- Beranda
- Stories from the Heart
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!
...
TS
galonze.b.c.n.b
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!

1 Flat2 Wanita 2 Cerita

Quote:
Spoiler for Rules:
Spoiler for F.A.Q:
Quote:
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 11-06-2016 21:40
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
galonze.b.c.n.b
#2159
Part 77 Sayang (3)
Pagi itu langit di Bandung terasa sangat sejuk dan segar setelah semalaman diguyur hujan yang cukup lebat mengguyur kota ini dan pagi ini dia hampir akan kembali menutup sinar matahari yang ingin masuk ke bumi pasundan pagi ini.
Tepat pukul 05:00….
“adek bangun sayang…” ucap gue menggoyangkan pelan tubuhnya.
“ngggghhhh, jam berapa mas? Masih ngantuuukkkk" jawab dia sambil menguap dan mengucek ngucek matanya.
“jam 5 de, bangun yukkkk…” ucap gue.
“nanti mas ah… aku masih ngantuk..” ucap dia kembali menarik selimutnya.
“ya udah mas mau lari pagi sama norman, adek bobo aja..” ucap gue melangkah keluar.
“gak mau! Ikut maasssssss” ucap dia berteriak dan bangun dari tidurnya.
Setelah mila masuk kekamar mandi dan mencuci muka. Kira kira setengah jam sebelum dia bangun kami meminum air the bersama di balkon rumah, dimana gue duduk selonjoran sementara mila menyandarkan kepalanya di bahu gue. Kami bercengkrama layaknya seorang yang sudah menjadi suami istri, kita membicarakan hal yang sama sekali tidak perlu dibicarakan.
“katanya mau lari pagi mas, ini aku udah pake bajunya…” ucap mila.
“iya normannya lagi ganti baju dulu, sebentar lagi katanya…” jawab gue.
Setelah sekitar 15 menit menunggu akhirnya kitapun berangkat ke sabuga menggunakan kendaraan milik norman. Pagi itu suasana Sabuga sudah mulai ramai oleh berbagai kalagan yang mempunyai tujuan berolahraga ditempat ini. Terletak di pusat kota bandung bagian utara, sabuga yang dikelilingi pepohonan rimbun dan rindang ini adalah surganya mereka yang ingin berolah raga di Bandung.
Sebuah lapangan Sepak Bola yang dikelilingi jalur lari athletik bisa menjadi pusat kegiatan orang orang di sabuga. Gue dan norman baru saja menyelesaikan lima putaran lari tapi sudah mulai terlihat kelelahan. Berbeda dengan mila, dia masih kuat berlari sedaritadi. Melihat dia seperti itu…. gue merasa sebagai lelaki lemah yang tak bisa menyaingi dia.
Tapi tujuan kita dari awal bukan untuk berolah raga, melainkan menemani norman yang sedang mencari wanita saingel, kata dia siapa tahu ada yang bisa diajak kenalan dan bisa jadi pacar dia. sejauh ini usaha norman masih dibilang setengah berhasil, dugaannya banyak wanita cantik yang sering olahraga disini tepat sekali. Gue pun beberapa kali terpesona melihat wanita cantik yang berlari sore disini.
“Man, lu beneran cape apa ada maksud lain nih?” ucap gue sambil melemaskan kaki. Kita berdua menyingkir dari jalur lari dan beristirahat di satu dari banyak pondokan yang terdapat disekitat jalur lari.
Norman sama sekali tak menjawab, dia hanya memberikan isyarat ke gue menggunakan matanya yang melirik kesebelah kanan ‘nah kan bener….. emang ada maksud lain juga ni si kampret!’
Disamping norman duduk seorang cewek yang sedang beristirahat sambil mendengarkan sebuah lagu dengan headsetnya. Tampak dia sedang meregangkan badannya sambil sesekali menepuk nepuk betis kakinya yang terbungkus celana training. Rambut hitam panjangnya diikat dan ditarik hingga menjadi seperti seekor kuda, kulit putihnya dibasahi oleh keringat yang mengucur di dahinya.
Sekilas jika memandang perempuan itu mengingatkan gue dengan wulan…, mungkin memang selera norman ya cewe cewe yang tipenya mirip sama wulan kali. Yang jelas hingga detik ini norman masih gerogi buat nyapa cewek disampingnya itu. Sedangkan gue sebaga teman dekatnya hanya berusaha memberikan dukungan moral kepada dia supaya mau mengajak wanita itu berkenalan.
“Elo gak mau kenalan sama dia? elo gak kenal sama dia nanti nyesel loh…, man! Cewe kaya gitu jarang jarang dia single, next time kalo ketemu dia lagi pasti udah bawa gandengan tuh… lu pasti nyesel liatnya” ucap gue setengah berbisik dan mendorong dorong dia untuk memberanikan diri dan berkenalan dengan wanita itu.
Gue pun akhirnya lari berpindah ke seberang jalan, melihat dia dari kejauhan apa yang akan dia lakukan. Diluar dugaan, ternyata omongan gue didengar oleh dia dan norman terlihat sudah merani mencoba menyapa cewe itu.
“Rangga…” terdengar suara panggilan lelaki di kedua telinga. Gue langsung menengok dan melihat Rio, Agnas dan gengnya sedang berlari berbarengan.
