- Beranda
- Stories from the Heart
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!
...
TS
galonze.b.c.n.b
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!

1 Flat2 Wanita 2 Cerita

Quote:
Spoiler for Rules:
Spoiler for F.A.Q:
Quote:
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 11-06-2016 21:40
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
galonze.b.c.n.b
#2398
Part 80 Apa yang akan Terjadi dan Apa yang harus Dilakukan?
“Berani Beraninya kamu! Dasar anak kurang ajar! Pergi gak usah ganggu anak saya lagi!” ucap seorang perempuan yang sedang dilanda emosi.
“Mah… jangan mah….” Ucap seorang wanita yang sedang terisak sambil duduk bersimpuh.
“kamu lagi! jadi perempuan gak bisa jaga kehormatan! Harusnya kamu mikir! Kamu udah gede! Kalo udah kayak gini gimana? Malu maluin keluarga!!” ucap seorang lelaki berseragam militer.
“jangan bentak dia. aku yang salah om…” ucap laki laki itu sambil tertunduk.
Raut kemarahan tergambar dengan jelas di wajah seorang laki laki bertubuh tegap dihadapan lelaki itu. Ia memakai seragam TNI dan sedang berdiri didepan seorang wanita yang sedaritadi sedang menangis. Terlihat perut wanita itu membuncit pertanda dia sedang hamil.
“mah…. Biarin aku sama dia mah…” ucap wanita itu memohon sambil memegang kaki ibunya.
“diem! Gak usah pegang pegang kaki mamah!” ucap wanita itu menjauhkan kakinya dari dekapan anaknya yang sedang mengandung.
wanita itu terhuyung kebelakang, kepalanya terbentur kursi dengan keras hingga mengeluarkan darah. Laki laki yang sedang memohon langsung menghampiri tubuh wanita yang sedang meringkuk kesakitan dihadapannya. Dia sangat terkejut melihat wanita tersebut dengan keadaan darah segar yang mengalir dari bagian belakang kepala dan paha dalamnya.
“Hei tante! Ini anak mu! Kenapa tega ngelakuin itu?” ucap lelaki itu geram.
“Dia bukan keluarga kita lagi. Sekarang cepet kamu bawa dia pergi dari sini. Jangan pernah kalian berdua injakan kaki dirumah ini lagi! Saya gak sudi liat muka kalian! Cuiihhh!!” ucap lelaki itu sambil meludahi mereka berdua.
“B4ngsat! Bukan gitu caranya!!!” ucap lelaki itu tak terima atas perlakuan yang ia dapat.
Dia berniat memukul wajah pria itu dengan segenap tenanganya. Ekspresi kemarahan terpampang jelas diwajahnya, lelaki itu langsung mengambil acang ancang untuk memukul wajah pria dihadapannya dan menendang tubuh pria tegap itu. Terlihat dia mulai melawan dan perkelahian pun tak bisa dihindari. Siang itu dua orang laki laki sedang berkelahi didalam sebuah komplek perumahaan elit.
Namun tampaknya pria tegap itu terlalu kuat untuk seorang lelaki bertubuh kecil itu, sehingga diapun jatuh tersungkur dengan wajah yang sudah babak belur. Dengan tergesa gesa lelaki tegap itu mengambil sebuah pistol yang tersimpan di pinggangnya dan menodongkannya kearah laki laki dihadapannya itu.
Tampa mengucapkan sepatah kata apapun, dia langsung menarik pelatuk pistol itu hingga….. DOOOORRR!!!!!! Terdengar suara senjata yang Cumiakan telinga. Seorang perempuan jatuh dan menimpa seorang lelaki yang sedang ia lindungi dari peluru tajam itu. Darah segar keluar dari dadanya yang berlubang.
Mata lelaki itu terbelak terkejut, seakan tak percaya atas apa kejadian telah terjadi dihadapannya itu. Tubuh wanita itu adalah tubuh yang ia kenal, tubuh itu adalah tubuh yang ia anggap sebagai tulang rusuknya…
…..tolong……
…..jangan dia….
…..dia calon ayah dari anakku…..
……tolong….
…...jangan dia……
…...aku masih ingi bersama dia….
…….tolong……
…….jangan dia……
------
“Sayang…, hey! Bangun sayang!”
“Haaahhhhhhh!!!!!” gue terbangun dengan jeritan tertahan.
“kenapa mas? Kamu mimpi buruk?” ucap suara lembut disamping gue.
Gue mengarahkan pandangan keseluruh penjuru ruangan. Sepertinya kedua mata ini masih sulit untuk melihat, hingga gue kucek kucek pelan. Nafas ini memburu dan keringat dingin keluar di seluruh pori pori tubuh gue. Setelah pandangan kedua mata ini mulai jelas, terlihat sosok mila sedang duduk disamping gue.
“hey…, maaf ganggu ade tidur” ucap gue lemas.
“iya gak apa apa mas, mas mimpi buruk lagi?” ucap mila sambil memeluk tubuh gue erat, berusaha menenangkan gue.
“iya” jawab gue.
