput dan sawah yang luas membentang, jayasegara memang sengaja memilih melewati daerah itu karena ingin mempersingkat perjalanannya.
Tetapi, tiba-tiba kecepatan kudanya mulai berkurang, menandakan kalau kudanya sudah lelah dan ingin beristirahat. Kebetulan sekali ia tengah berada di dekat sungai yang bersebelahan dengan padang rumput, dengan segera jayasegara mencari tempat yang cocok untuk beristirahat.
"Batu besar disebelah sana itu sepertinya cocok untuk beristirahat, aku bisa berbenah diri biar segar dan memakan bekalku sementara kuda ini bisa makan rumput sepuasnya", gumam jayasegara dalam hati.
Jayasegara turun dari kuda tunggangannya, ia kemudian menuju pinggiran sungai untuk berbenah, jayasegara melepas ikatan rambutnya. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, ia juga membuka bajunya, kemudian dia membasuh wajahnya. Tidak jauh dari tempat jayasegara, ada beberapa gadis yang sedang mencuci pakaian.
Gadis-gadis itu terus memperhatikan jayasegara,"itu siapa ya, tampan, gagah dan kekar badannya hihihi...", gadis itu berbisik dengan teman-temannya.
"Iya ya, sepertinya dia seorang prajurit...aku jadi ingin dinikahi pemuda itu", kata seorang gadis sambil tersenyum dan tetap memperhatikan jayasegara yang sedang membasuh wajahnya.
Jayasegara memalingkan wajahnya ke arah gadis-gadis itu, ia hanya melihatnya dengan wajah yang datar saja. Setelah selesai berbenah, jayasegara mengambil bekal yang dibawanya kemudian dimakan sambil duduk diatas sebuah bongkahan batu besar.
"Indah sekali panorama di desa ini, mungkin...suatu saat nanti aku ingin punya rumah dan menghabiskan masa tuaku di desa ini", kata jayasegara sambil memakan bekalnya. Panorama di daerah itu memang membuat takjub semua yang melihatnya, gunung yang menjulang tinggi yang dibawahnya terdapat sawah & padang rumput yang dipisahkan oleh sungai mengalir yang airnya begitu jernih.
Setelah selesai makan, jayasegara berbaring diatas batu besar itu. Karena merasa lelah dan ngantuk, ia pun tertidur.
beberapa tabuh (jam) kemudian, matahari mulai merambat naik, udara yang yang semula sejuk berubah menjadi panas. Hawa panas itulah yang menyebabkan jayasegara bangun dari tidurnya.
"Sudah siang rupanya, aku harus melanjutkan perjalanan", jayasegara segera memakai bajunya dan merapikan rambutnya dengan digelung keling.
"Hei, kita akan berlari lagi", kata jayasegara sambil mengelus leher kudanya. Kuda itu seolah mengerti apa yang dikatakan oleh tuannya, kuda itu meringkik pelan. Jayasegara langsung menaikinya dan menarik tali kekang sebagai perintah kepada kudanya untuk berjalan.
Jayasegara terus memacu kudanya ke arah selatan, ia tetap melewati pinggiran sungai karena dengan begitu ia bisa menyingkat waktu perjalanannya. Sampai akhirnya ia memilih jalan ditengah sawah untuk dilewatinya, jalan itu menuntunnya masuk ke sebuah pedukuhan. Jayasegara tetap memacu kudanya berlari kencang saat memasuki pedukuhan itu, sehingga meninggalkan debu yang mengepul.
Warga di pedukuhan itu heran, jarang sekali ada orang berkuda yang melewati pedukuhannya. Beberapa orang yang sedang duduk santai dibuat bertanya-tanya, siapa orang yang berkuda dengan terburu-buru seperti itu.
"Siapa orang tadi, tampaknya buru-buru sekali?", tanya seseorang kepada temannya.
"Aku juga tidak tahu...tapi kelihatannya orang dari jauh", jawab yang seorang lagi.
Perjalanan jayasegara adalah perjalanan yang jauh, walaupun dia sudah memacu kudanya untuk terus berlari kencang, nyatanya jarak menuju ke hutan sironggono masih tetap jauh. Sampai akhirnya malampun tiba, mendung juga sudah mulai menutupi langit, keponakan patih kebo mbranang itu berniat untuk beristirahat.
