- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#2095
Benefit Of A Doubt
'Adiii.. pegallllll' teriak Anastasya yang kedua tangannya menahan dua gelas cangkir teh yang gw isi penuh sejak pagi tadi. Gw beranjak dari game yang gw mainkan secara online sejak ashar tadi. Gw lihat ke arah jendela, terlihat matahari sudah mau terbenam, menandakan waktu maghrib sudah dekat.
'11 jam, 3 menit, kerja yang bagus Sya!' ucap gw sambil mengambil kedua cangkir teh dari kedua tangannya yang gw perintahkan dari pagi tadi untuk menahan kedua cangkir teh ini. Salah satu bagian dari latihan yang gw berikan ke pada Sya, dan gw sangat terkejut dengan hasilnya, selama hampir tiga bulan gw ngedidik Sya dengan cara keluarga gw, Sya berhasil menjalaninya tanpa keluhan keluar satupun dari mulutnya. Gw menaruh tangan kanan gw ke ke atas rambut Sya dan mengacak acaknya seperti biasa, sebuah senyuman dan tawa keluar di wajahnya.
'Aaaah akhirnya selesai juga! Tau gak di? Shalat dalam posisi kayak gitu susah tau!' keluh Sya sambil meregangkan kedua tangannya. Sebuah petikan tulang terdengar keras keluar dari pergeangannya itu. 'Ahhhh! enak banget rasanya tanganku ini!!' ucapnya lanjut, sementara gw sibuk menaruh kedua cangkir teh tadi ke dapur.
'Selamat!' ucap gw langsung duduk di kursi meja makan.
'Ah Laparr.. aku masakin pasta ya?'
'Hmm.. bagaimana kalau malam ini kita makan diluar aja?'
'Ha? yang benar? yang benar? kamu serius di?'
'Yep'
'Asyikk! makan apa kita?'
'Ahh.. hmmm.. makan chese cake mau?'
'Mau mau mau!!'
'Oke siap siap yuk'
'Siap Kapten!' Sya dengan girangnya hormat ke gw
Gw dan Sya langsung siap siap dan lanjut pergi ke stasiun kereta, Cheese cake, satu satunya toko yang terbesit di kepala gw kalau mengingat makanan itu adalah tokonya Valli. Gw akui Valli sangat jago dalam masak memasak, pertama saat dia menawari gw Crepe buatan dia disaat gw kelaparan menunggu Timur dulu, dan kedua saat gw mencoba Cheese cake buatannya saat gw bingung memilih hadiah baut ulang tahun Sya, sangat enak. Jadilah Gw dan Sya naik kereta untuk ke Kaluzhskaya, tempat dimana Valli tinggal.
Kling Kling
Bell berbunyi seiring gw membuka pintu masuk ketoko kue ini. 'Pilih kue mana aja yang kamu mau, oh ya, untuk Gw, cukup coklat panas saja' ucap gw ke Sya yang dijawab dengan anggukan dia. Gw langsung menaiki tangga sempit yang menembus ke lantai dua dimana tempat pengunjung bisa makan di tempat. Seperti biasa tempat ini ramai, dipenuhi oleh anak muda mahasiswa, dan orang yang baru pulang kerja, tempat yang cocok untuk berdiskusi dan melepaskan stress, ditambah dengan pemandangan dari lantai dua ini yang mengarah ke sebuah taman distrik ini. Gw duduk tepat di pinggir jendela yang memaut pemandangan taman itu. Tidak lupa gw perhatikan sekitar gw, dari 11 meja yang tersedia, 10 terisi oleh pengunjung, termasuk gw, sekitar 21 orang memenuhi ruangan ini, lebih dari setengahnya adalah perempuan, dan juga... stop. Gw hentikan pikiran gw sejenak, Gw geleng gelengkan kepala gw lalu mengambil tas yang tadi sempat gw taruh di kaki gw, untuk mengambil sebuah tablet untuk mengerjakan kerjaan kantor. Sepuluh menit gw berkutat dengan tablet gw, tiba tiba sebuah tangan menutupi layar kerja gw.