Mila memeluk tubuh gue dengan sangat erat. Tangan kanan dia mengusap usap rambut supaya gue bisa lebih tenang. Gue hanya menghela nafas dan mengatur kembali dada yang terasa sesak ini, rasanya seperti sudah lari marathon jarak jauh.
Semua kejadian di mimpi tadi terasa sangat nyata. Hati ini masih bergejolak, dan pipi ini mulai terasa mulai basah dialiri oleh air mata. Akhir akhir ini gue sering sekali mengalami mimpi buruk yang entah apa maksudnya gue sendiri tak tahu. Wajah lelaki dan wanita itu sama sekali tidak terlihat, hanya suara dan punggung mereka saja yang bisa gue lihat.
“udah mas, tenang. Itu kan cuman mimpi” ucap mila lembut ditelinga gue.
“iya de…” jawab gue.
Semua rekaman kejadian di mimpi tadi masih menempel di otak gue. Desingan suara senjata yang Cumiakan telinga masih terngiang di kedua telinga. Tubuh ini masih bergetar jika teringat mimpi itu.
rntah kenapa tiba tiba gue merasa mulai takut kehilangan Mila! Gue terlalu menyayangi wanita disamping ini, wanita yang tengah dalam pelukan gue ini. Hingga tak terasa sepertinya gue mendekap tubuh mila sangat erat sekali.
“mas… meluk ade nya jangan kenceng kenceng, ade gak bisa nafas….” Ucap mila menyadarkan gue.
“eh.., maaf de” uacp gue sambil melepaskan dekapan tangan.
Air mata di pelupuk mata ini masih turuh dan membasahi kedua pipi gue. Gue sepertinya terbawa suasana sampai sampai kedua bola mata ini mengeluarkan air! Ntahlah, kejadian tadi sepertinya terasa sulit untuk dilupakan. Mila yang melihat hal itu, segera menyeka air mata gue dengan kedua tangannya. Dia mencium bibir ini dengan mesra.
“kamu mimpi apa mas? Kejadian apa yang bisa bikin kamu sampe nangis gini?” ucap mila sambil mentap kearah gue.
“aku mimpi wanita hamil kena tembak sayang” ucap gue lemas.
“hmmm? Siapa perempuannya?” tanya dia penasaran.
“gak tau, mukanya gak keliat” jawab gue.
“ya udah gak usah dipikirin lagi, mimpi itukan cuma bunga tidur” ucap dia.
“de…, mas gak mau kehilangan kamu” ucap gue sambil mentap mata dia.
Mila hanya menghela nafasnya dalam dalam. Tatapan matanya berubah menjadi tatapan haru, dia lalu merebahkan tubuhnya disamping gue dan memeluk dengan sangat erat. Mila mendekap gue dengan erat seperti tak ingin kehilangan atau melepas gue pergi.
“You’ll not missing me for now, or for a rest time honey. I’m yours, and you’re mine! We will life together, even in a hell. We had a promise, Right?” ucap mila lembut sambil mencium pipi gue.
Gue hanya mengangguk dan balas memeluk tubuh mila. Mata kita saling bertemu, dia mengelusi rambut gue perlahan sambil memandang dengan tatapan haru. Sebuah senyum manis terlukis jelas di bibirnya.
“jam berapa sekarang de?” tanya gue.
“jam 2 pagi mas, udah bobo lagi. Nanti ngantuk waktu bimbingan di kampus” ucap dia dengan lembut.
Malam itupun gue tertidur kembali didalam dekapan dia, walau mata ini susah terpejam tapi mila dengan pengertiannya mengusapi kepala gue dengan pelan. Biasanya gue yang melakukan itu tapi untuk malam ini sepertinya gue yang harus merasakan diperlakukan seperti itu.
-------
“sayang bangun, udah jam 8” ucap mila membangunkan gue dari tidur lelap.
“mmhhhhhh 5 menit…” ucap gue.
“gak ah, ayo cepet bangun! Kalo gitu ade gak jadi ahh ikut ke kampusnya” ucap mila menggoda.
“eh… jangan sayang…” ucap gue langsung berdiri dan melangkah menuju kamar mandi.
Lirikan mata anak anak kampus hampir semua mengarah ke arah gue. Mereka seperti melihat ada yang aneh dengan gue hari ini. Mmhhhh…… tepatnya dengan seseorang yang gue gandeng sih. karena mila sekarang lagi ngikutin gue dalam perjalanan menuju ke ruang dosen untuk bimbingan, karna ruangannya melewati beberapa lorong panjang dimana kiri dan kanannya terdapat kelas kelas yang mata kuliahnya hampir selesai bebarengan.
Lorong itupun dalam sekejab langsung disesaki oleh mahasiswa dan mahasiswi yang pengen cepet keluar kelas menuju ke tempat peradaban mereka masing masing. Istilah populer nya sih untuk menggambarkan betapa terpencilnya kita dari segala hiruk pikuk dunia ketika sedang mengikuti kuliah di dalam kelas, sehingga saat keluar kelas semua orang menuju ke kantin kampus atau kemanapun agar mereka bisa lekas keluar dan menjauh dari ruangan itu.
Karna jalan yang gue lewati banyak orang, alhasil Mila hari itu menjadi pusat perhatian banyak orang. Selain karna mereka teman seangkatan gue, mereka juga tipe orang yang sering penasaran jika ada salah satu temannya membawa perempuan yang belum mereka kenal atau bukan anak kampus ini.