Mereka semua berpenampilan layaknya seperti bidadari. Kulit putih yang bersih dan mulus, paras cantik dan menarik, badan yang bagus, dan memakai baju olahraga yang sedikit berbeda dengan wanita wanita lain disini, membuat mereka menjadi pusat perhatian gue dan banyak orang.
Teman teman agnas bernama Herna, Astri, Ismi dan Ratna… mereka semua terlihat sangat cantik pagi itu. Tapi hanya Agnas yang mampu membuat gue tak mengalihkan pandangan ke orang lain. Apalagi sebabnya kali bukan karna ukuran dada dia yang diatas rata tata. Dia juga mengenakan celana pendek yang jau diatas lutut dengan atasan tanktop yang memperlihatkan kemulusan kulit putihnya disekitaran perut dan kedua tangannya.
Untungnya (Atau mungkin sayangnya) hari itu Agnas memakai Bra yang sama dengan Mila yaitu Sports Bra, jadi kedua dadanya yang besar itu tidak berugncang hebat saat dia berlari lari. hanya diam saja meskipun tetap terlihat mancung dan menantang mata siapapun yang memandangnya. Astaga… kenapa pikiran gue jadi kotor gini….
“Mana si omen?” tanya rio ketika rombongan pacarnya itu datang menghampiri gue yang masih terdiam akibat melihat pemandangan yang mereka berikan.
“Tuh…. Di seberang,….” Ucap gue sambil menunjuk ke seberang jalan. Rio dan Agnas melihat kearah seberang saat norman sedang asyik mengobrol berduaan bersama seorang cewe.
“Siapa tuh?” tanya rio.
“gak tau… Barusan kenalannya juga dia” ucap gue.
Kita pun akhirnya berlari lagi. Malu juga sebenarnya kalo kalah dari cewek cewek didepan ini…., meskipun mereka baru dateng sementara gue dan norman sudah lima kali putaran ditempat ini. Tapi gue merasa sangat gengsi jika berhenti sejenak untuk beristirahat.
Dan mungkin rasa gengsi ini membuat gue kuat meladeni mereka berlari beberapa putaran, cukup kaget juga ketika melihat mereka berlari terus sampai beberapa putaran tanpa harus istirahat, ini sudah masuk putaran ketiga dan mereka semua belum ada tanda tanda ingin berhenti sejanak. Sedang kan lutut gue sudah mulai terasa lemas dan nafas di dada sudah mulai memburu.
Ungtunya saat itu si Astri mendadak ingin ke kamar kecil. gue yang melihat kesempatan untuk istirahat dan mencari nafas mencoba menawarkan diri untuk mengantar dia kekamar kecil dan dia tidak menolak tawaran gue. saat beberapa langkah lagi akan sampai di Kamar kecil, dari arah samping terlihat Mila menatap kearah gue. Alamak! Gak sadar gue kalo hari ini lagi lari bareng cewek gue disini, mana posisi gue sebelahan sama Astri lagi.
“Eh As, aku ke temenku dulu yah, kayaknya dia udah mulai lari lagi..” ucap gue ke astri.
“owh, ya udah gapapa” jawab dia ramah.
“iya sorry yah…” ucap gue. Gue pun langsung lari mengejar mila yang lari acuh dengan pandangan wajah kedepan.
“sayang… istirahat dulu dong… daritadi lari terus..” ucap gue berlari disamping dia.
Mila masih acuh saja berlari tanpa merespon ucapan gue, dia sepertinya ngambek melihat gue berjalan dengan wanita lain tadi. Gue sendiri juga sih yang bloon, malah nawarin diri buat nganterin dia, jelas jelas hari ini lagi lari berdua sama pacar, kalo sendiri sih gapapa. *eh….
“de.. udah istirahat dulu, dari tadi lari terus” ucap gue memegang tangan dia untuk berhenti.
dia pun berhenti berlari dan duduk disamping jalan, “jangan cemberut gitu dong, jelek ah..” ucap gue menggoda dia.
“diem ah… malu diliat orang…” ucap dia jutek.
“ya udah, mau kemana sekarang? Mau makan?” tanya gue.
“males!”
“idih, kok gitu banget jawabannya”
“mas sebenernya tujaun kesini bukan buat lari pagi kan?” tanya dia langsung.
“kok gitu sih nanyanya?”
“males deh aku, aku juga tau mas lebih seneng kalo aku gak ikut kan” ucap dia sambil meluruskan kedua kakinya.
“enggak lah, kita kesini kan buat lari pagi” ucap gue.
“terus yang tadi itu apa?” ucap dia menanyakan astri.
“aaaa, adek cemburuuuuuuuu” ucap gue menggoda dia.
“enggak!”
“terus kenapa marah marah?”
“ya biarin aja, emang gak boleh!”
“kalo biarin aja berarti ccemburuuuuu”
“enggak! Udah ah aku mau lari lagi!” ucap dia bangkit berdiri.
“kalo pengen lari lagi berarti beneran cemburu” ucap gue terus menggoda dia.
“iya deh iya cemburu iya…” ucap dia dengan manjanya kembali duduk disamping gue.
Sangat lucu sekali saat melihat sikap dia yang seperti anak anak itu, seperti yang tidak sadar kalo umur dia lebih tua daripada gue.