'Jangan kerja kalau bukan waktunya' ucap Sya sambil menaruh kue dan susuk coklat yang dipesannya.
'Haha Sorry ga bisa nahan kalau belum selesai'
'Belum selesai? bukannya kamu bilang kerjaan untuk minggu ini udah selesai?'
'Minggu ini? ya. Sudah. Tapi bagaimana dengan minggu depan? Bulan depan? Tahun depan?'
'He? ngapain ngerjain kerjaan yang belum tentu kita kerjain? siapa tau apa yang kamu kerjain sekarang tidak diperlukan'
'Itu ada didalam ilmu yang bernama Pengetahuan dalam Keraguan dan Ketidakpastian, "Keraguan itu terjadi karena ketidakpastian yang terbentuk dari hal yang kita anggap berguna dan sia sia, sesungguhnya didalam ketidakpastian itu hanya ada manfaat dan tidak ada mudarat", ughh begitulah, gw udah lama gak baca buku itu'
‘Apa hubungannya dengan itu?’ tanya Sya
‘Hubungannya, Anastasya, adalah, jangan pernah takut untuk berbuat lebih dari apa yang kita kerjakan. Kita harus mendorong tubuh kita sampai batas ketidakmampuan kita, itupun tidak cukup. Karena kenikmatan terbesar seorang manusia adalah mati didalam tugas, tugas untuk memajukan bangsa sendiri, tugas untuk memajukan keluarga sendiri.’
‘……’ Sya mengangguk mendengar perkataan gw. ‘Adi, dimana aku bisa membaca buku itu?’
‘Ha. Keingintahuan mu tinggi sekali Sya, Gw suka itu darimu. Hmm, sayang sekali kamu tidak akan menemukan buku itu dimanapun..’
‘Ha? Kenapa?’
‘Buku itu ikut hangus bersama Pilar Kebijakan dan kota Baghdad saat Mongolia menaklukannnya’
‘Terus kenapa kamu bisa tahu Di?’
‘Itu adalah cerita lain waktu lagi Sya, ini adalah waktu untuk bersenang senang hahaha’
‘Kapan aku bisa membaca apa yang kamu pernah baca Di?’
‘Kalau kau sudah siap Sya’
‘Kenapa perlu menunggu aku siap? Bukankah lebih baik ilmu untuk dipelajari lebih cepat?’
‘Karena, Anastasya, tanpa perilaku, mental, dan moral yang tepat, Manusia tidak akan bisa menerima kebenaran.’
‘Ugghh ribeeet’
‘Hahaha gw juga berpikir seperti itu dulu, tapi kau akan tahu apa yang aku mak…. Buset itu kue udah abis?’
‘Ha? Masa? Ah iya, Adiii, masa udah abiss sihhh??’
‘Jangan tanya Gw, orang lo yang makan’
‘Uhhhhmmmmm’ gerutu Sya
‘Hahhh, yasudah pesan lagi sana’
‘Dua yah, Yah? Yah?! Yahhh?!!’
‘Dan satu susu coklat lagi’
‘Okay!’
Kau tahu? Ayah gw selalu bertanya ke Gw. Apa nikmat terindah yang seorang laki laki dapat dapatkan di dunia ini? Gw jawab kalau itu adalah uang, Ayah gw hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Gw jawab lagi kalau itu adalah istri yang cantik, bukan, bukan cantik, tapi istri yang baik, dan juga sexy tentunya, lagi, Ayah gw tersenyum tapi kali ini menempeleng kepala gw, sial. Gw jawab lagi, kalau itu adalah ilmu yang bermanfaat, kali ini Ayah gw tersenyum lagi dan mengangkat tangan kanannya yang jarinya membentuk lingkaran kecil yang ibu jari dan telunjuknya nyaris ketemu, menandakan kalau gw sudah di jalan yang benar, alias hampir benar. Gw terdiam lama, kehilangan jawaban, saat itulah Ayah gw berdiri dan mengusap rambut gw, ia menjawab pertanyaan sendiri saat itu, jawaban yang selalu dan akan gw ingat sampai akhir hayat gw nanti. “Nikmat terindah seorang laki laki adalah seorang anak. Anak yang baik. Anak yang dapat meneruskan apa yang orang tua dia perjuangkan. Anak yang dapat melampaui Ayahnya. Anak yang berguna bagi orang orang sekitarnya.”. Gw tersenyum mengenang masa lalu itu. Gw dulu berpikir, kalau itu adalah salah satu kata kata Ayah yang suka berphilosophy dadakan, tapi sekarang gw tau apa yang Ayah gw maksud. Dia memang bukan anak kandung gw, yaelah, bahkan gw sama Anastasya hanya mempunyai beda umur 4-5 tahun, tapi gw tau apa yang Ayah gw maksud.