“anjir, si angga sama siapa euy...... bawalah kali kali ke tongkrongan! Kenalin sama anak anak!” suara itu adalah ucapan dari beberapa teman angkatan gue yang melihat kita berdua sedang bergandengan tangan.
Ditengah perjalanan melintasi lorong, gue menengok ke arah mila untuk melihat respon dia ditengah kerumunan zombi ini. Wajah dia terlihat biasa aja, tidak mengeluh ataupun canggung meski tak terhitung berapa pasang mata yang kini sedang melirik dia. memang umur dia jauh diatas gue, tapi untuk masalah Style dan wajah, mila masih sangat terlihat seperti anak kuliahan.
“de, gapapa kan?” tanya gue diantara suara kerumunan orang orang, mila tersenyum manis dan menggelengkan kepalanya.
“I’m finee” ucap dia sambuil tersenyum.
Akhirnya kitapun sampai didepan pintu ruangan dosen. Gue pun masuk kedalam ruangan untuk bimbingan sementara mila menunggu diluar beserta teman teman gue yang lain, memang mila sedikit canggung bertemu dengan teman gue, tapi gue meminta wulan untuk menemani dia sampai gue selesai bimbingan.
Begitu bimbingan selesai, mila langsung menghampiri dan mendekap lengan gue, “seneng deh bisa nemenin mas kuliah!”ucap dia tersenyum.
“iya….. seneng juga ade ikut ke kampus” jawab gue sambil merapikan kertas kertas masuk kedalam tas.
Kita pun meninggalkan ruangan dan seperti biasa melewati lorong yang sekarang agak sepi. Diperjalanan pulang, gue diajak anak anak nongkrong di tempat biasa, gue tau banget sebenernya anak anak ingin kenal dengan mila. Gue mencoba menolak tetapi tetep dipaksa dan lagipula mila sepertinya tidak masalah dengan ajakan mereka semua. Sepertinya dia belum tau kebuasan teman teman gue ini kalau melihat cewek cakep.
“Woy woy! Minggir oyyy!!! Ada cewek cakep nih! Kasih tempat duduk lah!” ucap boby teman gue mencoba mencarikan tempat duduk untuk mila.
“cewek lu ngga? Kok gak pernah liat, angkatan berapa?” tanya hamzah.
“bisa bogoh ieumah euy…. Siap siap corneringan lah….” Ucap mereka bercanda mendengar ucapan itu. Kampret lah… gue yakin saat itu mila mulai merasa gak nyaman. Tapi dia keliatan berusaha tenang dan tersenyum sambil meladeni candaan teman teman gue.
“heh! Udah udah… kebiasaan deh suka norak kalian!” ucap wulan datang tiba tiba.
“nah denger tuh… ketua dah ngomong…” ucap gue merasa lega dengan kedatangn dia, seenggakna mila bukan satu satunya perempuan yang ikut nongkrong disini.
“udah sana sana duduk di meja sebelah…” ucap wulan menyuruh mereka pergi.
“ah… ganggu aja lu lan…” ucap anak anak yang kemudia menyingkir dari meja gue dan duduk di meja samping.
Wulan kemudian duduk di samping mila, “Pesen makan yuk, kalian belum pada makan kan?” tanya wulan.
“belum sih, yang enak makanan apa wulan?” tanya mila sambil melihat lihat tukang makanan yang berdagang disitu.
Gue pun memesan makanan yang mereka telah pilih. Gue memesan Nasi soto, Mila memesan Nasi Katsu dan Wulan memesan Siomay. Begitu kembali kemeja gue melihat mereka berdua malah asyik dengan handphonenya masing masing, sepertinya mila melum bisa akrab dengan wulan.
“Enak yang sotonya??” tanya mila. Dia sepertinya ngiler melihat seporsi nasi soto yang gue pesan. Padahal dulu dia sering sekali gue ajak makan soto yang sama persis dengan tempat ini.
Gue hanya membalas mengangguk karena mulut masih penuh dengan nasi, kemudian gue menyodorkan sesendok soto kepada mila untuk gue suapin.
“hadeeehhh kebiasaan nih tukang siomay! Kecapnya kurang…” gerutu wulan sambil mengaduk ngaduk siomay miliknya.
“tunggu bentar…” ucap gue langsung mengambil piring siomaynya untuk meminta kecap kembali ke tukang siomay. Bisanya wulan tak pernah masalah kalo kecapnya mau dikasih banyak atau sedikit, tapi hari ini dia sedikit berbeda. Tumben tumbenan….
“enakkkk yang sotonya” ucap mila. Ia sepertinya sangat menitmati soto yang gue pesan, “tau gitu aku mesen Soto tadi yang” ucapnya agi.
“ya udah abisin aja punyaku” ucap gue.
“terus Katsu ku gimana?” tanya mila.
“sini biar aku yang makan..” ucap gue mengambil makanan yang dia pesan.
“yaudah, maaf ya mas…” ucap dia pelan ditelinga gue.
“tapi ada syaratnya..” ucap gue berbisik.
