natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.




Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 16:32
tukangdjagal
makola
imamarbai
imamarbai dan 6 lainnya memberi reputasi
7
461.8K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#1483
F Part 62
Untungnya kelas gue pulang lebih cepat karena guru yang ngajar kelas gue ada keperluan. Gue pun langsung beres-beres.

“Yakin Fe lo gak ada apa-apa?” Tanya Erika ke gue.
“Ngak Rik, gak ada apa-apa.” Jawab gue.
“Fe….”
“Kenapa sih lo hari ini perhatian banget ama gue?” Kata gue kepadanya.
“Engak apa-apa.”
“Eh.. kapan-kapan gue pengen belajar sama elo buat ujian nasional nanti.” Kata Erika.
“Iya rik, iya santai aja.”
“Dah ya, gue duluan ada urusan. Bye” Kata gue.

Gue langsung pergi menuju ke pos satpam belakang dan nangkring disana. Rencana gue hari adalah ingin nyegat Andrea. Gue ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi tentang perubahaan sikap mereka ke gue.

“Ahoy om Iwan.” Sapa gue ke om Iwan yang sedang asik membaca koran “Pikiran Rakyat”nya. Di mejanya ada kopi hitam.
“Eh neng.. udah pulang?” Kata om Iwan tanpa menatap gue karena serius membaca.
“Udah, om aku ikut nangkring disini dulu ya.”
“Iya , mangga neng.”

Kurang lebih 30 menitan lagi bel pulang akan berbunyi, cukup lama memang tapi apa boleh buat lah ya, gue pengen nuntasin ini semua. Sambil menunggu, gue sengaja mengambil kopi hitam milik om iwan dan meminumnya tanpa sepengetahuan dia.

Gue pun terus menunggu sementara om Iwan masih sibuk membaca.

“Loh kok kopinya habis?” Tanya om Iwan dengan ekspresi kaget.
“Aku minum om, hehe.” Gue nyengir tanpa dosa.
“Yah, si neng mah itu om baru bikin..”
“Kapan-kapan aku ganti deh om…”
“Yaudah..”

Om Iwan kembali melanjutkan membaca. Tak lama kemudian bel pulang berbunyi. Gue pun langsung menyiapkan mata untuk menyambut kedatangan Andrea. Sebenarnya di kelas ada Dania, tapi akar permasalahannya bukan di Dania. Soalnya yang agak sedikit jadi bos dan punya power itu Andrea di geng gue.

Dari jauh gue udah bisa lihat Andrea, dia berjalan sendirian. Walaupun kondisi sangat rame karena semua siswa berhamburan ingin pulang, gue menunggu Andrea di dekat gerbang dan ingin mencegatnya.

Dari jarak beberapa meter dia pasti udah tau kalau gue sedang menunggunya. Dia melihat ke arah gue dan menghentikan langkah kakinya, sekarang giliran gue yang berjalan menuju ke arahnya. Dia tampak kaget.

“Halo nde, lama tak bersua.” Sapa gue kepadanya dengan sedikit senyuman.
“Halo Fe, lama tak bersua juga.” Balasnya dengan senyuman juga.
“Hehehe…”
“Hehehe…”
Entah kenapa dia menjadi nampak tenang dan sepertinya tau apa niat gue. Dia bisa membaca gelagat gue dan sepertinya sedang menunggu apa yang akan gue sampaikan kepadanya.

“Lo udah tau kan ya, Nde..?”
“Tau apa atuh.?”Katanya ketus.
“Ah jangan pura-pura loh Nde..”
“Gua gak tau yah fe…Hehehe”
“Yauda atuh yuk, mari kita duduk dulu atuh. Hehehe..”
“Bolehhhh..”

Di balik “hehehe” kita berdua tentu menyimpan sesuatu yang ingin disampaikan. Gue bisa melihatnya dari gelagat dan cara menanggapi ucapan gue, dia pasti menyimpan sesuatu yang ingin diungkapan. Gue pun mengajak dia ke kantin belakang.

“Jadi kita ada apa nih?” Kata dia.
“Kenapa lo tadi membiarkan Susi melabrak Ani lagi?” Tanya gue.
“Wait ya, tunggu gue pesen minum dulu.”

Andrea menaruh tasnya lalu memesan minuman dulu ke umi tukang jus.