‘Hey, jangan ngelamunin jorok mulu hahaha’ ucap Sya sambil duduk ditempatnya
‘Huh? Kau pernah ngerasain dilempar dari lantai 2 gak?’
‘Aduuuh, ampunnnn Tsar Adi yang Mesum’
‘Apa lo bilang? Biar lo tau semesum apa gw sini sini’ gw jitak kepala Sya
‘Aduuuh Adiii ampuuun’
Bugh.
Sebuah ketukan buku tebal pelan terasa menyentuh kepala gw. Gw langsung mendongak ke atas untuk mencari sumber ketukan itu, dan lagi lagi dia adalah Valli. Kenapa dia disini? Kenapa bisa kebetulan ketemu? Begitu banyak pertanyaan muncul sampai gw ingat kalau ini adalah toko milik Valli. ‘Pelecehan Seksual’ ucap Valli sambil menarik kursi ke arah meja kami dan duduk di sana.
‘Ha?’ bingung Gw
‘Pelecehan seksual’ ucap Valli
‘Siapa?’
‘Kamu’
‘Kenapa lo disini? Stalker’
‘Hah, apa? Gak heran aku disini dong, karena ini tokoku’
‘Kenapa kamu ada di tokomu sendiri?’
‘……’
‘Oke lupakan pertanyaan gw, terdengar idiot sekali’ ucap Gw sambil menepuk jidat
‘Hahaha, jadi ngapain kalian disini?’ tanya Valli
‘……’ diam Gw dan Anastasya
‘Uhmm. Pertanyaanku tadi kedengarannya bodoh banget ya?’ angguk gw dan Sya
‘Jadi, Seorang Adi bisa bergerak keluar apartmentnya dan jalan jauh kesini hanya untuk makan? Aku merasa terhormat’ ucap Valli menutupi rasa malunya
‘Apakah itu kata kata yang jujur, atau hanya sarkasme?’ ucap Gw
‘Kau tidak bisa menebaknya? Kukira kau jago dalam hal menebak perkataan orang’
‘Sarkasme.’
‘Yap betul sekali’
‘Tapi gw gak akan begitu..’
‘Ha?’
‘Gw akui kue buatanlo enak, dan susu coklat ini, spesial. Gw selalu punya respek tersendiri ke orang yang punya keahlian memasak yang unggul’
‘…..’
‘Karena itu mungkin ini bakal menjadi salah satu toko favorit gw, ada kesempatan buat franchise? Gw ingin buka satu di kampung gw, He?’ bingung gw karena Valli dari tadi diam, dan sekarang mukanya memerah. ‘Kau kebelet berak? Mukamu merah’
‘Adi, itu, kak Valli malu tau hahaha’ ucap Sya menjelaskan
‘Ahhh. Iya aku malu! Normal dong malu kalau usahanya dipuji!’ ucap Valli
‘Ahhh…’ Gw bingung mau ngomong apa
‘Adii. Ngomong sesuatu dong! Aku tambah malu kalau kalian diem!!’ ucap Valli
‘Hihihi’ tawa Sya
‘Hmmm’ pikir Gw memikirkan sebuah topik bebricara, tapi gak satupun ide muncul di kepala gw ini, sial, gw emang bukan tipe orang yang jago basa basi. Tunggu! Tapi masih ada topik pamungkas di otak gw! ‘Ahh, cuaca yang indah ya hari ini’ Yess! Gak ada orang yang bisa menolak topik handal seperti ini! Terima kasih cuaca!