“itu tadi temennya agnas, aku temenin dia ke WC biar ada alesan buat istirahat. Abis mereka larinya kuat banget, padahal lututku udah lemes banget” ucap gue bercerita kejadian tadi.
“ya ngapain juga…” ucap dia.
“iya udah maaf maaf…” ucap gue mengusap usap kepala dia.
“awas aja kalo sampe ada main dibelakangku” ucap mila dengan tatapan melotot kearah gue.
"hahaha gak lah, udah kita pulang yuk” ucap gue mengajak pulang.
Tak lama kemudian norman pun datang sambil lari kearah gue. Dia mengajak gue pulang karna si cewe tadi mau pulang juga. Norman berhasil ngedapetin nomer cewe itu dan muka dia pagi ini keliatan seneng banget. Semangat deh man! Semoga berhasil dapetin itu cewe.
--------
“eh, mas udah bangun? bentar aku bikinin teh anget dulu ya” ucap dia melangkah ke dapur setelah melihat gue baru bangun tidur siang.
gue hanya membalas dia dengan senyuman dan duduk di ruangan tengah, terlihat secangkir teh dia masih ada di atas karpet “ini, minum dulu. Awas panas…” ucap dia.
gue pun meminum teh hangat yang dia berikan “manisss…. Persis sama kayak Oolong tea yang dea buat dulu” ucap gue.
“makasih,aku kan belajar dari dia. ihhh emang paling bisa deh mujinya…” ucap dia manja.
“tumben hari minggu gini tidur siang” ucap dia sambil memegang teh dengan kedua tangannya.
“iya maaf, cape banget minggu minggu ini. Ngurusin skripsi, kerjaan juga lagi banyak hari ini..” ucap gue.
“iya semangat! Bentar lagi juga beres kuliahnya” ucap dia.
“heem”
Kami berduapun akhirnya diam menyaksikan sebuah tontonan di televisi. Mata kami melihat seorang Wanita yang sedang memandu acara Gossip. Gue merasa dia berbeda sekali hari ini, keliatan dia tidak ingin bermanja manja seperti biasanya. Gue mencoba sedikit melirik wajahnya yang sedang serius melihat televisi.
“lebih enak ya kalau kayak gini?” ucap gue.
“hhmmm…. maksudnya?” balas mila.
“iya nyatanya dari tadi kita gak ada saling panggil mas-ade, jadi keliatan lebih nyaman aja…” ucap gue.
“owh…” jawab dia singkat.
“kamu kenapa?” tanya gue.
“enggak, gak apa apa” balas dia dengan senyum di pipinya.
“ada yang kamu pikirin? Coba cerita sama aku” ucap gue.
“ada….” Balas dia.
“apa sayang?” ucap gue sambil memandang dia, tak lama kemudian dia menoleh kearah gue.
“kamu… cuppp…. Sama hubungan kita kedepannya… cuppp” ucap dia sambil mengecup pipi.
“terimakasih….. tapi hari ini keliatannya lagi gak pengen manja manja ya, berarti kalo hari ini bisa gak manja manja, besok coba lagi jangan manja manja ya..” ucap gue menggoda, mendengar ucapan gue itu mila langsung meletakan tehnya di karpet dan pindah duduk ke pangkuan gue.
“aaaaaaaaaa gak mauuuu, mau tetep panggil mas-ade, mau rangga-mila, mau apa aja, yang panting ada kata sayangnya terus kalau manja ya terserah akunya mau manggil pake apa, terus kalo mau manja juga bebas terserah aku kapan aja aku maunya” ucap dia sambil merangkulkan tangannya di leher gue.
“adududuhhh iya iya, jangan keras keras pegang leher aku nya sayang….sakit” Ucap gue dengan kedua tangan menjauhkan the hangat dari tubuh dia.
“pokoknya boleh manja kapan aja terserah aku!” ucap dia judes.
“gak boleh! Weekkkkk” ucap gue sambil memandang dia.
“aaaaaaa boleeeeeeeeeeeehhhhhh” ucap dia dengan pipi yang dibuat mengembung, terlihat wajahnya mulai berbah manja.
“gak! Pokoknya gak boleh!”balas gue lagi.
“ugh! Dasar jelek!” ucap dia. dan gue hanya bisa tertawa saja melihat sikap dia yang seperti itu.
Hari sudah mulai sore, dan gue masih bermalas malasan dengan mila di tengah rumah. Gue sedang merebahkan tubuh di karpet bersama mila yang matanya sudah terpejam terlihat dia begitu lelah hari ini, raut wajahnya sama seperti hari hari saat dia pulang dari café miliknya. Walau wajahnya selalu tersenyum saat didepan gue namun tetap saja rasa lelah tak dapat dia sembunyikan dihadapan gue. Saat melihat sekeliling ruangan memang tampak bersih dan rapih, ah mungkin saat gue tidur siang tadi dia sibuk mengurusi Flat ini.
Chanel televisi gue pindah pindah untuk mencari acara yang cocok untuk ditonton, gue pun melihat sebuah berita yang menampilkan penggerebekan tempat spa plus plus. Dalam acara tersebut terlihat beberapa wanita dengan pakaian minim sedang diamankan oleh polisi dan dibawa kedalam mobil. Melihat kejadian tersebut gue jadi ingat dengan intan. Ah… apa kabar dia sekarang? Sudah beberapa minggu sejak kejadian lalu gue tidak pernah ngontak dia lagi. Mungkin besok atau minggu depan gue harus jenguk dia memastikan dia sehat dan baik baik saja.