“apa?”
“nanti malem dipijitin lagi…” ceplos gue sambil nyengir.
“ihhh…. Dasar…. Kirain apa…” jawab mila sambil tersipu malu. “iya nanti aku pijitin, pijitin kayak yang kemare kemaren kan?” ucap dia dengan nada menggoda.
Gue merasa senang mengenalkan dia kepada anak anak, sifatnya yang riang dan mudah bergaul dengan siapapun. Gue melihat temen temen gue juga nyambung dan ga kaku saat ngobrol dengan dia, padahal mereka berkenalan belum lama. Bahkan dulu intan ga secepet ini nyambung sama mereka, dia terlihat malu malu gitu dulu.
Mila juga sesekali sering bertanya kepada teman teman gue dan kepada wulan tentang kuliah mereka. Terlihat dari obrolan mereka mila cepat akrab dan bisa berbaur, mungkin karena memang dia sudah lebih lulus duluan, jadi dia pernah mengalami rasanya menjadi anak kuliahan itu seperti apa.
Tak lama kemudian gue izin pamit ke teman teman untuk mengantar mila ke café miliknya dan sorenya gue izin untuk siap siap futsal bersama teman teman. Tradisi main futsal bareng temen temen kampus memang rutin diadain semenjak semester 1, tujuannya sih cuma buat seru seruan aja.
“Mundur woyyyy!!!!” teriak norman yang sedang menjadi kiper dan hamzah mendribble bola dengan cepat dan dalam sekejap dia sudah berada dalam area pertahanan tim.
“Dung….!” Tendangan hamzah mengenai tiang gawang dan bola keluar lapangan.
“anying tiang!” ucap dia kesal.
“siap nggga! Lari kedepan!” ucap rio menendang bola kearah depan. Gue berusaha mengejar bola namun sepertinya umpan yang dia berikan terlalu kencang dan bola keluar lapangan.
“Lari oouyyyyy! Gimana sih lu!” ucap rio bercanda.
“lu nendang ke kencengan celeng!!!!” ucap gue tak mau kalah dan disusul tawa oleh anak anak.
Rasa capek pun akhirnya menghampiri gue, mungkin ini efek dari kebanyakan lari dan jarang olahraga. Sekalinya dibawa olahraga nafas langsung tersenggal senggal. “ouyyyy istirahat dulu gue, lemes!” ucap gue sambil berjalan keluar lapangan dan digantikan teman yang lain.
“capek banget ngga?” tanya agnas sambil memperhatikan pertandingan di lapang.
“heem” jawab gue dengan nafas ngos ngosan.
“nih ada air…” ucap agnas memberikan sebotol air mineral di tasnya.
Dan akhirnya waktu sewa lapangan kita selesai. Satu persatu teman teman gue mulai keluar dari lapangan untuk beristirahat. Disinilah momen keakraban kita sering terlihat… kita semua mengobrol, berbagi air, memesan makan dan membayar patungan uang sewa lapang secara patungan.
Saat kita lagi asyik asyiknya bercanda, tiba tiba norman seperti melihat sesuatu diarah pintu gerbang, “Lho, itu ceweklu ngga…” ucap norman, sontak pandangan kita semua menuju kearah gerbang pintu masuk.
“bentar gue tinggal dulu ya..” ucap gue berdiri.
“de kok bisa ada disini?” tanya gue melangkah kearah dia.
“mau liatin mas main futsal, lagian di flat juga bosen gak ada siapa siapa” jawab mila.
“ini kita baru aja selese main” ucap gue memberitahu dia sambil menunjuk anak anak yang sedang istirahat.
“yahh telat dong, tadi ade telfon mas gak ngangkat sih” ucap dia kecewa.
“ya udah, mending kita pulang aja yuk, anak anak juga udah pada siap siap” ucap gue sambil beres beres dan mengganti pakaian.
Sebelum pulang, anak anak sempat mengajak untuk mampir dulu ke angkringan terdekat, namun saat melihat wajah mila yang sudah kecapean gue urungkan untuk ikut bersama teman teman. Walaupun mila kadang menyembunyikan rasa lelahnya, tapi gue tetap merasa gak tega dan ingin segera membawa dia pulang cepat cepat.
Didalam mobilpun mila langsung merebahkan dirinya dikursi depan dan beristirahat. Pastilah dia capek… dari pagi nemenin gue dikampus, siangnya ke café, dan malamnya menjempun gue di tempat futsal. Diperjalan pulang mila duduk dengan mata yang sudah 5watt, terkadang gue melihat dia berusaha menahan kantuknya dan mengucek ngucek matanya.
Jam sudah menunjukan pukul 23.40, Di tengah rumah gue dan mila hanya tidur tiduran sambil menonton televisi, dia sebenarnya sudah sangat ngantuk, tetapi saat melihat film kesukaannya di putar, mata dia langsung kembali segar.
Drtt… Drtt….. Drtt…
“mas telfon nih…” ucap mila memegang handphone gue.
“hmmm? Dari siapa?” tanya gue.
“si intan!” ucap dia jutek.
“coba angkat”
“males ahhh, udah nih angkat” ucap dia jutek..
“Dari siapa mas? Kok formal gitu” tanya mila heran.