"Nampaknya aku harus segera beristirahat, aku juga sudah mulai lapar, seingatku didekat sini ada pedukuhan...mungkin aku bisa mencari tempat istirahat dan makan disana",gumam jayasegara.
Ia kemudian mengarahkan kudanya menuju persimpangan jalan, ia kemudian mengambil arah ke kiri melewati kreteg (jembatan) kecil yang terbuat dari bambu, setelah melewati kreteg kecil itulah jayasegara menemukan sebuah jalan yang cukup besar yang mengarah ke pedukuhan selangetan, jayasegara pun mulai mengurangi kecepatan kudanya.
Setelah masuk ke pedukuhan itu, jayasegara melihat ada sebuah warung yang masih buka, ia kemudian menghampiri warung tersebut dan segera turun dari kuda yang kemudian diikat disebelah warung itu. Sesaat setelah jayasegara memasuki warung, hujan turun dengan sangat deras.
"Siapa orang itu, sepertinya...bukan orang daerah sekitar sini", desis seseorang yang sedang duduk santai di warung.
"Aku juga belum pernah melihatnya, mungkin dia seorang pengembara", jawab yang seorang lagi.
Sambil duduk jayasegara memesan makanan," nyi, tolong buatkan aku minuman hangat sekalian nasi dan lauknya".
"Maaf nak, nasinya sudah habis...hanya ada minuman hangat dan makanan kecil yang ada di meja saja...", kata penjual nasi.
"Kalau begitu aku pesan minuman hangat saja nyi", jawab jayasegara sambil tersenyum.
Sembari menunggu minuman pesanannya jadi, jayasegara mengobrol dengan orang-orang yang ada di warung itu sambil memakan makanan kecil berupa kacang rebus dan pisang goreng.
"Selamat malam para ki sanak, nampaknya...hujan kali ini deras sekali ya", jayasegara membuka pembicaraan.
"Iya, senang sekali rasanya hujan turun lagi di daerah ini, sebelumnya daerah ini sudah berbulan-bulan tidak ada hujan", pemilik warung menanggapi omongan jayasegara sambil memberikan segelas minuman hangat.
"Maaf nak, kau ini siapa? dan berasal darimana? sepertinya...aku belum pernah melihatmu" orang yang bertanya itu sangat penasaran sekali dengan jayasegara.
"Namaku jayasegara ki sanak...aku dari srangga gadung, ki sanak sendiri namanya siapa?" jayasegara mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Namaku wilasa", kata salah seorang pembeli warung. Jayasegara mengangguk sambil berjabat tangan.
"Aku bandiman", seorang yang lain ikut memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
"Namaku lawung", yang seorang lagi mengulurkan tangannya.
Jayasegara merasa senang, ia bertemu dengan orang-orang yang ramah dan baik di pedukuhan itu. Derasnya hujan membuat udara semakin dingin, dalam keadaan seperti ini orang-orang biasanya memilih tidur atau berdiam diri dalam rumah.
"Sebenarnya kamu mau ke mana anak muda?", tanya lawung kepada jayasegara.
"Aku ingin ke hutan sironggono ki sanak..." jawab jayasegara sambil memakan kacang rebus.
"Hutan sironggono? jauh sekali...kalau kau mau ke sana kau akan melewati sekitar tiga pedukuhan lagi, dan ada sebuah hutan juga yang harus kau lewati. Hutan sironggono adalah hutan yang angker...banyak sekali penunggunya, memangnya kenapa kau ingin ke sana?", kata lawung. Semua orang yang ada di warung itu mengarahkan pandangannya ke jayasegara dan mengamatinya dengan penuh tanya, biasanya orang-orang takut untuk pergi ke hutan sironggono karena selain dikenal angker, disekitaran hutan itu katanya ada markas perampok yang sangat bengis, mendengar nama sironggono saja sudah merinding, kali ini malah ada seorang pemuda yang berniat mengunjungi hutan tersebut.
