- Beranda
- Stories from the Heart
My Cerpen. Sari
...
TS
danytrikusuma
My Cerpen. Sari
Pembukaan
Quote:
Ketemu lagi dengan ane TS Dany Tri Kusuma. Sebenarnya ini Thread Lama ane.
Dan Sempat Vakum Beberapa Lama. Tapi Kayaknya Mau Nerusin Lagi Cerita ini Sampai Tamat.
Tanpa Basa Basi.
Cerpen ini adalah Hasil imajinasi ane ajha ya. kalau ada nama atau lokasi yang mirip atau gimanapun itu, mungkin ketidaksengajaan TS dalam berimajinasi.
Langsung ajha ke TKP
Dan Sempat Vakum Beberapa Lama. Tapi Kayaknya Mau Nerusin Lagi Cerita ini Sampai Tamat.
Tanpa Basa Basi.
Cerpen ini adalah Hasil imajinasi ane ajha ya. kalau ada nama atau lokasi yang mirip atau gimanapun itu, mungkin ketidaksengajaan TS dalam berimajinasi.
Langsung ajha ke TKP
Quote:
Kita Mulai Saja Cerpennya.. Cekidot Gan
Part 1 - Lamunan
Part 2 - Kecelakaan
Part 3 - Amputasi
Part 4 - Penyesalan
Part 5 - Perpisahaan
Part 6 - Semakin Dekat
Part 1 - Lamunan
Part 2 - Kecelakaan
Part 3 - Amputasi
Part 4 - Penyesalan
Part 5 - Perpisahaan
Part 6 - Semakin Dekat
Penutupan dan Pesan
Quote:
Semoga akan Terus Update
Kalau mau berkunjung lihat Youtubeku n kenalan lebih dekat ama TS Dany Tri Kusuma
Youtube ku
Kalau mau lihat foto fotoku di Instagram ku
Kalau mau baca baca Thread ku yang lain. Ada lumayan Banyak kok Hot Thread nya.
Kumpulan Thread Dany Tri Kusuma
websiteku www.danytrikusuma.com
Sumur Kata Kata : Imajinasi Pribadi TS
Kalau mau berkunjung lihat Youtubeku n kenalan lebih dekat ama TS Dany Tri Kusuma
Youtube ku
Kalau mau lihat foto fotoku di Instagram ku
Kalau mau baca baca Thread ku yang lain. Ada lumayan Banyak kok Hot Thread nya.
Kumpulan Thread Dany Tri Kusuma
websiteku www.danytrikusuma.com
Sumur Kata Kata : Imajinasi Pribadi TS

Diubah oleh danytrikusuma 17-12-2016 12:27
anasabila memberi reputasi
1
3.2K
Kutip
35
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
danytrikusuma
#26
Part 5 - Perpisahan
Quote:
Sepulang dari rumah sakit, aku menatap kosong ke gerobak bakso. "Udaah le gausah jualan kamu sore hari ini, biar ibu saja. Kamu jagain Kakekmu thu di rumah". Ibuk berkata sambil menepuk pundak ku. "Tapi bu". Belum selesai aku menjawab ibu nyahut lagi. "Udah gausah tapi tapi". "Iya bu" jawabku pelan.
Malam harinya aku masih berbaring di kasurku yang gak begitu nyaman. Masih memikirkan keadaan Nana yang sekarang aku sendiri gatau dia bagaimana. "Maafkan aku ya Na. Bla bla bla" kutuliskan banyak kata untuk Nana dalam sebuah buku diaryku.
Iya selain suka membaca buku aku juga suka menuliskan kisah kisah hidupku dalam sebuah buku diary. "Naaaaak, Makan dulu gyh" Suara kakekku yang berusia 70 tahunan menghentikan langkah jemariku menuliskan penyesalanku hari itu. "Iyaa kek". Jawabku sedikit lantang. Sambil mengusapkan sedikit air mataku, aku segera menuju tempat makan. Dan akupun makan bersama Kakek dan ibuku.