‘Adi, sekarang udah malam, gelap, gak ada yang indah diluar ucap Sya geleng geleng, diikuti Valli.
‘Uhh. Malam… yang indah?..’ agh. Memalukan.
‘Itu… obrolan tercanggung yang pernah kudengar’ ucap Valli
‘Bagaimana kau bisa hidup bersamanya Sya?’
‘Umm, Adi kalo dirumah gak pernah begitu kok lancar lancar aja!’
‘Masa sih? Coba ceritian kaya apa aja dia dirumah?’ tanya Valli
Sekarang gw menjadi objek omongan. Sebenarnya gw gak pernah peduli kalau gw diomongin, tapi kalau mereka ngomong yang enggak enggak didepan gw langsung seperti ini rasanya, bikin mules. Walaupun begitu, gw tidak mengganggu mereka berdua mengobrol, gw biarkan mereka berbicara riam karena Sya memang butuh ngobrol dengan seorang wanita juga. Gw pun mengambil tablet dari tas gw lagi, sampai kaki Sya menendang dengkul gw dan menggelengkan kepalanya menandakan bahwa gw gak boleh mengerjakan kerjaan gw lagi.
‘Apa yang aku bilang tadi?’ tanya Sya
‘Iya iya’ ucpa gw mengerti sambil menyeruput susu coklat gw.
‘Hey, Adi.. ummm’ ucap Valli ragu
‘Hm?’
‘Kau ada acara lagi habis ini?’
‘Hmm.. gak, gak ada, ada apa memang?’
‘Aku ingin mengundangmu ke apartment ku’
‘Ahhh, maaf, coba ulang lagi, gw rasa kuping gw bermain main dengan gw’
‘Kuulangi lagi, Aku ingin mengundangmu ke Apartmentku.’
Terdiam gw dibuat oleh ajakan Valli, nih cewek ada ada aja permintaannya, dan dadakan lagi, gw sama sekali gak mengantisipasi ajakan dia ini. Sebelum gw bisa berpikir untuk menolak ajakan Valli dengan halus. Muka Sya sudah penuh dengan senyuman jahil yang menandakan bahwa gw harus menerima ajakan Valli. Dasar Iblis kecil.
‘Kalau begitu dengan senang hati gw menerimanya’ ucap Gw.
'11 jam, 3 menit, kerja yang bagus Sya!' ucap gw sambil mengambil kedua cangkir teh dari kedua tangannya yang gw perintahkan dari pagi tadi untuk menahan kedua cangkir teh ini. Salah satu bagian dari latihan yang gw berikan ke pada Sya, dan gw sangat terkejut dengan hasilnya, selama hampir tiga bulan gw ngedidik Sya dengan cara keluarga gw, Sya berhasil menjalaninya tanpa keluhan keluar satupun dari mulutnya. Gw menaruh tangan kanan gw ke ke atas rambut Sya dan mengacak acaknya seperti biasa, sebuah senyuman dan tawa keluar di wajahnya.
'Aaaah akhirnya selesai juga! Tau gak di? Shalat dalam posisi kayak gitu susah tau!' keluh Sya sambil meregangkan kedua tangannya. Sebuah petikan tulang terdengar keras keluar dari pergeangannya itu. 'Ahhhh! enak banget rasanya tanganku ini!!' ucapnya lanjut, sementara gw sibuk menaruh kedua cangkir teh tadi ke dapur.
'Selamat!' ucap gw langsung duduk di kursi meja makan.
'Ah Laparr.. aku masakin pasta ya?'
'Hmm.. bagaimana kalau malam ini kita makan diluar aja?'
'Ha? yang benar? yang benar? kamu serius di?'
'Yep'
'Asyikk! makan apa kita?'
'Ahh.. hmmm.. makan chese cake mau?'
'Mau mau mau!!'
'Oke siap siap yuk'
'Siap Kapten!' Sya dengan girangnya hormat ke gw
Gw dan Sya langsung siap siap dan lanjut pergi ke stasiun kereta, Cheese cake, satu satunya toko yang terbesit di kepala gw kalau mengingat makanan itu adalah tokonya Valli. Gw akui Valli sangat jago dalam masak memasak, pertama saat dia menawari gw Crepe buatan dia disaat gw kelaparan menunggu Timur dulu, dan kedua saat gw mencoba Cheese cake buatannya saat gw bingung memilih hadiah baut ulang tahun Sya, sangat enak. Jadilah Gw dan Sya naik kereta untuk ke Kaluzhskaya, tempat dimana Valli tinggal.
