- Beranda
- Stories from the Heart
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!
...
TS
galonze.b.c.n.b
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!

1 Flat2 Wanita 2 Cerita

Quote:
Spoiler for Rules:
Spoiler for F.A.Q:
Quote:
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 11-06-2016 21:40
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
galonze.b.c.n.b
#2118
Part 76 Sayang (2)
Bunyi kokangan senjata terdengar silih berganti dari telinga kiri dan kanan. Di belakang gue satu persatu teman teman mengikuti dengan membawa senjatanya masing masing. Gue sendiri pun sudah siap dengan membawa sebuah Mp7 yang baru gue beli kemarin. Norman dan yohanes berjaga jaga dan siap membackup gue dibelakang dengan membawa pes90 dan AUG, dan di paling belakang rio sedang membidik menggunakan senapan miliknya.
Gue yang maju dibarisan paling depan sudah mempersiapkan Flasbang dan Smoke Grenade untuk mengacaukan penglihatan musuh agar bisa memberikan jalan kepada teman teman team gue yang lain untuk segera melakukan manuver serangan kearah markas musuh.
Semua orang disitu tidak ada yang berbicara sama sekali, kami terdiam karna kami semua memang sudah tau tugas kami masing masing. Begitu terdengar aba aba dari radio untuk segera bergerak, kami semua langsung bergerak dengan cepat. Tiga orang termasuk gue segera menaiki tangga atas dan seorang dibelakang yang membawa AWP sedang bersembunyi dan terus membidik kearah belakang memastikan bahwa tidak ada musuh yang datang dari arah belakang kita.
Langkah kami semua terdengar kencang di keramik sebuah bangunan yang kosong. Semua tembok didinding ini di cat berwarna cream dan ditempeli beberapa hiasan hiasan dan beberapa rak buku yang sudah acak acakan. Saat gue sedang memimpin teman teman dibelakang, dua teman kami dibelakang mereka menggunakan M4A1 terdengar sedang baku tembak dengan musuh. Gue menegok kebelakang dan memberi perintah kepada norman untuk segera melempar Smoke Bomb kearah sebuah ruangan.
Smoke Bomb pun akhirnya dilempar masuk kedalam sebuah ruangan, terlihat gumpalan asap sedikit sedikit mulai keluar memenuhi ruangan tersebut. Gue pun memberikan komando kepada yohanes yang sedang membawa bomb untuk segera masuk dan memasang bomb didalam. Kami berjaga jaga disetiap penjuru mengantisi pasi kedatangan musuh yang akan datang secara tiba tiba.
Terdapat tiga jalan untuk bisa menyergap tim kami ini, jalan pertama terdapat diatas sebelah kiri yang sedang dijaga oleh rio menggunakan AWP, jalan kedua terdapat di atas sisi sebelah kanan yang sedang dijaga oleh norman dan yohanes, dan jalan ketiga berada di samping ruangan yang kami pasangi bomb, atau lebih tepatnya berada di ditengah dijaga oleh gue dan donny berdua. Terdengar bunyi langkah beberapa orang sedang berlari mendekat, musuhkah?
Gue mereload mp7 yang sedang gue genggam untuk memastikan senjata ini terisi peluru dengan penuh dan siap untuk ditembakkan ke arah musuh. Tak berapa lama terlihat seorang menggunakan pakaian police dengan menenteng sebuah AK47 mulai menembaki gue, norman yang sedang berada diatas turun membantu gue dan donny yang sedang baku tembak dengan seorang posisi didepan. Mengetahui musuh sedang terdesak norman melangkah maju untuk mengejar, tapi beberapa langkah sebelum dia mengejar musuh, tiba tiba dia mendapat serangan dari arah belakang sehingga kepala dia tertembak dan mati seketika.
Melihat norman sudah mati, rio dan yohanes turun mendekat untuk membantu gue, didepan ternyata gerombolan musuh lebih banyak. Gue segera memerintahkan donny untuk melempar Flasbang miliknya. namun dengan kebodohannya itu, FlasBang yang ia lempar mengenai diding dan memantul kembali kearah kita sehingga membuat pandangan kami menjadi silau.
Silaunya pandangan membuat gue tak bisa melihat berada diposisi mana musuh didepan, gue hanya merasakan rasa sakit disekujur tubuh saat peluru demi peluru menembus badan gue sehingga akhirnya saat cahaya putih dipandangan gue itu menghilang….