"Begini para ki sanak, aku diutus (diperintah) oleh guruku dang hyang kencono pergi ke hutan itu untuk mencari sebuah goa, beliau ingin aku bertapa disana untuk menyempurnakan ilmu yang sudah diajarkannya", jayasegara menjelaskan. Semuanya menyimak apa yang jayasegara omongkan.
"Jadi kau adalah murid dari seorang dang hyang kencono yang terkenal sakti itu ya, wah hebat...pasti kau memiliki ilmu kanuragan yang tangguh", bandiman menunjukkan rasa kagumnya.
"Tidak ki sanak...aku hanya punya ilmu yang sedikit saja, masih banyak murid bapa guru yang lebih hebat daripada aku" kata jayasegara yang sambil tersenyum.
"Apa di pedukuhan ini ada sebuah penginapan? aku ingin beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan", jayasegara bertanya.
"Disini tidak ada penginapan, tapi kalau kau memang berniat untuk bermalam disini, mungkin kau bisa ijin dulu dengan ki buyut selangetan. Beliau adalah orang yang dituakan disini, beliau juga mempunyai rumah kosong disebelah rumah yang ditempatinya, mungkin nanti kau bisa menginap disana", kata bandiman sambil menunjuk arah ke rumah ki buyut.
"Baiklah, kalau begitu aku minta tolong diantarkan ke rumah ki buyut, apa ki sanak bisa?"
"Tentu saja, ayo aku antarkan", bandiman segera beringsut dari tempat duduknya yang kemudian diikuti juga oleh jayasegara. Setelah membayar makanannya, jayasegara segera menghampiri kuda yang ditambatkan dan kemudian dituntunnya. Ia berjalan beriringan dengan bandiman menuju rumah ki buyut selangetan. Seiring dengan itu hujan sudah mulai reda.
"Tok...tok..tok...", bandiman mengetuk pintu rumah ki buyut selangetan. Tak lama, pintu itu dibuka. Rupanya, si empunya rumah belum tertidur walaupun sudah cukup malam.
"Permisi ki buyut...maaf mengganggu malam-malam, ini ada pemuda yang sedang dalam perjalanan jauh dan membutuhkan tempat peristirahatan", bandiman menjelaskan maksud kedatangannya.
"Oohh...kalau begitu mari silahkan masuk ngger, kau bisa menginap di rumahku malam ini", kata ki buyut sambil memandangi tamunya tersebut.
"Baiklah ki buyut, saya mau pamit pulang dulu...tujuan saya ke sini hanya mengantarkan pemuda ini", kata bandiman seraya berpamitan.
Ki buyut mengangguk pertanda mengiyakan, kemudian ia mengajak tamunya tersebut masuk ke dalam rumah.
"Mari ngger...masuk dulu kerumah ku", kata ki buyut sambil menggandeng tangan tamunya. Didalam rumah itu ada seorang wanita yang sekiranya umurnya sama dengan ki buyut selangetan, dialah istri ki buyut. Ia biasa dipanggil nyi buyut saja. Nyi buyut duduk sambil tersenyum melihat tamunya itu.
"Lama sekali kamu datangnya ngger jayasegara...dari tadi kami sudah menunggumu, bagaimana perjalananmu? tidak ada hambatan kan?", nyi buyut melontarkan pertanyaan kepada jayasegara.
Seketika juga jayasegara langsung terkejut, ia berpikir darimana orang tua ini tahu namanya, ia pun juga tahu kalau akan menginap dirumahnya, dan bagaimana pula ia bisa tau kalau dirinya sedang melakukan perjalanan jauh. Pikiran jayasegara dipenuhi oleh pertanyaan yang memenuhi isi kepala. Jayasegara pun mulai berpikir keras.
"Mungkin nyi buyut dan ki buyut ini adalah orang yang sakti, sehingga bisa tau aku akan datang ke sini", kata jayasegara dalam hati.
"Keh...keehh...keeh...keehhh...kami berdua bukan orang sakti anakmas, kami hanya mempunyai firasat kalau ada seorang pemuda yang mana dia adalah keponakan dari patih juwandana akan datang kemari", ki buyut berbicara sambil sedikit tertawa terkekeh. Sebenarnya ki buyut juga tau kalau suatu saat nanti, tamunya ini akan menjadi orang penting di juwandana.