“Sepertinya bukan itu yang ingin lo bahas, ya Fe?” Senyum dia.
Gue pun tersenyum. Memang benar bukan itu yang ingin gue bahas. Masalah Ani sebenernya tidak terlalu penting, karena Ani adalah salah satu umpan agar gue bisa berbicara dengan Andrea.
“Kenapa baru sekarang?” Lanjutnya.
“Maaf, gue sibuk sama pelajaran akhir-akhir ini. Tapi, sekarang gue udah gatel. Hehe” Jawab gue.
“Yauda.. maafin gue ya Fe.. maaf.” Katanya
“Maaf?” Tanya gue
“Iya gue minta maaf Fe.. Lo neriakin gue waktu itu, Gue tau lo marah banget sama gue pas gue kenalin dan ngasih kontak lo ke Rangga.”
“Yayayaya…”
“Gue juga tau lo kesel karena sekarang kita dekat dengan Susi.”
“NAH! You’ve got the point!” Kata gue sambil menunjuk ke muka Andrea.
“Eits tapi…” Andrea menepis tangan yang gue acungkan kepada dia.
“Itu semua agar lo balik ke kita, kita tau kebiasaan dan sifat lo, lo gak bakal memulai sesuatu kalau gak dipancing. Lo kalau marah ya bakal terus marah sampai sesuatu itu dipancing atau disulut dulu. Sejak kejadian lo marah ke gue gara-gara kontak lo di kasih ke Rangga lo pasti bakal terus marah ke gue dan gak mau bicara sama gue lagi. Makanya kita sengaja khususnya gue dekat ke Susi sebagai umpan agar lo penasaran dan mau bicara lagi sama gue. Buktinya kan lo penasaran ya kan? Dan sekarang kita duduk berdua berhadapan sedang berbicara”

Gue terdiam mendengar penjelasan Andrea dan memang benar juga, kalau gak ada kejadian Andrea dekat ke Susi, gue pasti gak peduli dan masih marah sama Andrea perihal ngasih kontak gue ke Rangga. Gue mesti dipancing dulu agar penasaran dan kalau udah penasaran gue gak secara langsung untuk ngungkapinnya, mesti orang lain yang mancing-mancing gue agar gue tergerak untuk menelusuri hal itu.. Gak gampang emang jadi gue, ribet!

“Woi bengong! Hahaha.” Kata Andrea membangunkan lamunan gue.
“Hah? Ngomong apa lo?”
“Jadi?”
“Apa?”
“Masih marah gak?”
“……..”
“Gimana?” Tanya nya.
“hm…. Tapi kenapa mesti dengan Susi sih?” Tanya gue.
“Ah elah, besok juga udah ilang tuh Susi. Udah kita tinggalin lagi.” Jawab Andrea.
“Asalkan lo balik ke kita.” Lanjutnya
“….hmmm…”
“Yaudah gue maafin.”
“Nah gitu dong..” Kata Andrea seraya mengacak-ngacak rambut gue.
“Kita gak mau kehilangan lo Fe.” Kata dia

Gue hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Andrea. Kita pun berdua beranjak pergi dari kantin dan terlihat mesra bersama kembali melempar candaan tentang kejadian tersebut. Andrea menceritakan bagaimana dia dan yang lainya berat hati untuk memulai pendekatan terhadap Susi. Andrea mesti berpura-pura kalau dia ingin bergabung dengan genk Susi karena bermusuhan dengan gue. Gue sih ngakak-ngakak aja gak bisa ngebayangin mereka dengan berat hati mesti dompleng ke Susi. Gue bertanya kepada dia kenapa gak secara langsung saja minta maafnya ke gue. Kata dia kalau begitu kurang asyik mesti ada dramanya sedikit. Anjay memang temen gue yang satu ini, bikin kehidupan gue jadi ribet aja. Tapi, gue terharu dengan omongannya yang gak mau kehilangan gue, cuman caranya aja yang anti mainstream gini. Aaaaakkkk..!

“Eh, tolong bilang minta maaf ke Ani ya, gak bisa bantuin pas dimarahin tadi.”
“Iyaa iyaa…”
“Oya.. ngomong-ngomong gue putus sama si Andrew.”
“Loh kenapa?”
“Malesin aja, dia maksa gue buat jodohin lo ke Rangga. Ya gue marah lah dan gue lebih milih lo daripada dia Fe..”
“Ah.. segitunya lo, padahal mah Rangga bisa gue urus sendiri..”
“Gpp lah ya, udah terlanjur, yang penting kita baikan.” Ujar Andrea sambil mengacungkan kelingkingnya dan gue pun tentu membalasnya dengan mengacungkan jari kelingking gue untuk saling mengikatkan jari kelingking kita masing-masing.

****

0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.