“Kantor Polisi, aku disuruh kesana” jawab gue sambil melangkah kedalam kamar untuk mengganti baju.
“ngapain kamu malem malem kesana?” tanya dia.
“jemput intan!” jawab gue.
“Mah… jangan mah….” Ucap seorang wanita yang sedang terisak sambil duduk bersimpuh.
“kamu lagi! jadi perempuan gak bisa jaga kehormatan! Harusnya kamu mikir! Kamu udah gede! Kalo udah kayak gini gimana? Malu maluin keluarga!!” ucap seorang lelaki berseragam militer.
“jangan bentak dia. aku yang salah om…” ucap laki laki itu sambil tertunduk.
Raut kemarahan tergambar dengan jelas di wajah seorang laki laki bertubuh tegap dihadapan lelaki itu. Ia memakai seragam TNI dan sedang berdiri didepan seorang wanita yang sedaritadi sedang menangis. Terlihat perut wanita itu membuncit pertanda dia sedang hamil.
“mah…. Biarin aku sama dia mah…” ucap wanita itu memohon sambil memegang kaki ibunya.
“diem! Gak usah pegang pegang kaki mamah!” ucap wanita itu menjauhkan kakinya dari dekapan anaknya yang sedang mengandung.
wanita itu terhuyung kebelakang, kepalanya terbentur kursi dengan keras hingga mengeluarkan darah. Laki laki yang sedang memohon langsung menghampiri tubuh wanita yang sedang meringkuk kesakitan dihadapannya. Dia sangat terkejut melihat wanita tersebut dengan keadaan darah segar yang mengalir dari bagian belakang kepala dan paha dalamnya.
“Hei tante! Ini anak mu! Kenapa tega ngelakuin itu?” ucap lelaki itu geram.
“Dia bukan keluarga kita lagi. Sekarang cepet kamu bawa dia pergi dari sini. Jangan pernah kalian berdua injakan kaki dirumah ini lagi! Saya gak sudi liat muka kalian! Cuiihhh!!” ucap lelaki itu sambil meludahi mereka berdua.
“B4ngsat! Bukan gitu caranya!!!” ucap lelaki itu tak terima atas perlakuan yang ia dapat.
Dia berniat memukul wajah pria itu dengan segenap tenanganya. Ekspresi kemarahan terpampang jelas diwajahnya, lelaki itu langsung mengambil acang ancang untuk memukul wajah pria dihadapannya dan menendang tubuh pria tegap itu. Terlihat dia mulai melawan dan perkelahian pun tak bisa dihindari. Siang itu dua orang laki laki sedang berkelahi didalam sebuah komplek perumahaan elit.
Namun tampaknya pria tegap itu terlalu kuat untuk seorang lelaki bertubuh kecil itu, sehingga diapun jatuh tersungkur dengan wajah yang sudah babak belur. Dengan tergesa gesa lelaki tegap itu mengambil sebuah pistol yang tersimpan di pinggangnya dan menodongkannya kearah laki laki dihadapannya itu.
Tampa mengucapkan sepatah kata apapun, dia langsung menarik pelatuk pistol itu hingga….. DOOOORRR!!!!!! Terdengar suara senjata yang Cumiakan telinga. Seorang perempuan jatuh dan menimpa seorang lelaki yang sedang ia lindungi dari peluru tajam itu. Darah segar keluar dari dadanya yang berlubang.
Mata lelaki itu terbelak terkejut, seakan tak percaya atas apa kejadian telah terjadi dihadapannya itu. Tubuh wanita itu adalah tubuh yang ia kenal, tubuh itu adalah tubuh yang ia anggap sebagai tulang rusuknya…
…..tolong……
…..jangan dia….
…..dia calon ayah dari anakku…..
……tolong….
…...jangan dia……
…...aku masih ingi bersama dia….
…….tolong……
…….jangan dia……
------
“Sayang…, hey! Bangun sayang!”
“Haaahhhhhhh!!!!!” gue terbangun dengan jeritan tertahan.
“kenapa mas? Kamu mimpi buruk?” ucap suara lembut disamping gue.
Gue mengarahkan pandangan keseluruh penjuru ruangan. Sepertinya kedua mata ini masih sulit untuk melihat, hingga gue kucek kucek pelan. Nafas ini memburu dan keringat dingin keluar di seluruh pori pori tubuh gue. Setelah pandangan kedua mata ini mulai jelas, terlihat sosok mila sedang duduk disamping gue.
“hey…, maaf ganggu ade tidur” ucap gue lemas.
“iya gak apa apa mas, mas mimpi buruk lagi?” ucap mila sambil memeluk tubuh gue erat, berusaha menenangkan gue.
“iya” jawab gue.
Mila memeluk tubuh gue dengan sangat erat. Tangan kanan dia mengusap usap rambut supaya gue bisa lebih tenang. Gue hanya menghela nafas dan mengatur kembali dada yang terasa sesak ini, rasanya seperti sudah lari marathon jarak jauh.