Setelah bosan menonton , gue matikan televisi dan kembali memeluk mila yang sedang tertidur pulas di sofa. Mila sempat bangun sebentar saat gue peluk, tapi kemudian dia memeluk gue lebih erat lagi. dia memang tak bisa menyembunyikan wajah sifat manjanya dihadapan gue, dan gue pun hanya bisa tersenyum melihat wajah manjanya itu.
Wanita dihadapan gue ini memang sulit sekali ditebak. Kadang judes kadang manja, tapi sifat manjanya tidak pernah hilang saat kita sedang berdua bersama. Setiap hari kita berpacaran kita berdua hanya mengahabiskan waktu bersama didalam Flat ini dan jarang keluar, dan saat diajak keluarpun dia jarang mau diajak ke mall.
“sayang pakaiannya diganti ya?” ucap gue sambil memeluknya dari arah belakang, ketika kita sudah pindah kekamar dan hendak tidur.
“ndak mau! Ada apa sih? gaksuka? Kalau ndak suka ya udah besok aku pake baju sama celana panjang aja tidurnya, biar ketutup sekalian aja semuanya” ucap dia.
“iya gak gitu juga sayang, tapi ini punyaku tegak terus” ucap gue.
“ya biar tidur keluarin dulu aja dikamar mandi sana, weeekkkkk” ucap mila mengejek.
“heeeuuhhhhhh”
“hheeeeuuhhh kenapa? Awas ya berani macem macem sama ade” ucap dia mengancam.
“emang kalau macem macem mau diapain?” ucap gue menggoda dia.
“ndak diapa apain, kalau macem macem ya gak apa apa, asal siap aja nanti jadi ayah” ucap dia judes.
“kalau ade istrinya mas siap..” ucap gue sambil memeluk dia erat, diapun memeluk kedua tangan gue dengan kencang.
“mau kasih makan apa nanti?” ucap dia.
“ya makan nasi,sayur,daging, minumnya minum susu,kopi atau gak teh, pokoknya kamu makan apa yang aku makan sayang” balas gue.
“ihhhh dasar, emang uangnya dari mana?” balas dia tak mau kalah.
“ya kerja dong sayang” jawab gue singkat.
“Apaan skripsi aja masih bab 2, so soan mau kerja” jawab dia judes.
“kalau ditanya ade mau makan apa, jawabannya udah bener kan? Kalau nanya lagi uangnya dari mana, ya dapet hasil dari kerja kan? Ada yang salah memang? Kalau Skripsi ku ya nanti gampang bisa aku selesein, masalahnya Cuma satu aja…” ucap gue santai.
“apa?” tanya dia penasaran.
“mau gak punya suami brondong? Malu gak?” tanya gue.
“malu..” jawab dia lemas.
“eh.. kok…” gue kaget.
“kalo ngelamarnya kelamaan malu! Udah ah gak usah dibahas, bobo aja adeh udah ngantuk!” jawab dia judes.
“iya iya sayang” jawab gue sambil memeluk dia erat.
Selang berapa lama akhirnya gue mulai bisa tertidur, tapi tidak dengan mila. Hari ini dia tidak seperti biasanya, seperti ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan dari gue. Terlihat dari gestur tubuhnya yang tidak bisa tenang saat sedang mencoba memejamkan mata.
“kenapa sayang?” ucap gue dengan mata terpejam.
“ade gak bisa tidur mas, ke inget inget sesuatu terus…” jawab dia kesal.
“keinget apa emang?”
“massss..”
“hmmmmm”
“menurut mas hubungan kita bakal berakhir enak gak yah?” ucap dia menghadapkan wajahnya kearah gue.
“……” gue yang sedang memejamkan mata seketika langsung membuka mata saat mendengar dia berkata seperti itu.
“…….”
“…….”
“kok jawabnya lama?? Mas masih ragu ya?” tanya dia.
“enggaak, menurut mas ya hubungan kita ya kita penentunya sayang, kalo misalnya kita bilang berhasil ya pikiran kita nanti akan menuntun ke hal itu” jawab gue.
“tapi mas…”
“udah jangan negatif thinking dulu lah…” ucap gue menenangkan dia.
“tapi mas… mamah itu galak, kalo dia bilang gak ya enggak, sulit banget buat ngebujuk mamah…” ucap mila dengan lemas.
“itu urusanku nanti didepan orang tuamu, udah gak usah dipikirin. Sekarang kamu tidur ini udah malem, besok udah harus ke cafe kan?” tanya gue, dan dijawab oleh dia dengan anggukan.
Kita berdua pun akhirnya dapat tertidur pulas diatas kasur. Jujur… gue sendiri tak pernah berfikir kedekatan hubungan kita bisa sejauh ini. Kenyamanan saat bersama dan ketenangan hati ini saat kita sedang berdua membuat kita semakin serius dalam menjalani hubungan. Sekarang kita sudah mulai melangkah, tapi tidak tau kemana arah yang akan kita tuju.
