Salman yang gelagapan buru-buru menarik tangan gue dan Diana, kemudian berbonceng tiga di atas motor, mengarahkan jalan ke klinik terdekat.

Dengan posisi Salman di depan setir, gue di tengah dan Diana di belakang, kami mulai berjalan menjauhi taman tempat gerombolan anak STM yang usai tawuran tadi.

Di tengah perjalanan, samar – samar terdengar suara isak tangis Diana yang sesungukan. Ketika gue menoleh ke belakang, Diana yang terisak-isak itu memeluk punggung gue sambil berbisik lirih ;







Tangannya bergetar, terasa jelas di perut gue. Yah, namanya juga cewek. Sekuat apapun pertahanannya, akhirnya jebol juga. Sejago apapun silatnya Diana, akhirnya mewek juga. Hahahaha. (Gue juga mewek sih, sambil pegangin ‘my little beni’ dan hidung gue yang patah ini)


Hidung gue yang keluar ‘kecap’terus-menerus itu akhirnya mendapat pertolongan dari dokter di klinik. Setelah pendarahannya berhenti, Salman akhirnya berpamitan pulang ke rumahnya yang gak jauh dari klinik itu. Sedangkan gue dan Diana masih terduduk di kursi klinik.







Setelah Salman menghilang di balik pintu, Diana merajuk sambil menyodok perut gue dengan siku nya.







Diana melotot, jarinya menyentil keras-keras hidung gue yang baru saja ditangani dokter.



PLETAAKK..!!!







Dokternya geleng – geleng kepala, Diana Cuma nyengir kuda, sedangkan gue termehek – mehek.









Akhirnya gue nganterin Diana pulang sore itu juga. Setelah perjalanan jauh, akhirnya kami sampai kerumahnya yang megah itu.







Akhirnya gue mengalah. Setelah ditarik Diana, gue dibawa dan di dudukkan di sofa ruang tamu. Setelah itu Diana mengambil kotak P3K, dia mengikat rambutnya terlebih dahulu dan mulai membersihkan darah yang mulai mengering di hidung gue.

Ketika itu Diana sedang fokus membersihkan darah, kesempatan gue memperhatikan detail tiap senti wajahnya. Astaga, gue meleleh.


Bentuk mata sayu dan alisnya yang berduet membentuk sorot mata yang tajam, hidungnya yang terpahat cantik, tulang pipi yang menonjol, warna bibir yang seperti kuncup mawar, serta dagunya melancip. Siapa yang menyangka pemilik wajah seindah ini adalah petarung andal?






kata Diana tiba – tiba membuyarkan lamunan gue. Siaul nih cewek, gak ada manis – manis nya banget sifatnya. Kebanyakan ngeselinnya sih. Akhirnya gue mencoba membuka pembicaraan.







Gue kaget. Apa – apaan Diana nyuruh gue buka baju? Apakah…… Gue celingukan memperhatikan situasi rumah. Sepi....








Diana mengantar gue ke kamarnya. CEKLEK, pintunya di buka. Wow, gila keren banget kamarnya. Ketika sedang terkagum – kagum sama isi kamar Diana, tiba –tiba sudut mata gue melihat sesuatu yang mengerikan.






Eh, itu suara jeritan gue? Gue ngejerit? Iya. Sambil terbirit – birit ngacir ke ruangan depan pulaa. ASTAGA BENIIII..!!








Diana ketawa ngakak sambil pegangin perutnya. Gue lupa Diana pernah bilang kalo di samping bantal tidurnya itu dia taruh boneka Chukky.


Sumpah, gan. Ngeliat boneka Barbie aja gue udah merinding, apalagi ngeliat boneka Chukky? Itu ibarat ketemu raja setan bagi gue.


Lagipula Diana ini emang rada gesrek otaknya. Disaat cewek – cewek lain koleksi boneka bentuk hati, Winnie the pooh atau teddy bear, Diana malah milih tidur sambil pelukan sama si Chukky bedebah itu. Kayak gak ada boneka yang lebih imut aja.







Gue mendekat ke muka pintu, lalu celingukan ke dalam. Oke, aman. Gue pun masuk dan menutup pintu, lalu membuka semua pakaian yang bau nya udah gak karuan, kemudian masuk kamar mandi.


Selesai mandi, gue kelimpungan. Ternyata boxer gue ketinggalan di kamar. Akhirnya gue keluar kamar mandi hanya dengan berbalut handuk.


Ketika membuka pintu kamar mandi, Diana duduk bersila di atas kasur sambil menekuni laptop.



ASTAGANAGA,, rupanya Diana yang lagi bersila itu udah berganti baju. Pakaian seragam sekolahnya sudah diganti dengan pakaian rumah yang modelnya menggoda iman. Tanktop hitam dan celana gemes.

OH NO, si ‘Little Beni’ menggeliat, terbangun dari tidurnya. Gue tutupi dengan tangan karena tampak mencolok di tengah balutan handuk.







Deggg..!! Diana, segala ngajuin pertanyaan yang bikin gue gelagapan.







Diana memandang gue dari sudut matanya sambil tersenyum penuh arti.







Gue bertanya, mengalihkan pembicaraan. Sumpah situasi kayak gini bikin tegang, atas dan bawah.

Ditambah lagi, setelah gue duduk di atas kasur bersebelahan dengan Diana, mata gue secara otomatis memindai bagian – bagian kulit Diana yang tidak terlindungi pakaian.

Bulu – bulu halus di telapak paha nya, lekukan lembah di antara bukit indahnya. AAAHHH.. Akibatnya, ‘Little beni’ berontak makin liar, tangan gue pun menutupinya makin erat.


Diana menutup laptop dan menaruhnya di meja rias di pinggir kasur.



Setelah itu, di pandangi nya mata gue lekat –lekat.



Wajahnya kian lama kian mendekat,



dan akhirnya..




Ciuman yang panas terjadi. Entah apakah ciuman itu namanya French kiss, British kiss, Netherland kiss atau mesum kiss, terserah yang baca deh. Intinya, yaa cipok – cipok basah gitu deehhh.. hehehehe


Tanpa sadar, tangan Diana menyentuh ‘Little Beni’ yang sudah terlepas dari kungkungan tangan gue yang semenjak awal menutupinya. Kemudian Diana melepaskan serangannya sambil terengah – engah lalu berbisik nakal ;







SREETTT..!!! handuk gue terbuka, gue menutup mata. Membiarkan Diana melakukan pijatan nakal, dan kemudian…….



SKIIIIIIIIIPPPPPPPPP…!!!!!



Berhubung ini sudah menjurus BB ++21++,, dengan berat hati gue memutus jalan cerita. Cukup gue, Diana, Tuhan dan Setan yang tau kelanjutannya. Intinya, terapi yang Diana berikan sukses membuat ‘Little Beni’ kembali hidup seperti sedia kala setelah dihajar. YIIIHHHAAAAA~