DUG, DUG, DUG, DUG…!



Gue yang sedang terlelap dengan teramat sangat ini dikejutkan oleh suara barusan. Itu, suara apa barusan? Adzan subuh? Bedug masjid? Bukan, itu suara cempreng yang bikin telinga sakit. Suara seekor siluman betina yang bersemayam di tubuh yang salah.


Gue beringsut dengan malas dari kasur dan melepas pelukan dari guling tercinta. Lalu melangkah gontai ke arah pintu dan membukanya.







Sambil kucek – kucek mata, gue berjalan ke kamar mandi membiarkan pintu kamar terbuka. Efeknya, siluman betina itu nyelonong masuk dan mulai membangun sarang di kasur gue.







Siluman betina itu melesat ke kamar mandi mendahului gue. BRUK..! pintu kamar mandi dibanting, gue yang udah berada di ambang nya terlempar keluar hingga terjatuh. Mimpi apa gue semalam? Hingga pagi –pagi begini dikerjain setan. Ya Alloh, maapin dosa Baim ya Alloh..!!!







SELAMAT DATANG DI KOTA PADANG..!


Gak terasa udah 3 bulan gue disini. Gue tinggal satu atap kost tapi beda kamar dengan seorang gadis cantik dari Jakarta yang sama – sama berangkat kuliah ke kota ini. Saat sedang duduk di kursi pesawat waktu itu, ketika gue lagi asik melamun memandang awan dari jendela, seseorang berkata lembut menghibur gue yang keliatan kalut saat itu.







Gue menoleh ke arah pemilik suara tadi. Seorang wanita, cantik, dan tampaknya seumuran dengan gue. Sedang tersenyum sambil memiringkan wajahnya seolah menyindir. Dipandangi begitu, malah membuat gue kesel sendiri.







Hadehh… Tipikal cewek kepo yang ngeselin, demen banget bongkar – bongkar aib orang, nih. (kesan pertamanya aja udah begini? Yasudah abaikan.) Entah dia gak peka atau pura – pura gak melihat reaksi gue yang dingin, cewek itu lanjut bicara.







Buset dah! Tuh kan bener, ini cewek ngeselin!







Jawab gue dengan ekspresi serius. Si cewek melotot kaget sambil mendorong kepalanya ke belakang. Melihat raut wajahnya yang ketakutan itu, gue tergelak.







Kami berjabat tangan. Sepanjang perjalanan itu, Arini banyak bercerita mengenai kegiatan dikampusnya. Ini kali ketiga dalam hidup gue ngobrol panjang – lebar dengan wanita. Dua sisa lainnya tentu saja itu adalah nyokap gue dan Diana. Harap di maklumi soal ke – kuper – an gue ini ya? Hehehe. Sebagai manusia yang masa sekolahnya itu di isi oleh 100% laki – laki, sudah pasti yang namanya ngobrol sama cewek itu adalah peristiwa langka yang jarang terjadi.


Deskripsinya Arini? Hmm… oke, Arini cantik kok. Matanya cemerlang, dengan tulang hidung yang menonjol seperti punya Raisa, lalu sepasang bibirnya yang keliatan enak kalo dicium, dan struktur wajah yang melancip di dagu. Kemudian ada sedikit pemanis, setitik kecil tahi lalat di bawah bibir.


Ngomong – ngomong soal tahi lalat. Gue pernah dengar dari orang, katanya orang yang punya tahi lalat di bawah bibir itu tandanya orang tersebut banyak bicara alias bawel. Seperti yang di punya Arini. Gue yang biasanya skeptis tentang hal – hal berbau mistik ini pun dengan berat hati mengakui kebenarannya.


Arini itu bawelnya kebangetan. Selama di pesawat, ada aja hal – hal yang dia bahas. Gue sih seneng – seneng aja ada cewek cantik yang ngajak ngobrol, tapi gue kasihan sama bapak – bapak penumpang di seat sebelah yang matanya keriyepan. Mencoba tidur tapi terganggu dengan ocehannya Arini. Kuatkan hatimu ya pak.







Akhirnya, gue sampai juga di bandara minangkabau. Sebelum berpisah, Arini memberikan nomor hape nya dan menawarkan tempat tinggal. Katanya, kost tempatnya tinggal ada satu kamar kosong yang baru ditinggal penghuninya. Gue berterima kasih dan menolak karena gue mau mencari kamar kosong di asrama mahasiswa yang disediakan kampus. Lumayan untuk pengiritan. Setelah mengucapkan salam perpisahan, gue segera meluncur ke alamat yang dituju.


Sesampainya di asrama mahasiswa, tampaknya ke-tidak-beruntung-an menyertai perjalanan gue. Tidak ada kamar kosong disana. Semua sudah terisi penuh bahkan seminggu sebelum gue tiba. Dengan langkah goyah, gue meninggalkan asrama dan berjalan ke arah pemukiman warga. Satu per satu rumah kost yang ditunjukan pejalan kaki gue sambangi. Nihil. Semua kamar terisi penuh. Gue terlunta – lunta hingga akhirnya menyadari bahwa hari mulai malam dan larut.


Di tengah perjalanan yang penuh keringat, gue menemukan sebuah mesjid dan menumpang di dalamnya. Kegiatan gue di hari – hari berikutnya adalah kuliah dan berkeliling kota mencari kamar kost. Tak terasa gue udah hampir seminggu menginap di mesjid, gue menyerah. Dengan mengucap doa, gue menyalakan hape dan mulai mengetik nomor Arini lalu menghubunginya.