Kling Kling
Bell berbunyi seiring gw membuka pintu masuk ketoko kue ini. 'Pilih kue mana aja yang kamu mau, oh ya, untuk Gw, cukup coklat panas saja' ucap gw ke Sya yang dijawab dengan anggukan dia. Gw langsung menaiki tangga sempit yang menembus ke lantai dua dimana tempat pengunjung bisa makan di tempat. Seperti biasa tempat ini ramai, dipenuhi oleh anak muda mahasiswa, dan orang yang baru pulang kerja, tempat yang cocok untuk berdiskusi dan melepaskan stress, ditambah dengan pemandangan dari lantai dua ini yang mengarah ke sebuah taman distrik ini. Gw duduk tepat di pinggir jendela yang memaut pemandangan taman itu. Tidak lupa gw perhatikan sekitar gw, dari 11 meja yang tersedia, 10 terisi oleh pengunjung, termasuk gw, sekitar 21 orang memenuhi ruangan ini, lebih dari setengahnya adalah perempuan, dan juga... stop. Gw hentikan pikiran gw sejenak, Gw geleng gelengkan kepala gw lalu mengambil tas yang tadi sempat gw taruh di kaki gw, untuk mengambil sebuah tablet untuk mengerjakan kerjaan kantor. Sepuluh menit gw berkutat dengan tablet gw, tiba tiba sebuah tangan menutupi layar kerja gw.
'Jangan kerja kalau bukan waktunya' ucap Sya sambil menaruh kue dan susuk coklat yang dipesannya.
'Haha Sorry ga bisa nahan kalau belum selesai'
'Belum selesai? bukannya kamu bilang kerjaan untuk minggu ini udah selesai?'
'Minggu ini? ya. Sudah. Tapi bagaimana dengan minggu depan? Bulan depan? Tahun depan?'
'He? ngapain ngerjain kerjaan yang belum tentu kita kerjain? siapa tau apa yang kamu kerjain sekarang tidak diperlukan'
'Itu ada didalam ilmu yang bernama Pengetahuan dalam Keraguan dan Ketidakpastian, "Keraguan itu terjadi karena ketidakpastian yang terbentuk dari hal yang kita anggap berguna dan sia sia, sesungguhnya didalam ketidakpastian itu hanya ada manfaat dan tidak ada mudarat", ughh begitulah, gw udah lama gak baca buku itu'
‘Apa hubungannya dengan itu?’ tanya Sya
‘Hubungannya, Anastasya, adalah, jangan pernah takut untuk berbuat lebih dari apa yang kita kerjakan. Kita harus mendorong tubuh kita sampai batas ketidakmampuan kita, itupun tidak cukup. Karena kenikmatan terbesar seorang manusia adalah mati didalam tugas, tugas untuk memajukan bangsa sendiri, tugas untuk memajukan keluarga sendiri.’
‘……’ Sya mengangguk mendengar perkataan gw. ‘Adi, dimana aku bisa membaca buku itu?’
‘Ha. Keingintahuan mu tinggi sekali Sya, Gw suka itu darimu. Hmm, sayang sekali kamu tidak akan menemukan buku itu dimanapun..’
‘Ha? Kenapa?’
‘Buku itu ikut hangus bersama Pilar Kebijakan dan kota Baghdad saat Mongolia menaklukannnya’
‘Terus kenapa kamu bisa tahu Di?’
‘Itu adalah cerita lain waktu lagi Sya, ini adalah waktu untuk bersenang senang hahaha’
‘Kapan aku bisa membaca apa yang kamu pernah baca Di?’
‘Kalau kau sudah siap Sya’
‘Kenapa perlu menunggu aku siap? Bukankah lebih baik ilmu untuk dipelajari lebih cepat?’