Jujur… masih ada keraguan dibenak ini karna Perbedaan, banyak hal yang sudah kita ketahui tentang perbedaan tersebut. Dimulai dari cerita tentang gue… dan juga tentang mila…masing masing sudah kita ketahui. dan dari cerita kita berdua itu kita masih belum tau kemana kita akan melangkah nanti. Namun dengan keadaan kita yang sekarang ini, gue berjanji akan selalu memperjuangkan hubungan kita agar kita berdua bisa bersama sampai maut memisahkan kita.
Tepat pukul 05:00….
“adek bangun sayang…” ucap gue menggoyangkan pelan tubuhnya.
“ngggghhhh, jam berapa mas? Masih ngantuuukkkk" jawab dia sambil menguap dan mengucek ngucek matanya.
“jam 5 de, bangun yukkkk…” ucap gue.
“nanti mas ah… aku masih ngantuk..” ucap dia kembali menarik selimutnya.
“ya udah mas mau lari pagi sama norman, adek bobo aja..” ucap gue melangkah keluar.
“gak mau! Ikut maasssssss” ucap dia berteriak dan bangun dari tidurnya.
Setelah mila masuk kekamar mandi dan mencuci muka. Kira kira setengah jam sebelum dia bangun kami meminum air the bersama di balkon rumah, dimana gue duduk selonjoran sementara mila menyandarkan kepalanya di bahu gue. Kami bercengkrama layaknya seorang yang sudah menjadi suami istri, kita membicarakan hal yang sama sekali tidak perlu dibicarakan.
“katanya mau lari pagi mas, ini aku udah pake bajunya…” ucap mila.
“iya normannya lagi ganti baju dulu, sebentar lagi katanya…” jawab gue.
Setelah sekitar 15 menit menunggu akhirnya kitapun berangkat ke sabuga menggunakan kendaraan milik norman. Pagi itu suasana Sabuga sudah mulai ramai oleh berbagai kalagan yang mempunyai tujuan berolahraga ditempat ini. Terletak di pusat kota bandung bagian utara, sabuga yang dikelilingi pepohonan rimbun dan rindang ini adalah surganya mereka yang ingin berolah raga di Bandung.
Sebuah lapangan Sepak Bola yang dikelilingi jalur lari athletik bisa menjadi pusat kegiatan orang orang di sabuga. Gue dan norman baru saja menyelesaikan lima putaran lari tapi sudah mulai terlihat kelelahan. Berbeda dengan mila, dia masih kuat berlari sedaritadi. Melihat dia seperti itu…. gue merasa sebagai lelaki lemah yang tak bisa menyaingi dia.
Tapi tujuan kita dari awal bukan untuk berolah raga, melainkan menemani norman yang sedang mencari wanita saingel, kata dia siapa tahu ada yang bisa diajak kenalan dan bisa jadi pacar dia. sejauh ini usaha norman masih dibilang setengah berhasil, dugaannya banyak wanita cantik yang sering olahraga disini tepat sekali. Gue pun beberapa kali terpesona melihat wanita cantik yang berlari sore disini.
“Man, lu beneran cape apa ada maksud lain nih?” ucap gue sambil melemaskan kaki. Kita berdua menyingkir dari jalur lari dan beristirahat di satu dari banyak pondokan yang terdapat disekitat jalur lari.
Norman sama sekali tak menjawab, dia hanya memberikan isyarat ke gue menggunakan matanya yang melirik kesebelah kanan ‘nah kan bener….. emang ada maksud lain juga ni si kampret!’
Disamping norman duduk seorang cewek yang sedang beristirahat sambil mendengarkan sebuah lagu dengan headsetnya. Tampak dia sedang meregangkan badannya sambil sesekali menepuk nepuk betis kakinya yang terbungkus celana training. Rambut hitam panjangnya diikat dan ditarik hingga menjadi seperti seekor kuda, kulit putihnya dibasahi oleh keringat yang mengucur di dahinya.
Sekilas jika memandang perempuan itu mengingatkan gue dengan wulan…, mungkin memang selera norman ya cewe cewe yang tipenya mirip sama wulan kali. Yang jelas hingga detik ini norman masih gerogi buat nyapa cewek disampingnya itu. Sedangkan gue sebaga teman dekatnya hanya berusaha memberikan dukungan moral kepada dia supaya mau mengajak wanita itu berkenalan.
“Elo gak mau kenalan sama dia? elo gak kenal sama dia nanti nyesel loh…, man! Cewe kaya gitu jarang jarang dia single, next time kalo ketemu dia lagi pasti udah bawa gandengan tuh… lu pasti nyesel liatnya” ucap gue setengah berbisik dan mendorong dorong dia untuk memberanikan diri dan berkenalan dengan wanita itu.
Gue pun akhirnya lari berpindah ke seberang jalan, melihat dia dari kejauhan apa yang akan dia lakukan. Diluar dugaan, ternyata omongan gue didengar oleh dia dan norman terlihat sudah merani mencoba menyapa cewe itu.
“Rangga…” terdengar suara panggilan lelaki di kedua telinga. Gue langsung menengok dan melihat Rio, Agnas dan gengnya sedang berlari berbarengan.
Mereka semua berpenampilan layaknya seperti bidadari. Kulit putih yang bersih dan mulus, paras cantik dan menarik, badan yang bagus, dan memakai baju olahraga yang sedikit berbeda dengan wanita wanita lain disini, membuat mereka menjadi pusat perhatian gue dan banyak orang.
