Tak ada canda seceria ketika kita istirahat sejenak melewati rimba belantara
Tak ada peluh keringat sehebat ketika kita dipaksa memanage waktu dan nyawa
Senyum dan tawa serta gurauan canda
yang selalu membulatkan tekad menjadi niat
- RK -
Meraung Sejati (Part 4)
Sore hari jam 4, kita sudahi perjalanan kita hari pertama pada sebuah camp yang bisa nampung 7 tenda. Yaitu di camp 3. Istana kecil kita yang jumlahnya ada 5 kita bentangkan. Sudahi hari ini. Lalu besok akan ada apa lagi?
Quote:
6 jam perjalanan, tiba di Camp 3, tempat kami bermalam
Sekitar jam 4 sore, kami menyinggahkan carrier dan tubuh kami pada sebuah tanah datar yang cukup untuk menampung sekitar 5 tenda, yaitu Camp 3. 11 Harimau bergegas dengan inisiatifnya masing - masing. Ada yang langsung membangun tenda, dan flysheet, ada yang mendokumentasikannya melalui foto dan video, dan ada juga yang langsung mengolah perbekalan makanan.
Tapi jujur gan, yang gw rasa ini adalah pendakian paling sulit. Dari awal track gue dan rekan - rekan lain mesti bawa air minimal 6 liter / 4 - 6 berat botol aqua. Mending air doank, kita juga ngangkut beban logistik untuk 4 hari, dan peralatan panjat tebing yang isinya besi - besi, sama tali temali. Sumpah berat banget.
Tapi gue suka banget sama rekan gue yang namanya Bugis ini. Ditengah - tengah kita melepas lelah, doi berinisiatif mendokumentasikan aktivitas kita. Kali ini setelah semua rapih, Bugis meminta kita ngomong di depan kamera tentang "Apa itu arti hidup". Kita satu per satu masuk frame, dengan latar pohon - pohon rindang, dan sebuah hammock yang sudah terbentang untuk kita jadikan alas. Kira - kira kemasan dokumentasinya kaya gini gan.
Quote:
Dimulai dari Kresna, terus ganti - gantian ke personil yang lain
Kresna : Hidup itu....
Lukman : Sama dengan mendaki gunung
Bond : bukan tentang menyerah
Gw : Layaknya dua sisi
Kopet : Refleksinya adalah hasil dari yang kita perjuangkan
Kresna lagi : Adalah sebuah keberanian
Bond lagi : Apapun yang terjadi, Fight!
Afif : jangan lupa bahagia
Inyok : mensyukuri nikmat ilahi
Om Ewin : dan mempersiapkan datangnya kematian
Kelar semuanya, kita pun mulai santap malam dan bersenda gurau pada momen yang sama. Saling berbagi cerita tentang pengalaman pendakian kita masing - masing, hingga asmara. Jurek cerita tentang masa lalunya yang kelam, dulu bandel banget waktu di STM katanya. Bond pernah mau ngelamar cewe tapi keburu ketikung sama saingan, bahkan sampe hampir di
tujah(red : bahasa lomboknya tusuk), Kresna cerita tentang betapa heroiknya bokapnya dia yang berprofesi di Basarnas dan juga cerita tentang betapa menegangkannya ceritanya dia saat buka jalur gunung Gede. Dan semuanya kita saling cerita.
Tak terasa, bincang hangat kita membawa kengantukan pada masing - masing dari kita sehingga langsung melelapkan diri di tenda bersama sleeping bagnya masing - masing.
Quote:
Matahari terbit, persiapan dilakukan, perjalanan dilanjutkan
Jam 5.30, kami semua terbangunkan karena ada sebuah kewajiban. Mulai mengolah bahan makanan kita sebagian. Mulai juga meringkaskan peralatan bermalam kita dan mempersiapkan diri menerima tanjakan demi tanjakan selanjutnya.
Makan pagi kita, lalu merapihkan semua peralatan untuk dimasukkan lagi ke carrier, seperti tenda, peralatan masak, dan logistik. Bang Ewin stretching - stretching, sementara Bugis dan Jurek sibuk mendokumentasikan keadaan, Afif, Pitik, dan Inyok sibuk dengan equipnya masing - masing. Dan gak mau kalah gw juga melakukan persiapan, terutama persiapan nyisir rambut pake Pomade.
Dan ada satu hal paling penting kala itu. Gue meninggalkan beberapa liter air untuk ditimbun di sebuah tempat yang hanya tuhan dan gue yang tau. Yaitu di sebuah semak - semak, yang sengaja kita berikan penanda. Supaya kenapa? supaya pas turun kita masih ketemu dengan air cadangan.
Jam 9 pagi, perjalanan kami lanjutkan. Track semakin parah dengan tanjakan yang tak ada ampun. Menyusuri punggungan yang kanan dan kirinya adalah jurang. Lelah semakin terakumulasi, sejalan juga dengan sejumlah pos yang satu persatu kita lewati. Camp 4, camp 5, camp 6, dan pada akhirnya perjalanan 7 jam mengantarkan kami menuju Camp 7.
Gak terasa, semangat kebersamaan kita menjadi kekuatan tersendiri. Saling percaya, saling memotivasi, itu kuncinya. Dan gw tentu saja ada semangat yang khusus gue punya, yaitu ingin mengungkapkan lamaran dari Puncak sejati.
Jam 5 sore kita sampai di Camp 7, itu artinya malam selanjutnya kita habiskan di sini.
Part selanjutnya bakal banyak ngomongin tentang detik2 kita panjat tebing, di gunung tersusah ke-2 di Indonesia. Gimana kelanjutannya? nantikan terus!