Belum habis terkejutnya karena pertanyaan nyi buyut, kali ini jayasegara dibuat lebih terkejut lagi dengan omongan ki buyut selangetan. Orang tua yang sekarang duduk dihadapannya itu bisa mengetahui apa yang dipikirkannya, ia juga tau asal-usulnya. Sampailah jayasegara pada sebuah kesimpulan kalau dua orang tua ini adalah orang yang mempunyai kelebihan & sakti mandraguna.
"Sebelumnya saya berterima kasih kepada ki buyut dan nyi buyut yang sudah menerima saya dirumah ini, saya memang sedang melakukan perjalanan jauh menuju hutan sironggono dan membutuhkan tempat peristirahatan", kata jayasegara, keponakan patih kebo mbranang ini menjadi sangat begitu menghormati dua orang tua dihadapannya itu.
"Ngger anakmas...sebaiknya kau beristirahatlah, kau tampak lelah sekali, aku sudah menyiapkan tempat istirahat untukmu di kamar belakang", ki buyut selangetan mempersilahkan tamunya untuk beristirahat.
"Baiklah ki buyut...saya akan beristirahat, ki buyut dan nyi buyut tidak ingin beristirahat juga?", tanya jayasegara kepada pemilik rumah.
"Nanti kami juga akan beristirahat ngger...kau lekaslah masuk ke kamarmu dan cepatlah tidur, supaya besok pagi badanmu segar dan sanggup melanjutkan perjalanan", kata Ki buyut dengan wajah datar.
"Kalau begitu ki buyut dan nyi buyut, saya pamit beristirahat dulu", jayasegara kemudian berjalan menuju kamar yang sudah disediakan. Ki buyut hanya menjawabnya dengan mengangguk pelan.
Semenjak meninggalkan rumah pamannya panji sawung, jayasegara terus mengarahkan kudanya untuk berjalan ke arah selatan. Kuda yang ditungganginya masih bisa diajak berlari walaupun belum beristirahat sejak dari desa tempat tinggal pamannya.
"Ayo terus lari...lebih cepat lagi...lebih cepat...hiyaaa...hiyaa...", jayasegara berteriak menyuruh kudanya untuk berlari lebih cepat. Jalanan yang dilaluinya memang bukan jalan yang rata tetapi itu bukan halangan untuk membuat perjalanannya terhambat, jayasegara tidak melewati jalan yang selayaknya. Ia melewati pinggiran sungai yang disebelahnya terdapat hamparan padang rumput dan sawah yang luas membentang, jayasegara memang sengaja memilih melewati daerah itu karena ingin mempersingkat perjalanannya.
Tetapi, tiba-tiba kecepatan kudanya mulai berkurang, menandakan kalau kudanya sudah lelah dan ingin beristirahat. Kebetulan sekali ia tengah berada di dekat sungai yang bersebelahan dengan padang rumput, dengan segera jayasegara mencari tempat yang cocok untuk beristirahat.
"Batu besar disebelah sana itu sepertinya cocok untuk beristirahat, aku bisa berbenah diri biar segar dan memakan bekalku sementara kuda ini bisa makan rumput sepuasnya", gumam jayasegara dalam hati.
Jayasegara turun dari kuda tunggangannya, ia kemudian menuju pinggiran sungai untuk berbenah, jayasegara melepas ikatan rambutnya. Rambut panjangnya dibiarkan terurai, ia juga membuka bajunya, kemudian dia membasuh wajahnya. Tidak jauh dari tempat jayasegara, ada beberapa gadis yang sedang mencuci pakaian.
Gadis-gadis itu terus memperhatikan jayasegara,"itu siapa ya, tampan, gagah dan kekar badannya hihihi...", gadis itu berbisik dengan teman-temannya.
"Iya ya, sepertinya dia seorang prajurit...aku jadi ingin dinikahi pemuda itu", kata seorang gadis sambil tersenyum dan tetap memperhatikan jayasegara yang sedang membasuh wajahnya.
Jayasegara memalingkan wajahnya ke arah gadis-gadis itu, ia hanya melihatnya dengan wajah yang datar saja. Setelah selesai berbenah, jayasegara mengambil bekal yang dibawanya kemudian dimakan sambil duduk diatas sebuah bongkahan batu besar.