Teman teman agnas bernama Herna, Astri, Ismi dan Ratna… mereka semua terlihat sangat cantik pagi itu. Tapi hanya Agnas yang mampu membuat gue tak mengalihkan pandangan ke orang lain. Apalagi sebabnya kali bukan karna ukuran dada dia yang diatas rata tata. Dia juga mengenakan celana pendek yang jau diatas lutut dengan atasan tanktop yang memperlihatkan kemulusan kulit putihnya disekitaran perut dan kedua tangannya.
Untungnya (Atau mungkin sayangnya) hari itu Agnas memakai Bra yang sama dengan Mila yaitu Sports Bra, jadi kedua dadanya yang besar itu tidak berugncang hebat saat dia berlari lari. hanya diam saja meskipun tetap terlihat mancung dan menantang mata siapapun yang memandangnya. Astaga… kenapa pikiran gue jadi kotor gini….
“Mana si omen?” tanya rio ketika rombongan pacarnya itu datang menghampiri gue yang masih terdiam akibat melihat pemandangan yang mereka berikan.
“Tuh…. Di seberang,….” Ucap gue sambil menunjuk ke seberang jalan. Rio dan Agnas melihat kearah seberang saat norman sedang asyik mengobrol berduaan bersama seorang cewe.
“Siapa tuh?” tanya rio.
“gak tau… Barusan kenalannya juga dia” ucap gue.
Kita pun akhirnya berlari lagi. Malu juga sebenarnya kalo kalah dari cewek cewek didepan ini…., meskipun mereka baru dateng sementara gue dan norman sudah lima kali putaran ditempat ini. Tapi gue merasa sangat gengsi jika berhenti sejenak untuk beristirahat.
Dan mungkin rasa gengsi ini membuat gue kuat meladeni mereka berlari beberapa putaran, cukup kaget juga ketika melihat mereka berlari terus sampai beberapa putaran tanpa harus istirahat, ini sudah masuk putaran ketiga dan mereka semua belum ada tanda tanda ingin berhenti sejanak. Sedang kan lutut gue sudah mulai terasa lemas dan nafas di dada sudah mulai memburu.
Ungtunya saat itu si Astri mendadak ingin ke kamar kecil. gue yang melihat kesempatan untuk istirahat dan mencari nafas mencoba menawarkan diri untuk mengantar dia kekamar kecil dan dia tidak menolak tawaran gue. saat beberapa langkah lagi akan sampai di Kamar kecil, dari arah samping terlihat Mila menatap kearah gue. Alamak! Gak sadar gue kalo hari ini lagi lari bareng cewek gue disini, mana posisi gue sebelahan sama Astri lagi.
“Eh As, aku ke temenku dulu yah, kayaknya dia udah mulai lari lagi..” ucap gue ke astri.
“owh, ya udah gapapa” jawab dia ramah.
“iya sorry yah…” ucap gue. Gue pun langsung lari mengejar mila yang lari acuh dengan pandangan wajah kedepan.
“sayang… istirahat dulu dong… daritadi lari terus..” ucap gue berlari disamping dia.
Mila masih acuh saja berlari tanpa merespon ucapan gue, dia sepertinya ngambek melihat gue berjalan dengan wanita lain tadi. Gue sendiri juga sih yang bloon, malah nawarin diri buat nganterin dia, jelas jelas hari ini lagi lari berdua sama pacar, kalo sendiri sih gapapa. *eh….
“de.. udah istirahat dulu, dari tadi lari terus” ucap gue memegang tangan dia untuk berhenti.
dia pun berhenti berlari dan duduk disamping jalan, “jangan cemberut gitu dong, jelek ah..” ucap gue menggoda dia.
“diem ah… malu diliat orang…” ucap dia jutek.
“ya udah, mau kemana sekarang? Mau makan?” tanya gue.
“males!”
“idih, kok gitu banget jawabannya”
“mas sebenernya tujaun kesini bukan buat lari pagi kan?” tanya dia langsung.
“kok gitu sih nanyanya?”
“males deh aku, aku juga tau mas lebih seneng kalo aku gak ikut kan” ucap dia sambil meluruskan kedua kakinya.
“enggak lah, kita kesini kan buat lari pagi” ucap gue.
“terus yang tadi itu apa?” ucap dia menanyakan astri.
“aaaa, adek cemburuuuuuuuu” ucap gue menggoda dia.
“enggak!”
“terus kenapa marah marah?”
“ya biarin aja, emang gak boleh!”
“kalo biarin aja berarti ccemburuuuuu”
“enggak! Udah ah aku mau lari lagi!” ucap dia bangkit berdiri.
“kalo pengen lari lagi berarti beneran cemburu” ucap gue terus menggoda dia.
“iya deh iya cemburu iya…” ucap dia dengan manjanya kembali duduk disamping gue.
Sangat lucu sekali saat melihat sikap dia yang seperti anak anak itu, seperti yang tidak sadar kalo umur dia lebih tua daripada gue.
“itu tadi temennya agnas, aku temenin dia ke WC biar ada alesan buat istirahat. Abis mereka larinya kuat banget, padahal lututku udah lemes banget” ucap gue bercerita kejadian tadi.
“ya ngapain juga…” ucap dia.
“iya udah maaf maaf…” ucap gue mengusap usap kepala dia.
“awas aja kalo sampe ada main dibelakangku” ucap mila dengan tatapan melotot kearah gue.