"Nak, kamu gausah merasa bersalah begitu, itu yang dinamakan Musibah. Semua orang pasti pernah mendapatkan musibah dan kamu baru saja mendapatkannya". Cetus Kakek kepadaku. "Iya kek, Dani cuma kasian kepada Nana kek. Dani gamau kehilangan sahabat sebaik dia kek". Dengan muka sedih aku berkata begitu. "Iyaa le ibu tau kok, tapi gausah sampai mengganggu kehidupan kamu dan belajarmu". Sahut ibu. "Heem". Gumamku.
Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi untuk menjalankan aktivitas sekolah di SMA Tunas Harapan salah satu SMA terfavorit di daerah Bandung kota waktu itu. Segera aku mandi pagi dengan dibasuh air hangat untuk menghilangkan sedikit rasa sakit yang masih tersisa. Namun tak seperti biasanya, tidak ada Nana di belakangku. Tidak ada canda tawa saat aku mengayuh sepeda di sekolah lagi. Karena sejak saat itu akses untuk bertemu Nana dibatasi oleh pak Aryo yang sejatinya adalah papanya Nana.
Sampai pada akhirnya sebulan setelah kecelakaan itu ibu guru mengumumkan kepada kami siswa siswi kelas 11 IPA1 SMA Tunas Harapan bahwasanya Nana Wulandari telah mengundurkan diri dari sekolah SMA Tunas Harapan dan memilih jalur home skuling. Dalam hatiku "Pasti Nana malu karena kakinya diamputasi dan memakai kursi roda". Iya aku tau Nana memakai kursi roda ketika sore hari sepulang berjualan bakso tak sengaja aku melihatnya dibelakang rumahnya yang besar Se kampung kami. Dia begitu cantik waktu itu tapi apa daya aku hanyalah masa lalu bagi dia dan keluarganya. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh sambil menyesali apa yang telah aku perbuat kepadanya.
Dikarenakan hal ini aku dibenci oleh teman temanku sekelas khususnya sahabat baiknya Nana. "Lihat tuh gara gara kamu gak hati hati di jalan Nana akhirnya jadi begini, udah begitu gamau jenguk Nana dan gak pernah minta maaf kepada Nana, Dasar. Udah miskin, gak tau diri lagi". Cetus Nadia yang emang terkenal ceplas ceplos di Sekolah dan sahabat baiknya Nana sejak SMP dulu.
Aku hanya tertunduk lesu mendengarkan guruku bicara seperti itu ditambah lagi celotehannya Nadia yang semakin membuat aku merasa jadi orang paling bersalah sedunia. Namun setelah itu datanglah Sari di samping tempat dudukku yang kosong, memang semenjak kecelakaan itu aku harus duduk sendiri, tidak ada Nana yang biasanya jadi tempatku untuk berdiskusi tentang pelajaran ataupun canda candaan kecil. "Udah Dani, kamu jangan dengerin perkataan Nadia tadi, dia hanya kesel sesaat kepadamu". Datang Sari dengan membawa botol air mineral untukku. "Makasih ya Sari, kamu baik banget". Sambil menerima botol air mineral darinya.
Hari itu kembali Sari jadi orang yang membuatku bersemangat. Senang sekali rasanya ada dia disaat aku lagi terpukul seperti ini. Dan mulai hari itu aku membuka diri kepada Sari dan kita sering berdiskusi masalah pelajaran bersama.
Malam harinya aku masih berbaring di kasurku yang gak begitu nyaman. Masih memikirkan keadaan Nana yang sekarang aku sendiri gatau dia bagaimana. "Maafkan aku ya Na. Bla bla bla" kutuliskan banyak kata untuk Nana dalam sebuah buku diaryku.