"Indah sekali panorama di desa ini, mungkin...suatu saat nanti aku ingin punya rumah dan menghabiskan masa tuaku di desa ini", kata jayasegara sambil memakan bekalnya. Panorama di daerah itu memang membuat takjub semua yang melihatnya, gunung yang menjulang tinggi yang dibawahnya terdapat sawah & padang rumput yang dipisahkan oleh sungai mengalir yang airnya begitu jernih.
Setelah selesai makan, jayasegara berbaring diatas batu besar itu. Karena merasa lelah dan ngantuk, ia pun tertidur.
beberapa tabuh (jam) kemudian, matahari mulai merambat naik, udara yang yang semula sejuk berubah menjadi panas. Hawa panas itulah yang menyebabkan jayasegara bangun dari tidurnya.
"Sudah siang rupanya, aku harus melanjutkan perjalanan", jayasegara segera memakai bajunya dan merapikan rambutnya dengan digelung keling.
"Hei, kita akan berlari lagi", kata jayasegara sambil mengelus leher kudanya. Kuda itu seolah mengerti apa yang dikatakan oleh tuannya, kuda itu meringkik pelan. Jayasegara langsung menaikinya dan menarik tali kekang sebagai perintah kepada kudanya untuk berjalan.
Jayasegara terus memacu kudanya ke arah selatan, ia tetap melewati pinggiran sungai karena dengan begitu ia bisa menyingkat waktu perjalanannya. Sampai akhirnya ia memilih jalan ditengah sawah untuk dilewatinya, jalan itu menuntunnya masuk ke sebuah pedukuhan. Jayasegara tetap memacu kudanya berlari kencang saat memasuki pedukuhan itu, sehingga meninggalkan debu yang mengepul.
Warga di pedukuhan itu heran, jarang sekali ada orang berkuda yang melewati pedukuhannya. Beberapa orang yang sedang duduk santai dibuat bertanya-tanya, siapa orang yang berkuda dengan terburu-buru seperti itu.
"Siapa orang tadi, tampaknya buru-buru sekali?", tanya seseorang kepada temannya.
"Aku juga tidak tahu...tapi kelihatannya orang dari jauh", jawab yang seorang lagi.
Perjalanan jayasegara adalah perjalanan yang jauh, walaupun dia sudah memacu kudanya untuk terus berlari kencang, nyatanya jarak menuju ke hutan sironggono masih tetap jauh. Sampai akhirnya malampun tiba, mendung juga sudah mulai menutupi langit, keponakan patih kebo mbranang itu berniat untuk beristirahat.
"Nampaknya aku harus segera beristirahat, aku juga sudah mulai lapar, seingatku didekat sini ada pedukuhan...mungkin aku bisa mencari tempat istirahat dan makan disana",gumam jayasegara.
Ia kemudian mengarahkan kudanya menuju persimpangan jalan, ia kemudian mengambil arah ke kiri melewati kreteg (jembatan) kecil yang terbuat dari bambu, setelah melewati kreteg kecil itulah jayasegara menemukan sebuah jalan yang cukup besar yang mengarah ke pedukuhan selangetan, jayasegara pun mulai mengurangi kecepatan kudanya.
Setelah masuk ke pedukuhan itu, jayasegara melihat ada sebuah warung yang masih buka, ia kemudian menghampiri warung tersebut dan segera turun dari kuda yang kemudian diikat disebelah warung itu. Sesaat setelah jayasegara memasuki warung, hujan turun dengan sangat deras.
"Siapa orang itu, sepertinya...bukan orang daerah sekitar sini", desis seseorang yang sedang duduk santai di warung.
"Aku juga belum pernah melihatnya, mungkin dia seorang pengembara", jawab yang seorang lagi.
Sambil duduk jayasegara memesan makanan," nyi, tolong buatkan aku minuman hangat sekalian nasi dan lauknya".
"Maaf nak, nasinya sudah habis...hanya ada minuman hangat dan makanan kecil yang ada di meja saja...", kata penjual nasi.
"Kalau begitu aku pesan minuman hangat saja nyi", jawab jayasegara sambil tersenyum.