Seketika itu pula gue menemui ajal gue.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“BANGGGGGGSSSAATTTTTTTTT! DONYYY TOLOL!!!! Yang bener nape kalo lempar Flasbang!! Mati kan gue!” ucap gue berteriak kesal dihadapan layar komputer. Tangan gue menggebrak gebrak meja dengan kencangnya.
“tolol lah si donny” ucap rio menimpal.
“heheh sorry…, gue panik tadi…” jawab donny cengengesan.
Yap! Hari ini gue sedang bermain Point Blank di map Luxville, sebuah game bergenre Firs Person Shooter yang sedang ngetren dikalangan para mahasiswa saat itu. Gue dengan anak anak yang lain akhir akhir ini mulai kecanduan dengan game Point Blank atau biasa disingkat PB ini. Hampir tiap selesai bimbingan kita selalu main rame rame di warnet. Atau saat tidak ada jam kuliah kita seharian berada di warnet, tanpa menghiraukan ocehan ocehan dari pacar kita masing masing.
“kalah mulu War nya hari ini, BT gue! Pindah DOTA ah…” ucap norman.
Drrt….. drt….
“istirahat dulu dah, udah 5 jam kita maen…” ucap gue meregangkan badan.
“udah cepet DOTA, takut lu noob?” ucap donny menantang.
drrrrtt…. Dddrrttt…..
“kagak njing! Lu Cuma bisa pake hero jugan mainnya nyampah gitu!” jawab gue sewot.
ddrrrttttt…. Drttt……. Ddrrrrtt……
“bacot! cepet masuk gue tunggu lu di mid!” ucap donny.
“eh bentar, cewe gue nelfon nih…” ucap gue langsung mengambil handphone dan berjalan menuju kearah luar.
------
“bu, punya saya jangan dipakein bihun ya…” ucap gue ramah sambil melihat ibu tukang nasi uduk itu sedang menyiapkan dua porsi nasi uduk untuk gue dan norman. Tangannya sangat telaten menata nasi uduk dan beberapa macam lauk yang ditambahkan sebagai pelengkap seporsi nasi uduk itu.
Gue sedang istirahat makan siang dengan norman sementara anak anak yang lain masih asyik bermain game online didalam. Sambil menunggu pesanan nasi datang, norman mengajak gue untuk lari pagi besok minggu di sabuga.
“ngga, lari pagi yuk kapan kapan ato besok minggu?” ajak norman sambil melahap nasi uduk dihadapan dia.
“busetttt, tumben tumben amat lu ngajakin gue lari pagi” respon gue sedikit heran. Sebenarnya malas juga akhir akhir ini bangun pagi untuk bangun dan berolahraga, hahaha.
“man, pagi pagi tuh enaknya males malesan dikasur, terus minum teh anget, sambil makan bubur berdua ditemenin sama pacar” ucap gue menjelaskan karna tak mau mengikuti ajakan norman.
“Sianjiing!! Males banget lu sekarang jadi orang…” ucap norman disela sela kunyahan nasi uduknya. Dia lalu menelan suapannya dan kemudian berkata, “Bukan gitu, ngga… nih ya dengerin, gue ajak lu lari pagi Cuma hari minggu doang kok, terus kita lari pagi di sabuga. Lu tau kan sabuga cewek ceweknya kayak gimana?” ucap norman berusaha meyakinkan gue.
mendengar itu alasan norman mengajak gue lari pagi, gue jadi sedikit tertarik mendengarnya. Tapi sekarang posisi gue sudah punya seorang pacar, dan tidak mungkin juga dia mau ditinggal kalo hari minggu gini. Kemanapun gue pergi, kalo hari libur gini mila pasti sering ingin ikut dengan gue.
“ya elah, temenin gue ngapa. Gue pengen nyari cewek lagi…” lanjut norman kembali meyakinkan gue. Sepertinya dia melihat gue yang pelan pelan juga mulai tergoda oleh bujukan dia.
“gue sering ngobrol sama agnas kalo hari minggu dia sama rio sering lari pagi di sabuga. Elo ingetkan temennya si agnas kayak gimana? cakep cakep semua” ucap norman makin menjadi jadi membujuk gue.
“iye juga sih man, kupu kupu cuma pengen begaul sama kupu kupu lagi, mana mau temenan sama kumbang, hahaha” ucap gue mulai terbujuk. Otak gue mulai terpenuhi dengan pikiran pikiran kotor membayangkan agnas bersama teman temannya yang cantik dan bahenol memakai pakaian seksi untuk lari pagi.