Semua kejadian di mimpi tadi terasa sangat nyata. Hati ini masih bergejolak, dan pipi ini mulai terasa mulai basah dialiri oleh air mata. Akhir akhir ini gue sering sekali mengalami mimpi buruk yang entah apa maksudnya gue sendiri tak tahu. Wajah lelaki dan wanita itu sama sekali tidak terlihat, hanya suara dan punggung mereka saja yang bisa gue lihat.
“udah mas, tenang. Itu kan cuman mimpi” ucap mila lembut ditelinga gue.
“iya de…” jawab gue.
Semua rekaman kejadian di mimpi tadi masih menempel di otak gue. Desingan suara senjata yang Cumiakan telinga masih terngiang di kedua telinga. Tubuh ini masih bergetar jika teringat mimpi itu.
rntah kenapa tiba tiba gue merasa mulai takut kehilangan Mila! Gue terlalu menyayangi wanita disamping ini, wanita yang tengah dalam pelukan gue ini. Hingga tak terasa sepertinya gue mendekap tubuh mila sangat erat sekali.
“mas… meluk ade nya jangan kenceng kenceng, ade gak bisa nafas….” Ucap mila menyadarkan gue.
“eh.., maaf de” uacp gue sambil melepaskan dekapan tangan.
Air mata di pelupuk mata ini masih turuh dan membasahi kedua pipi gue. Gue sepertinya terbawa suasana sampai sampai kedua bola mata ini mengeluarkan air! Ntahlah, kejadian tadi sepertinya terasa sulit untuk dilupakan. Mila yang melihat hal itu, segera menyeka air mata gue dengan kedua tangannya. Dia mencium bibir ini dengan mesra.
“kamu mimpi apa mas? Kejadian apa yang bisa bikin kamu sampe nangis gini?” ucap mila sambil mentap kearah gue.
“aku mimpi wanita hamil kena tembak sayang” ucap gue lemas.
“hmmm? Siapa perempuannya?” tanya dia penasaran.
“gak tau, mukanya gak keliat” jawab gue.
“ya udah gak usah dipikirin lagi, mimpi itukan cuma bunga tidur” ucap dia.
“de…, mas gak mau kehilangan kamu” ucap gue sambil mentap mata dia.
Mila hanya menghela nafasnya dalam dalam. Tatapan matanya berubah menjadi tatapan haru, dia lalu merebahkan tubuhnya disamping gue dan memeluk dengan sangat erat. Mila mendekap gue dengan erat seperti tak ingin kehilangan atau melepas gue pergi.
“You’ll not missing me for now, or for a rest time honey. I’m yours, and you’re mine! We will life together, even in a hell. We had a promise, Right?” ucap mila lembut sambil mencium pipi gue.
Gue hanya mengangguk dan balas memeluk tubuh mila. Mata kita saling bertemu, dia mengelusi rambut gue perlahan sambil memandang dengan tatapan haru. Sebuah senyum manis terlukis jelas di bibirnya.
“jam berapa sekarang de?” tanya gue.
“jam 2 pagi mas, udah bobo lagi. Nanti ngantuk waktu bimbingan di kampus” ucap dia dengan lembut.
Malam itupun gue tertidur kembali didalam dekapan dia, walau mata ini susah terpejam tapi mila dengan pengertiannya mengusapi kepala gue dengan pelan. Biasanya gue yang melakukan itu tapi untuk malam ini sepertinya gue yang harus merasakan diperlakukan seperti itu.
-------
“sayang bangun, udah jam 8” ucap mila membangunkan gue dari tidur lelap.
“mmhhhhhh 5 menit…” ucap gue.
“gak ah, ayo cepet bangun! Kalo gitu ade gak jadi ahh ikut ke kampusnya” ucap mila menggoda.
“eh… jangan sayang…” ucap gue langsung berdiri dan melangkah menuju kamar mandi.
Lirikan mata anak anak kampus hampir semua mengarah ke arah gue. Mereka seperti melihat ada yang aneh dengan gue hari ini. Mmhhhh…… tepatnya dengan seseorang yang gue gandeng sih. karena mila sekarang lagi ngikutin gue dalam perjalanan menuju ke ruang dosen untuk bimbingan, karna ruangannya melewati beberapa lorong panjang dimana kiri dan kanannya terdapat kelas kelas yang mata kuliahnya hampir selesai bebarengan.
Lorong itupun dalam sekejab langsung disesaki oleh mahasiswa dan mahasiswi yang pengen cepet keluar kelas menuju ke tempat peradaban mereka masing masing. Istilah populer nya sih untuk menggambarkan betapa terpencilnya kita dari segala hiruk pikuk dunia ketika sedang mengikuti kuliah di dalam kelas, sehingga saat keluar kelas semua orang menuju ke kantin kampus atau kemanapun agar mereka bisa lekas keluar dan menjauh dari ruangan itu.
Karna jalan yang gue lewati banyak orang, alhasil Mila hari itu menjadi pusat perhatian banyak orang. Selain karna mereka teman seangkatan gue, mereka juga tipe orang yang sering penasaran jika ada salah satu temannya membawa perempuan yang belum mereka kenal atau bukan anak kampus ini.
“anjir, si angga sama siapa euy...... bawalah kali kali ke tongkrongan! Kenalin sama anak anak!” suara itu adalah ucapan dari beberapa teman angkatan gue yang melihat kita berdua sedang bergandengan tangan.