Sembari menunggu minuman pesanannya jadi, jayasegara mengobrol dengan orang-orang yang ada di warung itu sambil memakan makanan kecil berupa kacang rebus dan pisang goreng.
"Selamat malam para ki sanak, nampaknya...hujan kali ini deras sekali ya", jayasegara membuka pembicaraan.
"Iya, senang sekali rasanya hujan turun lagi di daerah ini, sebelumnya daerah ini sudah berbulan-bulan tidak ada hujan", pemilik warung menanggapi omongan jayasegara sambil memberikan segelas minuman hangat.
"Maaf nak, kau ini siapa? dan berasal darimana? sepertinya...aku belum pernah melihatmu" orang yang bertanya itu sangat penasaran sekali dengan jayasegara.
"Namaku jayasegara ki sanak...aku dari srangga gadung, ki sanak sendiri namanya siapa?" jayasegara mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Namaku wilasa", kata salah seorang pembeli warung. Jayasegara mengangguk sambil berjabat tangan.
"Aku bandiman", seorang yang lain ikut memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
"Namaku lawung", yang seorang lagi mengulurkan tangannya.
Jayasegara merasa senang, ia bertemu dengan orang-orang yang ramah dan baik di pedukuhan itu. Derasnya hujan membuat udara semakin dingin, dalam keadaan seperti ini orang-orang biasanya memilih tidur atau berdiam diri dalam rumah.
"Sebenarnya kamu mau ke mana anak muda?", tanya lawung kepada jayasegara.
"Aku ingin ke hutan sironggono ki sanak..." jawab jayasegara sambil memakan kacang rebus.
"Hutan sironggono? jauh sekali...kalau kau mau ke sana kau akan melewati sekitar tiga pedukuhan lagi, dan ada sebuah hutan juga yang harus kau lewati. Hutan sironggono adalah hutan yang angker...banyak sekali penunggunya, memangnya kenapa kau ingin ke sana?", kata lawung. Semua orang yang ada di warung itu mengarahkan pandangannya ke jayasegara dan mengamatinya dengan penuh tanya, biasanya orang-orang takut untuk pergi ke hutan sironggono karena selain dikenal angker, disekitaran hutan itu katanya ada markas perampok yang sangat bengis, mendengar nama sironggono saja sudah merinding, kali ini malah ada seorang pemuda yang berniat mengunjungi hutan tersebut.
"Begini para ki sanak, aku diutus (diperintah) oleh guruku dang hyang kencono pergi ke hutan itu untuk mencari sebuah goa, beliau ingin aku bertapa disana untuk menyempurnakan ilmu yang sudah diajarkannya", jayasegara menjelaskan. Semuanya menyimak apa yang jayasegara omongkan.
"Jadi kau adalah murid dari seorang dang hyang kencono yang terkenal sakti itu ya, wah hebat...pasti kau memiliki ilmu kanuragan yang tangguh", bandiman menunjukkan rasa kagumnya.
"Tidak ki sanak...aku hanya punya ilmu yang sedikit saja, masih banyak murid bapa guru yang lebih hebat daripada aku" kata jayasegara yang sambil tersenyum.
"Apa di pedukuhan ini ada sebuah penginapan? aku ingin beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan", jayasegara bertanya.
"Disini tidak ada penginapan, tapi kalau kau memang berniat untuk bermalam disini, mungkin kau bisa ijin dulu dengan ki buyut selangetan. Beliau adalah orang yang dituakan disini, beliau juga mempunyai rumah kosong disebelah rumah yang ditempatinya, mungkin nanti kau bisa menginap disana", kata bandiman sambil menunjuk arah ke rumah ki buyut.
"Baiklah, kalau begitu aku minta tolong diantarkan ke rumah ki buyut, apa ki sanak bisa?"
"Tentu saja, ayo aku antarkan", bandiman segera beringsut dari tempat duduknya yang kemudian diikuti juga oleh jayasegara. Setelah membayar makanannya, jayasegara segera menghampiri kuda yang ditambatkan dan kemudian dituntunnya. Ia berjalan beriringan dengan bandiman menuju rumah ki buyut selangetan. Seiring dengan itu hujan sudah mulai reda.