“Gimana?” tanya norman, sepertinya dia mulai senang gue sudah terbujuk oleh ajakannya.
“Gimana apanya bro?” tanya rio datang dari belakang memecahkan pembicaraan kita.
“njing! Kaget gue yo…” ucap norman.
“heheh, lagian. Elu berdua daritadi kayaknya lagi asyik ngobrol. Ngobrolin apaan?” tanya rio.
Saat rio bertanya, sontak gue dan norman saling bertatap tatapan, gue dan dia sedang berfikir mencari alasan yang tepat untuk memberitahu pembicaraan tadi. Karna tidak mungkin jika gue memberitahukan rio secara langsung bakal ngejadiin cewenya dia sebagai fantasi liar kita berdua. Bisa bisa ini tempat makan hancur di ubrak abrik sama dia.
“Lari pagi yo, kita rencana berdua mau lari pagi. Lu mau ikut?” tanya gue santai, norman hanya mengangguk mengikuti gue.
“Boleh, kebetulan gue juga sering lari di sabuga, kapan nih?” tanya rio mulai tertarik.
“aduh gatau nih kapan kapanya, soalnya masih ide doang sih sebenarnya” ucap norman.
“YOI!” timpal gue semangat.
“kalo boleh gue saran, mending sabtu ato minggu aja. Gue sering tiap minggu sama agnas lari pagi di sabuga” ucap rio memberikan masukan.
“Oiya?” tanya norman berpura pura baru tau.
“Yoi! Temen temen agnas juga sering ikutan! Kalo mau join aja!” ucap rio dengan semangatnya. Sepertinya apa yang dikatakan oleh norman memang benar, tanpa dikomando bayangan cewe cewe seksi yang sedang lari itu muncul kembali di kepala gue.
“lu gimana ngga? Mau ngga? Kalo lu ikut gue juga ikut” tanya norman.
“aduuh, iya gue paling bawa cewek gue” jawab gue lemah.
“ahh elah gak usah dibawa, kali kali nyegerin mata sama dedek gemes gitu, jangan ngeliatin yang tua mulu” ucap norman menyindir.
“ah elah sialan, dia gak tua tua banget kali…” jawab gue membela dia.
“ya jadi gimana?” tanya norman.
“iye gue ikut, tapi bawa dia. gak mungkin kalo dia ditinggal sendiri di flat. Bisa ngamuk dia man” ucap gue.
“iye udah gapapa, tapi coba dulu jangan ngajak dia, hehehe” jawab norman.
“eh lu gak mesen makan yo?” tanya gue.
“entar, nunggu agnas katanya mau kemari” jawab rio.
baru saja rio berucap, muka agnas lalu mucul dan masuk kedalam tenda nasi uduk, mukanya nampak mencari cari keberadaan kekasihnya itu “nah itu dia…” ucap rio sambil memanggil pacarnya.
Dan….
Oh….
Hari itu agnas mengenakan Tanktop Bebe warna hijau yang ketat sehingga membuat dada besarnya semakin menjadi jadi. Dan celana jeans hitamnya yang juga ketat membuat lekuk tubuhnya terlihat dengan sangat jelas. Tanpa gue sadari gue menatap dia sangat tajam bersama beberapa pasang mata pria lain yang sedang makan nasi uduk pun ikut menatap kearah dia.
Agnas sendiri nampak cuek dengan pria pria yang sedaritadi menatap badannya saat ia berjalan kearah meja kita. Rio langsung berdiri dan memeluk agnas erat, sangat begitu erat sehingga membuat gue dan norman hanya diam membisu membayangkan bagaimana rasanya didekap buah sebesar milik agnas. Tapi masih juara milik mila deng….
“kamu mau nasi uduk gak sayang?” tanya rio.
“iya mau, jangan dipedesin yah…” ucap agnas. Rio pun menghampiri si ibu nasi uduk yang sedang sibuk melayani pelanggan.
“tumben siang siang masih pada dikampus..” tanya agnas.
“iye, abis maen bareng anak anak…” jawab norman.
“oh iye ngga, lu nyantai aja hari ini?” tanya norman kepada gue.
“iye nyantai, kenapa emang?”
“seinget gue, lu pagi tadi bilang mau ngapain deh gitu entar siang..” ucap norman mengingat ngingat.