Ditengah perjalanan melintasi lorong, gue menengok ke arah mila untuk melihat respon dia ditengah kerumunan zombi ini. Wajah dia terlihat biasa aja, tidak mengeluh ataupun canggung meski tak terhitung berapa pasang mata yang kini sedang melirik dia. memang umur dia jauh diatas gue, tapi untuk masalah Style dan wajah, mila masih sangat terlihat seperti anak kuliahan.
“de, gapapa kan?” tanya gue diantara suara kerumunan orang orang, mila tersenyum manis dan menggelengkan kepalanya.
“I’m finee” ucap dia sambuil tersenyum.
Akhirnya kitapun sampai didepan pintu ruangan dosen. Gue pun masuk kedalam ruangan untuk bimbingan sementara mila menunggu diluar beserta teman teman gue yang lain, memang mila sedikit canggung bertemu dengan teman gue, tapi gue meminta wulan untuk menemani dia sampai gue selesai bimbingan.
Begitu bimbingan selesai, mila langsung menghampiri dan mendekap lengan gue, “seneng deh bisa nemenin mas kuliah!”ucap dia tersenyum.
“iya….. seneng juga ade ikut ke kampus” jawab gue sambil merapikan kertas kertas masuk kedalam tas.
Kita pun meninggalkan ruangan dan seperti biasa melewati lorong yang sekarang agak sepi. Diperjalanan pulang, gue diajak anak anak nongkrong di tempat biasa, gue tau banget sebenernya anak anak ingin kenal dengan mila. Gue mencoba menolak tetapi tetep dipaksa dan lagipula mila sepertinya tidak masalah dengan ajakan mereka semua. Sepertinya dia belum tau kebuasan teman teman gue ini kalau melihat cewek cakep.
“Woy woy! Minggir oyyy!!! Ada cewek cakep nih! Kasih tempat duduk lah!” ucap boby teman gue mencoba mencarikan tempat duduk untuk mila.
“cewek lu ngga? Kok gak pernah liat, angkatan berapa?” tanya hamzah.
“bisa bogoh ieumah euy…. Siap siap corneringan lah….” Ucap mereka bercanda mendengar ucapan itu. Kampret lah… gue yakin saat itu mila mulai merasa gak nyaman. Tapi dia keliatan berusaha tenang dan tersenyum sambil meladeni candaan teman teman gue.
“heh! Udah udah… kebiasaan deh suka norak kalian!” ucap wulan datang tiba tiba.
“nah denger tuh… ketua dah ngomong…” ucap gue merasa lega dengan kedatangn dia, seenggakna mila bukan satu satunya perempuan yang ikut nongkrong disini.
“udah sana sana duduk di meja sebelah…” ucap wulan menyuruh mereka pergi.
“ah… ganggu aja lu lan…” ucap anak anak yang kemudia menyingkir dari meja gue dan duduk di meja samping.
Wulan kemudian duduk di samping mila, “Pesen makan yuk, kalian belum pada makan kan?” tanya wulan.
“belum sih, yang enak makanan apa wulan?” tanya mila sambil melihat lihat tukang makanan yang berdagang disitu.
Gue pun memesan makanan yang mereka telah pilih. Gue memesan Nasi soto, Mila memesan Nasi Katsu dan Wulan memesan Siomay. Begitu kembali kemeja gue melihat mereka berdua malah asyik dengan handphonenya masing masing, sepertinya mila melum bisa akrab dengan wulan.
“Enak yang sotonya??” tanya mila. Dia sepertinya ngiler melihat seporsi nasi soto yang gue pesan. Padahal dulu dia sering sekali gue ajak makan soto yang sama persis dengan tempat ini.
Gue hanya membalas mengangguk karena mulut masih penuh dengan nasi, kemudian gue menyodorkan sesendok soto kepada mila untuk gue suapin.
“hadeeehhh kebiasaan nih tukang siomay! Kecapnya kurang…” gerutu wulan sambil mengaduk ngaduk siomay miliknya.
“tunggu bentar…” ucap gue langsung mengambil piring siomaynya untuk meminta kecap kembali ke tukang siomay. Bisanya wulan tak pernah masalah kalo kecapnya mau dikasih banyak atau sedikit, tapi hari ini dia sedikit berbeda. Tumben tumbenan….
“enakkkk yang sotonya” ucap mila. Ia sepertinya sangat menitmati soto yang gue pesan, “tau gitu aku mesen Soto tadi yang” ucapnya agi.
“ya udah abisin aja punyaku” ucap gue.
“terus Katsu ku gimana?” tanya mila.
“sini biar aku yang makan..” ucap gue mengambil makanan yang dia pesan.
“yaudah, maaf ya mas…” ucap dia pelan ditelinga gue.
“tapi ada syaratnya..” ucap gue berbisik.
“apa?”
“nanti malem dipijitin lagi…” ceplos gue sambil nyengir.
“ihhh…. Dasar…. Kirain apa…” jawab mila sambil tersipu malu. “iya nanti aku pijitin, pijitin kayak yang kemare kemaren kan?” ucap dia dengan nada menggoda.