"Tok...tok..tok...", bandiman mengetuk pintu rumah ki buyut selangetan. Tak lama, pintu itu dibuka. Rupanya, si empunya rumah belum tertidur walaupun sudah cukup malam.
"Permisi ki buyut...maaf mengganggu malam-malam, ini ada pemuda yang sedang dalam perjalanan jauh dan membutuhkan tempat peristirahatan", bandiman menjelaskan maksud kedatangannya.
"Oohh...kalau begitu mari silahkan masuk ngger, kau bisa menginap di rumahku malam ini", kata ki buyut sambil memandangi tamunya tersebut.
"Baiklah ki buyut, saya mau pamit pulang dulu...tujuan saya ke sini hanya mengantarkan pemuda ini", kata bandiman seraya berpamitan.
Ki buyut mengangguk pertanda mengiyakan, kemudian ia mengajak tamunya tersebut masuk ke dalam rumah.
"Mari ngger...masuk dulu kerumah ku", kata ki buyut sambil menggandeng tangan tamunya. Didalam rumah itu ada seorang wanita yang sekiranya umurnya sama dengan ki buyut selangetan, dialah istri ki buyut. Ia biasa dipanggil nyi buyut saja. Nyi buyut duduk sambil tersenyum melihat tamunya itu.
"Lama sekali kamu datangnya ngger jayasegara...dari tadi kami sudah menunggumu, bagaimana perjalananmu? tidak ada hambatan kan?", nyi buyut melontarkan pertanyaan kepada jayasegara.
Seketika juga jayasegara langsung terkejut, ia berpikir darimana orang tua ini tahu namanya, ia pun juga tahu kalau akan menginap dirumahnya, dan bagaimana pula ia bisa tau kalau dirinya sedang melakukan perjalanan jauh. Pikiran jayasegara dipenuhi oleh pertanyaan yang memenuhi isi kepala. Jayasegara pun mulai berpikir keras.
"Mungkin nyi buyut dan ki buyut ini adalah orang yang sakti, sehingga bisa tau aku akan datang ke sini", kata jayasegara dalam hati.
"Keh...keehh...keeh...keehhh...kami berdua bukan orang sakti anakmas, kami hanya mempunyai firasat kalau ada seorang pemuda yang mana dia adalah keponakan dari patih juwandana akan datang kemari", ki buyut berbicara sambil sedikit tertawa terkekeh. Sebenarnya ki buyut juga tau kalau suatu saat nanti, tamunya ini akan menjadi orang penting di juwandana.
Belum habis terkejutnya karena pertanyaan nyi buyut, kali ini jayasegara dibuat lebih terkejut lagi dengan omongan ki buyut selangetan. Orang tua yang sekarang duduk dihadapannya itu bisa mengetahui apa yang dipikirkannya, ia juga tau asal-usulnya. Sampailah jayasegara pada sebuah kesimpulan kalau dua orang tua ini adalah orang yang mempunyai kelebihan & sakti mandraguna.
"Sebelumnya saya berterima kasih kepada ki buyut dan nyi buyut yang sudah menerima saya dirumah ini, saya memang sedang melakukan perjalanan jauh menuju hutan sironggono dan membutuhkan tempat peristirahatan", kata jayasegara, keponakan patih kebo mbranang ini menjadi sangat begitu menghormati dua orang tua dihadapannya itu.
"Ngger anakmas...sebaiknya kau beristirahatlah, kau tampak lelah sekali, aku sudah menyiapkan tempat istirahat untukmu di kamar belakang", ki buyut selangetan mempersilahkan tamunya untuk beristirahat.
"Baiklah ki buyut...saya akan beristirahat, ki buyut dan nyi buyut tidak ingin beristirahat juga?", tanya jayasegara kepada pemilik rumah.
"Nanti kami juga akan beristirahat ngger...kau lekaslah masuk ke kamarmu dan cepatlah tidur, supaya besok pagi badanmu segar dan sanggup melanjutkan perjalanan", kata Ki buyut dengan wajah datar.
"Kalau begitu ki buyut dan nyi buyut, saya pamit beristirahat dulu", jayasegara kemudian berjalan menuju kamar yang sudah disediakan. Ki buyut hanya menjawabnya dengan mengangguk pelan.
bersambung...

0
Kutip
Balas