“Oh iya! Astaga! Gue mau bantuin skripsinya wulan sebelum bimbingan!” ucap gue tersadar akan sesuatu.
“wulan mau bimbingan hari ini! Eh gue cabut duluan ya, man bayarin dulu punya gue!” ucap gue buru buru meninggalkan mereka berdua dan langsung masuk kembali kedalam kampus.
Sesampainya didalam kampus, ternyata gue sudah telat. Wulan sudah masuk keruangan dosen bimbingannya dan diluar ada anak anak lain yang sedang internetan sambil menunggu wulan selesai bimbingan. Gue masih inget kemaren wulan meminta supaya gue dateng lebih dahulu sebelum dia ketemu sama dosen pembimbingnya, katanya pengen ada penyemangat supaya gak gugup di depan dosen pembimbing dia yang katanya judes minta ampun.
Setelah menunggu beberapa menit, pintu ruangan akhirnya terbuka, wulan keluar dengan wajah tersenyum dan menunjukan gelagat kesenangan pada dirinya.
“gimana?”
“heemmmm, bab ini udah oke! Aku lanjut ke bab selanjutnya!” Ucap dia senang.
“ya selamat ya…” jawab gue.
“heem” ucap dia tersenyum.
“oh iya, maaf tadi gak bisa dateng sebelum kamu masuk..” ucap gue lagi.
“iya gapapa darling..” ucap wulan pelan. Dia memang sering sekali memanggil gue dengan sebutan itu. Gue sendiri tak masalah asalkan tidak berlebihan, dan wulan pun tau batasan karna dia sudah diberitahu kalau gue sudah punya pacar.
“terus gimana tadi? Banyak yang di revisi?” tanya gue.
“gak ada, gak ada yang dicoret coret, cuma masukan aja buat lanjut ke bab selanjutnya nanti kayak gimana… sempet sih tadi didalem aku adu argumen dikit, tapi akhirnya sih fine fine aja..” ucap wulan merangkum sebisa mungkin apa saja yang ia lakukan didalam ruangan tadi.
“ya udah, pulang yuk, kita makan dikosan ku” ucap dia.
“aku udah makan tadi nasi uduk didepan, aku harus pulang juga soalnya udah ditungguin…” ucap gue menolak ajakan dia.
“ahhh…. Mentang mentang udah punya pacar, pengennya beduaan terus…” ucap wulan dengan wajah juteknya.
“hehehe, bukan gitu lan… aku udah ada janji soalnya sama dia hari ini…” ucap gue sambil mengucek ngucek rambutnya.
“iya udah de iya…” jawab dia.
“ya udah aku duluan ya” ucap gue melangkah meningalkan dia, “oh iya, traktiran buat akunya jangan lupa” ucap gue kembali.
“ih giliran traktiran aja baru ingetnya cepet…” jawab dia dengan pipi dikembungkan.
Setelah selesai semua urusan di kampus dan di tempat peekrjaan. Gue lalu memacu motor dengan cepat menuju ke Flat Karna malam ini malam minggu, dan mila sudah menunggu di Flat dari sesudah dzuhur.
Perlahan lahan gue buka pintu dan berjalan kearah rumah, gue melihat dia sedang tertidur pulas ditengah rumah, gue perlahan lahan membuka pintu kamar takut jika mila terbangun. Saat pintu di buka pelan pelan, tapi memang dasarnya saja pintunya sudah jelek. Mau dibuka sepelan apapun tetap menimbulkan suara yang keras. kreeeekkkkkkk.....
“mmmmhhhhh, eh mas udah pulang?” ucap mila terbangun di tengah rumah.
“ade bobo aja” ucap gue melepas jaket dan menggantungnya dibelakang pintu.
Mila yang sedang mengenakan tanktop biru yang digantung dengan tali tipis dibahunya serta celana super pendek yang ketat. Dia mendekati gue dan memeluk dengan sangat erat. Tangannya mulai melingkar di leher gue, tubuhnya mulai merapat, kakinya berjinjit, dan bibir kami pun akhirnya bersentuhan, lidah kami keluar saling melumat. Gue pelut pinggang dia dengan erat, terasa sesuatu yang beda dari dia hari ini.
“makan yuk?” ucap gue.
“heem, ade udah makan, ade temenin aja...” balas dia, dan saat akan gue ajak menuju ke dapur…
“mass, gandeng dong adenya…” ucap dia manja.