Gue merasa senang mengenalkan dia kepada anak anak, sifatnya yang riang dan mudah bergaul dengan siapapun. Gue melihat temen temen gue juga nyambung dan ga kaku saat ngobrol dengan dia, padahal mereka berkenalan belum lama. Bahkan dulu intan ga secepet ini nyambung sama mereka, dia terlihat malu malu gitu dulu.
Mila juga sesekali sering bertanya kepada teman teman gue dan kepada wulan tentang kuliah mereka. Terlihat dari obrolan mereka mila cepat akrab dan bisa berbaur, mungkin karena memang dia sudah lebih lulus duluan, jadi dia pernah mengalami rasanya menjadi anak kuliahan itu seperti apa.
Tak lama kemudian gue izin pamit ke teman teman untuk mengantar mila ke café miliknya dan sorenya gue izin untuk siap siap futsal bersama teman teman. Tradisi main futsal bareng temen temen kampus memang rutin diadain semenjak semester 1, tujuannya sih cuma buat seru seruan aja.
“Mundur woyyyy!!!!” teriak norman yang sedang menjadi kiper dan hamzah mendribble bola dengan cepat dan dalam sekejap dia sudah berada dalam area pertahanan tim.
“Dung….!” Tendangan hamzah mengenai tiang gawang dan bola keluar lapangan.
“anying tiang!” ucap dia kesal.
“siap nggga! Lari kedepan!” ucap rio menendang bola kearah depan. Gue berusaha mengejar bola namun sepertinya umpan yang dia berikan terlalu kencang dan bola keluar lapangan.
“Lari oouyyyyy! Gimana sih lu!” ucap rio bercanda.
“lu nendang ke kencengan celeng!!!!” ucap gue tak mau kalah dan disusul tawa oleh anak anak.
Rasa capek pun akhirnya menghampiri gue, mungkin ini efek dari kebanyakan lari dan jarang olahraga. Sekalinya dibawa olahraga nafas langsung tersenggal senggal. “ouyyyy istirahat dulu gue, lemes!” ucap gue sambil berjalan keluar lapangan dan digantikan teman yang lain.
“capek banget ngga?” tanya agnas sambil memperhatikan pertandingan di lapang.
“heem” jawab gue dengan nafas ngos ngosan.
“nih ada air…” ucap agnas memberikan sebotol air mineral di tasnya.
Dan akhirnya waktu sewa lapangan kita selesai. Satu persatu teman teman gue mulai keluar dari lapangan untuk beristirahat. Disinilah momen keakraban kita sering terlihat… kita semua mengobrol, berbagi air, memesan makan dan membayar patungan uang sewa lapang secara patungan.
Saat kita lagi asyik asyiknya bercanda, tiba tiba norman seperti melihat sesuatu diarah pintu gerbang, “Lho, itu ceweklu ngga…” ucap norman, sontak pandangan kita semua menuju kearah gerbang pintu masuk.
“bentar gue tinggal dulu ya..” ucap gue berdiri.
“de kok bisa ada disini?” tanya gue melangkah kearah dia.
“mau liatin mas main futsal, lagian di flat juga bosen gak ada siapa siapa” jawab mila.
“ini kita baru aja selese main” ucap gue memberitahu dia sambil menunjuk anak anak yang sedang istirahat.
“yahh telat dong, tadi ade telfon mas gak ngangkat sih” ucap dia kecewa.
“ya udah, mending kita pulang aja yuk, anak anak juga udah pada siap siap” ucap gue sambil beres beres dan mengganti pakaian.
Sebelum pulang, anak anak sempat mengajak untuk mampir dulu ke angkringan terdekat, namun saat melihat wajah mila yang sudah kecapean gue urungkan untuk ikut bersama teman teman. Walaupun mila kadang menyembunyikan rasa lelahnya, tapi gue tetap merasa gak tega dan ingin segera membawa dia pulang cepat cepat.
Didalam mobilpun mila langsung merebahkan dirinya dikursi depan dan beristirahat. Pastilah dia capek… dari pagi nemenin gue dikampus, siangnya ke café, dan malamnya menjempun gue di tempat futsal. Diperjalan pulang mila duduk dengan mata yang sudah 5watt, terkadang gue melihat dia berusaha menahan kantuknya dan mengucek ngucek matanya.
Jam sudah menunjukan pukul 23.40, Di tengah rumah gue dan mila hanya tidur tiduran sambil menonton televisi, dia sebenarnya sudah sangat ngantuk, tetapi saat melihat film kesukaannya di putar, mata dia langsung kembali segar.
Drtt… Drtt….. Drtt…
“mas telfon nih…” ucap mila memegang handphone gue.
“hmmm? Dari siapa?” tanya gue.
“si intan!” ucap dia jutek.
“coba angkat”
“males ahhh, udah nih angkat” ucap dia jutek..
Quote:
“Dari siapa mas? Kok formal gitu” tanya mila heran.
“Kantor Polisi, aku disuruh kesana” jawab gue sambil melangkah kedalam kamar untuk mengganti baju.
“ngapain kamu malem malem kesana?” tanya dia.
“jemput intan!” jawab gue.
oktavp dan 3 lainnya memberi reputasi
4
