Gue dan temen – temen berebut udara segar. Setelah berlarian menyelamatkan diri akhirnya seluruh basis di STM gue berkumpul di meeting point yang memang sengaja sudah di siapkan untuk menyembunyikan diri dari kejaran polisi. Lokasi nya berupa sebuah taman kecil di bantaran sungai kecil.

Kepala suku masing – masing basis mulai menghitung jumlah warganya yang tersisa. Di antara napas yang masih terengah – engah, mereka berebut bicara. Entah apa aja yang di bahas, tiba – tiba pentolan basis yang berwajah babi itu nyeletuk ke arah gue.






Si pentolan babi melempar sejumlah uang ke arah gue. (sumpah, kalo bukan demi ijasah yang setahun lagi gue raih, udah gue tinggal lari gerombolan ini.)


Sambil mengumpat dalam hati, gue memunguti satu demi satu uang yang bertebaran di tanah.

Ketika gue memungut lembar terakhir yang tersisa, terdengar suara deru motor mendekat.

Kemudian, teriakan seseorang memanggil gue.







Gue menoleh ke arah panggilan itu. Ternyata sobat gue, Salman, datang ke tempat itu memakai motor gue yang sengaja gue titipkan ke dia.

Eh, tapi tunggu dulu, si Salman datang dengan membonceng seseorang.

Si pembonceng itu lalu turun dari motor dan kemudian berjalan ke arah gue dengan tergesa – gesa dan dengan raut wajah yang amat sangat tidak menyenangkan.







Belum selesai gue berseru, tanpa di duga, Diana yang masih berseragam sekolah itu mengayunkan tangannya ke arah sisi wajah gue.


PLAAKK..!!!


tangan mulus Diana mendarat dengan sangat sukses di pipi gue yang mulai ditumbuhi jerawat.


(Readers pernah di gampar cewek dengan tenaga penuh? Itu sudah teramat sangat mainstream. Tapi, apakah readers pernah di gampar cewek yang jago silat pake tenaga penuh dan mungkin juga sambil mengerahkan tenaga dalamnya? Gue yakin, apa yang gue alami ini adalah satu per sepuluh milyar di antara semua gamparan yang terjadi di muka bumi. Silahkan readers bayangkan sendiri gimana rasanya.)


Namun, penderitaan gue belum cukup sampai di situ. Gue yang bahkan belum sempat menjerit ini kembali di serang oleh Diana.


DUUGG..!!!


lutut jahanam Diana mendarat tepat di ‘Beni kecil’.



Rest in Peace, my Little Beni~.



gue tersungkur di tanah sambil memegangi dua bagian tersebut.


Masih dengan ekspresi garang dan sinar mata yang berkilat jahat, Diana berteriak lantang.






Angin berdesir semilir. Suasana mendadak hening.









nih ane update episode paling mengentangkan jiwa dan raga