Iya selain suka membaca buku aku juga suka menuliskan kisah kisah hidupku dalam sebuah buku diary. "Naaaaak, Makan dulu gyh" Suara kakekku yang berusia 70 tahunan menghentikan langkah jemariku menuliskan penyesalanku hari itu. "Iyaa kek". Jawabku sedikit lantang. Sambil mengusapkan sedikit air mataku, aku segera menuju tempat makan. Dan akupun makan bersama Kakek dan ibuku.
"Nak, kamu gausah merasa bersalah begitu, itu yang dinamakan Musibah. Semua orang pasti pernah mendapatkan musibah dan kamu baru saja mendapatkannya". Cetus Kakek kepadaku. "Iya kek, Dani cuma kasian kepada Nana kek. Dani gamau kehilangan sahabat sebaik dia kek". Dengan muka sedih aku berkata begitu. "Iyaa le ibu tau kok, tapi gausah sampai mengganggu kehidupan kamu dan belajarmu". Sahut ibu. "Heem". Gumamku.
Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi untuk menjalankan aktivitas sekolah di SMA Tunas Harapan salah satu SMA terfavorit di daerah Bandung kota waktu itu. Segera aku mandi pagi dengan dibasuh air hangat untuk menghilangkan sedikit rasa sakit yang masih tersisa. Namun tak seperti biasanya, tidak ada Nana di belakangku. Tidak ada canda tawa saat aku mengayuh sepeda di sekolah lagi. Karena sejak saat itu akses untuk bertemu Nana dibatasi oleh pak Aryo yang sejatinya adalah papanya Nana.
Sampai pada akhirnya sebulan setelah kecelakaan itu ibu guru mengumumkan kepada kami siswa siswi kelas 11 IPA1 SMA Tunas Harapan bahwasanya Nana Wulandari telah mengundurkan diri dari sekolah SMA Tunas Harapan dan memilih jalur home skuling. Dalam hatiku "Pasti Nana malu karena kakinya diamputasi dan memakai kursi roda". Iya aku tau Nana memakai kursi roda ketika sore hari sepulang berjualan bakso tak sengaja aku melihatnya dibelakang rumahnya yang besar Se kampung kami. Dia begitu cantik waktu itu tapi apa daya aku hanyalah masa lalu bagi dia dan keluarganya. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh sambil menyesali apa yang telah aku perbuat kepadanya.
Dikarenakan hal ini aku dibenci oleh teman temanku sekelas khususnya sahabat baiknya Nana. "Lihat tuh gara gara kamu gak hati hati di jalan Nana akhirnya jadi begini, udah begitu gamau jenguk Nana dan gak pernah minta maaf kepada Nana, Dasar. Udah miskin, gak tau diri lagi". Cetus Nadia yang emang terkenal ceplas ceplos di Sekolah dan sahabat baiknya Nana sejak SMP dulu.
Aku hanya tertunduk lesu mendengarkan guruku bicara seperti itu ditambah lagi celotehannya Nadia yang semakin membuat aku merasa jadi orang paling bersalah sedunia. Namun setelah itu datanglah Sari di samping tempat dudukku yang kosong, memang semenjak kecelakaan itu aku harus duduk sendiri, tidak ada Nana yang biasanya jadi tempatku untuk berdiskusi tentang pelajaran ataupun canda candaan kecil. "Udah Dani, kamu jangan dengerin perkataan Nadia tadi, dia hanya kesel sesaat kepadamu". Datang Sari dengan membawa botol air mineral untukku. "Makasih ya Sari, kamu baik banget". Sambil menerima botol air mineral darinya.
Hari itu kembali Sari jadi orang yang membuatku bersemangat. Senang sekali rasanya ada dia disaat aku lagi terpukul seperti ini. Dan mulai hari itu aku membuka diri kepada Sari dan kita sering berdiskusi masalah pelajaran bersama.
Diubah oleh danytrikusuma 16-04-2016 08:54
0
Kutip
Balas