"hahaha gak lah, udah kita pulang yuk” ucap gue mengajak pulang.
Tak lama kemudian norman pun datang sambil lari kearah gue. Dia mengajak gue pulang karna si cewe tadi mau pulang juga. Norman berhasil ngedapetin nomer cewe itu dan muka dia pagi ini keliatan seneng banget. Semangat deh man! Semoga berhasil dapetin itu cewe.
--------
“eh, mas udah bangun? bentar aku bikinin teh anget dulu ya” ucap dia melangkah ke dapur setelah melihat gue baru bangun tidur siang.
gue hanya membalas dia dengan senyuman dan duduk di ruangan tengah, terlihat secangkir teh dia masih ada di atas karpet “ini, minum dulu. Awas panas…” ucap dia.
gue pun meminum teh hangat yang dia berikan “manisss…. Persis sama kayak Oolong tea yang dea buat dulu” ucap gue.
“makasih,aku kan belajar dari dia. ihhh emang paling bisa deh mujinya…” ucap dia manja.
“tumben hari minggu gini tidur siang” ucap dia sambil memegang teh dengan kedua tangannya.
“iya maaf, cape banget minggu minggu ini. Ngurusin skripsi, kerjaan juga lagi banyak hari ini..” ucap gue.
“iya semangat! Bentar lagi juga beres kuliahnya” ucap dia.
“heem”
Kami berduapun akhirnya diam menyaksikan sebuah tontonan di televisi. Mata kami melihat seorang Wanita yang sedang memandu acara Gossip. Gue merasa dia berbeda sekali hari ini, keliatan dia tidak ingin bermanja manja seperti biasanya. Gue mencoba sedikit melirik wajahnya yang sedang serius melihat televisi.
“lebih enak ya kalau kayak gini?” ucap gue.
“hhmmm…. maksudnya?” balas mila.
“iya nyatanya dari tadi kita gak ada saling panggil mas-ade, jadi keliatan lebih nyaman aja…” ucap gue.
“owh…” jawab dia singkat.
“kamu kenapa?” tanya gue.
“enggak, gak apa apa” balas dia dengan senyum di pipinya.
“ada yang kamu pikirin? Coba cerita sama aku” ucap gue.
“ada….” Balas dia.
“apa sayang?” ucap gue sambil memandang dia, tak lama kemudian dia menoleh kearah gue.
“kamu… cuppp…. Sama hubungan kita kedepannya… cuppp” ucap dia sambil mengecup pipi.
“terimakasih….. tapi hari ini keliatannya lagi gak pengen manja manja ya, berarti kalo hari ini bisa gak manja manja, besok coba lagi jangan manja manja ya..” ucap gue menggoda, mendengar ucapan gue itu mila langsung meletakan tehnya di karpet dan pindah duduk ke pangkuan gue.
“aaaaaaaaaa gak mauuuu, mau tetep panggil mas-ade, mau rangga-mila, mau apa aja, yang panting ada kata sayangnya terus kalau manja ya terserah akunya mau manggil pake apa, terus kalo mau manja juga bebas terserah aku kapan aja aku maunya” ucap dia sambil merangkulkan tangannya di leher gue.
“adududuhhh iya iya, jangan keras keras pegang leher aku nya sayang….sakit” Ucap gue dengan kedua tangan menjauhkan the hangat dari tubuh dia.
“pokoknya boleh manja kapan aja terserah aku!” ucap dia judes.
“gak boleh! Weekkkkk” ucap gue sambil memandang dia.
“aaaaaaa boleeeeeeeeeeeehhhhhh” ucap dia dengan pipi yang dibuat mengembung, terlihat wajahnya mulai berbah manja.
“gak! Pokoknya gak boleh!”balas gue lagi.
“ugh! Dasar jelek!” ucap dia. dan gue hanya bisa tertawa saja melihat sikap dia yang seperti itu.
Hari sudah mulai sore, dan gue masih bermalas malasan dengan mila di tengah rumah. Gue sedang merebahkan tubuh di karpet bersama mila yang matanya sudah terpejam terlihat dia begitu lelah hari ini, raut wajahnya sama seperti hari hari saat dia pulang dari café miliknya. Walau wajahnya selalu tersenyum saat didepan gue namun tetap saja rasa lelah tak dapat dia sembunyikan dihadapan gue. Saat melihat sekeliling ruangan memang tampak bersih dan rapih, ah mungkin saat gue tidur siang tadi dia sibuk mengurusi Flat ini.
Chanel televisi gue pindah pindah untuk mencari acara yang cocok untuk ditonton, gue pun melihat sebuah berita yang menampilkan penggerebekan tempat spa plus plus. Dalam acara tersebut terlihat beberapa wanita dengan pakaian minim sedang diamankan oleh polisi dan dibawa kedalam mobil. Melihat kejadian tersebut gue jadi ingat dengan intan. Ah… apa kabar dia sekarang? Sudah beberapa minggu sejak kejadian lalu gue tidak pernah ngontak dia lagi. Mungkin besok atau minggu depan gue harus jenguk dia memastikan dia sehat dan baik baik saja.
Setelah bosan menonton , gue matikan televisi dan kembali memeluk mila yang sedang tertidur pulas di sofa. Mila sempat bangun sebentar saat gue peluk, tapi kemudian dia memeluk gue lebih erat lagi. dia memang tak bisa menyembunyikan wajah sifat manjanya dihadapan gue, dan gue pun hanya bisa tersenyum melihat wajah manjanya itu.