‘Karena, Anastasya, tanpa perilaku, mental, dan moral yang tepat, Manusia tidak akan bisa menerima kebenaran.’
‘Ugghh ribeeet’
‘Hahaha gw juga berpikir seperti itu dulu, tapi kau akan tahu apa yang aku mak…. Buset itu kue udah abis?’
‘Ha? Masa? Ah iya, Adiii, masa udah abiss sihhh??’
‘Jangan tanya Gw, orang lo yang makan’
‘Uhhhhmmmmm’ gerutu Sya
‘Hahhh, yasudah pesan lagi sana’
‘Dua yah, Yah? Yah?! Yahhh?!!’
‘Dan satu susu coklat lagi’
‘Okay!’
Kau tahu? Ayah gw selalu bertanya ke Gw. Apa nikmat terindah yang seorang laki laki dapat dapatkan di dunia ini? Gw jawab kalau itu adalah uang, Ayah gw hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Gw jawab lagi kalau itu adalah istri yang cantik, bukan, bukan cantik, tapi istri yang baik, dan juga sexy tentunya, lagi, Ayah gw tersenyum tapi kali ini menempeleng kepala gw, sial. Gw jawab lagi, kalau itu adalah ilmu yang bermanfaat, kali ini Ayah gw tersenyum lagi dan mengangkat tangan kanannya yang jarinya membentuk lingkaran kecil yang ibu jari dan telunjuknya nyaris ketemu, menandakan kalau gw sudah di jalan yang benar, alias hampir benar. Gw terdiam lama, kehilangan jawaban, saat itulah Ayah gw berdiri dan mengusap rambut gw, ia menjawab pertanyaan sendiri saat itu, jawaban yang selalu dan akan gw ingat sampai akhir hayat gw nanti. “Nikmat terindah seorang laki laki adalah seorang anak. Anak yang baik. Anak yang dapat meneruskan apa yang orang tua dia perjuangkan. Anak yang dapat melampaui Ayahnya. Anak yang berguna bagi orang orang sekitarnya.”. Gw tersenyum mengenang masa lalu itu. Gw dulu berpikir, kalau itu adalah salah satu kata kata Ayah yang suka berphilosophy dadakan, tapi sekarang gw tau apa yang Ayah gw maksud. Dia memang bukan anak kandung gw, yaelah, bahkan gw sama Anastasya hanya mempunyai beda umur 4-5 tahun, tapi gw tau apa yang Ayah gw maksud.
‘Hey, jangan ngelamunin jorok mulu hahaha’ ucap Sya sambil duduk ditempatnya
‘Huh? Kau pernah ngerasain dilempar dari lantai 2 gak?’
‘Aduuuh, ampunnnn Tsar Adi yang Mesum’
‘Apa lo bilang? Biar lo tau semesum apa gw sini sini’ gw jitak kepala Sya
‘Aduuuh Adiii ampuuun’
Bugh.
Sebuah ketukan buku tebal pelan terasa menyentuh kepala gw. Gw langsung mendongak ke atas untuk mencari sumber ketukan itu, dan lagi lagi dia adalah Valli. Kenapa dia disini? Kenapa bisa kebetulan ketemu? Begitu banyak pertanyaan muncul sampai gw ingat kalau ini adalah toko milik Valli. ‘Pelecehan Seksual’ ucap Valli sambil menarik kursi ke arah meja kami dan duduk di sana.
‘Ha?’ bingung Gw
‘Pelecehan seksual’ ucap Valli
‘Siapa?’
‘Kamu’
‘Kenapa lo disini? Stalker’
‘Hah, apa? Gak heran aku disini dong, karena ini tokoku’
‘Kenapa kamu ada di tokomu sendiri?’
‘……’
‘Oke lupakan pertanyaan gw, terdengar idiot sekali’ ucap Gw sambil menepuk jidat
‘Hahaha, jadi ngapain kalian disini?’ tanya Valli
‘……’ diam Gw dan Anastasya
‘Uhmm. Pertanyaanku tadi kedengarannya bodoh banget ya?’ angguk gw dan Sya
‘Jadi, Seorang Adi bisa bergerak keluar apartmentnya dan jalan jauh kesini hanya untuk makan? Aku merasa terhormat’ ucap Valli menutupi rasa malunya
‘Apakah itu kata kata yang jujur, atau hanya sarkasme?’ ucap Gw
‘Kau tidak bisa menebaknya? Kukira kau jago dalam hal menebak perkataan orang’
‘Sarkasme.’
‘Yap betul sekali’
‘Tapi gw gak akan begitu..’
‘Ha?’
‘Gw akui kue buatanlo enak, dan susu coklat ini, spesial. Gw selalu punya respek tersendiri ke orang yang punya keahlian memasak yang unggul’
‘…..’
‘Karena itu mungkin ini bakal menjadi salah satu toko favorit gw, ada kesempatan buat franchise? Gw ingin buka satu di kampung gw, He?’ bingung gw karena Valli dari tadi diam, dan sekarang mukanya memerah. ‘Kau kebelet berak? Mukamu merah’
‘Adi, itu, kak Valli malu tau hahaha’ ucap Sya menjelaskan
‘Ahhh. Iya aku malu! Normal dong malu kalau usahanya dipuji!’ ucap Valli
‘Ahhh…’ Gw bingung mau ngomong apa
‘Adii. Ngomong sesuatu dong! Aku tambah malu kalau kalian diem!!’ ucap Valli
‘Hihihi’ tawa Sya
‘Hmmm’ pikir Gw memikirkan sebuah topik bebricara, tapi gak satupun ide muncul di kepala gw ini, sial, gw emang bukan tipe orang yang jago basa basi. Tunggu! Tapi masih ada topik pamungkas di otak gw! ‘Ahh, cuaca yang indah ya hari ini’ Yess! Gak ada orang yang bisa menolak topik handal seperti ini! Terima kasih cuaca!
‘Adi, sekarang udah malam, gelap, gak ada yang indah diluar ucap Sya geleng geleng, diikuti Valli.
‘Uhh. Malam… yang indah?..’ agh. Memalukan.
‘Itu… obrolan tercanggung yang pernah kudengar’ ucap Valli
‘Bagaimana kau bisa hidup bersamanya Sya?’
‘Umm, Adi kalo dirumah gak pernah begitu kok lancar lancar aja!’
‘Masa sih? Coba ceritian kaya apa aja dia dirumah?’ tanya Valli
Sekarang gw menjadi objek omongan. Sebenarnya gw gak pernah peduli kalau gw diomongin, tapi kalau mereka ngomong yang enggak enggak didepan gw langsung seperti ini rasanya, bikin mules. Walaupun begitu, gw tidak mengganggu mereka berdua mengobrol, gw biarkan mereka berbicara riam karena Sya memang butuh ngobrol dengan seorang wanita juga. Gw pun mengambil tablet dari tas gw lagi, sampai kaki Sya menendang dengkul gw dan menggelengkan kepalanya menandakan bahwa gw gak boleh mengerjakan kerjaan gw lagi.
‘Apa yang aku bilang tadi?’ tanya Sya
‘Iya iya’ ucpa gw mengerti sambil menyeruput susu coklat gw.
‘Hey, Adi.. ummm’ ucap Valli ragu
‘Hm?’
‘Kau ada acara lagi habis ini?’
‘Hmm.. gak, gak ada, ada apa memang?’
‘Aku ingin mengundangmu ke apartment ku’
‘Ahhh, maaf, coba ulang lagi, gw rasa kuping gw bermain main dengan gw’
‘Kuulangi lagi, Aku ingin mengundangmu ke Apartmentku.’
Terdiam gw dibuat oleh ajakan Valli, nih cewek ada ada aja permintaannya, dan dadakan lagi, gw sama sekali gak mengantisipasi ajakan dia ini. Sebelum gw bisa berpikir untuk menolak ajakan Valli dengan halus. Muka Sya sudah penuh dengan senyuman jahil yang menandakan bahwa gw harus menerima ajakan Valli. Dasar Iblis kecil.
‘Kalau begitu dengan senang hati gw menerimanya’ ucap Gw.
Diubah oleh open.minded 18-06-2016 10:33
junti27 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