Wanita dihadapan gue ini memang sulit sekali ditebak. Kadang judes kadang manja, tapi sifat manjanya tidak pernah hilang saat kita sedang berdua bersama. Setiap hari kita berpacaran kita berdua hanya mengahabiskan waktu bersama didalam Flat ini dan jarang keluar, dan saat diajak keluarpun dia jarang mau diajak ke mall.
“sayang pakaiannya diganti ya?” ucap gue sambil memeluknya dari arah belakang, ketika kita sudah pindah kekamar dan hendak tidur.
“ndak mau! Ada apa sih? gaksuka? Kalau ndak suka ya udah besok aku pake baju sama celana panjang aja tidurnya, biar ketutup sekalian aja semuanya” ucap dia.
“iya gak gitu juga sayang, tapi ini punyaku tegak terus” ucap gue.
“ya biar tidur keluarin dulu aja dikamar mandi sana, weeekkkkk” ucap mila mengejek.
“heeeuuhhhhhh”
“hheeeeuuhhh kenapa? Awas ya berani macem macem sama ade” ucap dia mengancam.
“emang kalau macem macem mau diapain?” ucap gue menggoda dia.
“ndak diapa apain, kalau macem macem ya gak apa apa, asal siap aja nanti jadi ayah” ucap dia judes.
“kalau ade istrinya mas siap..” ucap gue sambil memeluk dia erat, diapun memeluk kedua tangan gue dengan kencang.
“mau kasih makan apa nanti?” ucap dia.
“ya makan nasi,sayur,daging, minumnya minum susu,kopi atau gak teh, pokoknya kamu makan apa yang aku makan sayang” balas gue.
“ihhhh dasar, emang uangnya dari mana?” balas dia tak mau kalah.
“ya kerja dong sayang” jawab gue singkat.
“Apaan skripsi aja masih bab 2, so soan mau kerja” jawab dia judes.
“kalau ditanya ade mau makan apa, jawabannya udah bener kan? Kalau nanya lagi uangnya dari mana, ya dapet hasil dari kerja kan? Ada yang salah memang? Kalau Skripsi ku ya nanti gampang bisa aku selesein, masalahnya Cuma satu aja…” ucap gue santai.
“apa?” tanya dia penasaran.
“mau gak punya suami brondong? Malu gak?” tanya gue.
“malu..” jawab dia lemas.
“eh.. kok…” gue kaget.
“kalo ngelamarnya kelamaan malu! Udah ah gak usah dibahas, bobo aja adeh udah ngantuk!” jawab dia judes.
“iya iya sayang” jawab gue sambil memeluk dia erat.
Selang berapa lama akhirnya gue mulai bisa tertidur, tapi tidak dengan mila. Hari ini dia tidak seperti biasanya, seperti ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan dari gue. Terlihat dari gestur tubuhnya yang tidak bisa tenang saat sedang mencoba memejamkan mata.
“kenapa sayang?” ucap gue dengan mata terpejam.
“ade gak bisa tidur mas, ke inget inget sesuatu terus…” jawab dia kesal.
“keinget apa emang?”
“massss..”
“hmmmmm”
“menurut mas hubungan kita bakal berakhir enak gak yah?” ucap dia menghadapkan wajahnya kearah gue.
“……” gue yang sedang memejamkan mata seketika langsung membuka mata saat mendengar dia berkata seperti itu.
“…….”
“…….”
“kok jawabnya lama?? Mas masih ragu ya?” tanya dia.
“enggaak, menurut mas ya hubungan kita ya kita penentunya sayang, kalo misalnya kita bilang berhasil ya pikiran kita nanti akan menuntun ke hal itu” jawab gue.
“tapi mas…”
“udah jangan negatif thinking dulu lah…” ucap gue menenangkan dia.
“tapi mas… mamah itu galak, kalo dia bilang gak ya enggak, sulit banget buat ngebujuk mamah…” ucap mila dengan lemas.
“itu urusanku nanti didepan orang tuamu, udah gak usah dipikirin. Sekarang kamu tidur ini udah malem, besok udah harus ke cafe kan?” tanya gue, dan dijawab oleh dia dengan anggukan.
Kita berdua pun akhirnya dapat tertidur pulas diatas kasur. Jujur… gue sendiri tak pernah berfikir kedekatan hubungan kita bisa sejauh ini. Kenyamanan saat bersama dan ketenangan hati ini saat kita sedang berdua membuat kita semakin serius dalam menjalani hubungan. Sekarang kita sudah mulai melangkah, tapi tidak tau kemana arah yang akan kita tuju.
Jujur… masih ada keraguan dibenak ini karna Perbedaan, banyak hal yang sudah kita ketahui tentang perbedaan tersebut. Dimulai dari cerita tentang gue… dan juga tentang mila…masing masing sudah kita ketahui. dan dari cerita kita berdua itu kita masih belum tau kemana kita akan melangkah nanti. Namun dengan keadaan kita yang sekarang ini, gue berjanji akan selalu memperjuangkan hubungan kita agar kita berdua bisa bersama sampai maut memisahkan kita.
oktavp dan 4 lainnya memberi reputasi
5