“yeee, cuma kedapur doang pengen di gandeng…” ucap gue sambil menggandeng tangan dia.
Saat sudah sampai didapur, mila masih saja merapatkan tubuhnya disamping gue, terasa ada yang aneh saat dia memeluk gue saat itu.
“kenapa mas?” ucap dia tau gelagat gue sedang tidak beres.
“eh, enggak de, gak apa apa” jawab gue.
“paling gak suka deh sama cowok yang gak berterus terang sama pacarnya” ucap mila menyindir.
“ya ade lepas dulu, mas susah ngomongnya kalo sambil dipelukin terus” ucap gue, kini gue dan mila saling berhadapan di dapur.
“apa?”
“eh, engggg itu…”
“itu apa?”
“itu, gak ah… gak jadi…” ucap gue sambil kembali mengambil lauk untuk makan.
“ihhh apaan sih mas? Ayo ngadep sini! Mas gitu ah…” ucap mila, gue kembali menghadap kehadapan dia.
“itu de, kok makin makin itunya..” ucap gue menunjuk dadanya.
“ihhh mas mah yang diliatinnya itu mulu deh..” ucap mila sambil menutup dadanya yang tertutup tanktop dengan kedua tangannya.
“yeee. Katanya suruh ngomong..” jawab gue.
“hi hi hi… kan model baju yang dipakenya tipis mas, jadi ya kayak gini keliatannya” ucap mila, dan gue pun baru tersadar kalo tanktop yang ia kenakan hari ini sama persis dengan yang agnas pakai tadi siang, kalo mereka berdua ada disini sudah pasti sang jendral akan mendadak kesetrum dengan tegangan tinggi.
“ih mas udah cepetaaaannnnn, katanya mau makan” ucap dia manja karna sedaritadi gue hanya diam memeluk dia.
“de.. maafin mas ya. Kalau ade bukan yang pertama…” ucap gue lirih.
“udah jangan bahas itu lagi, yang terpenting itu kamu yang pertama dan seterusnya buat ade sampe nanti kita tua…..” ucap dia.
“dan sekarang kan ade udah jadi milik mas, ade gak mau mas ngelakuin gituan lagi sama cewek lain, apalagi sama si ‘dia’, kalau mas mau… mas minta aja jangan sungkan..” ucap dia tertunduk.
“eh..” ucap gue kaget, terlihat wajahnya memerah menahan malu.
“ade gak lagi ngelindur kan?” tanya gue, wajahnya mendongkrak keatas dan kepalanya menggeleng pelan tampak sekali dia sangat malu.
“udah ah, mas makan dulu, ade ngantuk mau bobo duluan..” ucap dia.
“oh iya, adek bakal nunggu sampe mas bener bener siap ngadepin mamah dirumah…” ucap dia tersenyum, lalu kemudian berbalik lagi membelakangi gue.
Astaga…. Dia sudah minta dikimpoi! Memang sih umur dia idealnya sudah menikah sekarang, tapi gak secepat itu juga. tapi masalah itu bisa dipikirkan nanti saja, ada masalah lebih serius yang bakal gue hadepin nanti kedepannya. Untuk sekarang gue ingin fokus dengan skripsi gue dan dengan dia saja.
Saat sudah selesai makan dan merokok gue menyusul dia yang sudah tertidur dikamarnya, terlihat dia sudah tertidur dengan lelapnya. Gue rebahan disampingnya sambil memeluk lebih erat tubuhnya, tangan kiri menelusup diantara leher dan bantal sementara tangan kanan mengelus ngelus kepalanya hingga akhirnya gue pun merasa lelah dan terlelap tidur
Gue yang maju dibarisan paling depan sudah mempersiapkan Flasbang dan Smoke Grenade untuk mengacaukan penglihatan musuh agar bisa memberikan jalan kepada teman teman team gue yang lain untuk segera melakukan manuver serangan kearah markas musuh.
Semua orang disitu tidak ada yang berbicara sama sekali, kami terdiam karna kami semua memang sudah tau tugas kami masing masing. Begitu terdengar aba aba dari radio untuk segera bergerak, kami semua langsung bergerak dengan cepat. Tiga orang termasuk gue segera menaiki tangga atas dan seorang dibelakang yang membawa AWP sedang bersembunyi dan terus membidik kearah belakang memastikan bahwa tidak ada musuh yang datang dari arah belakang kita.
Langkah kami semua terdengar kencang di keramik sebuah bangunan yang kosong. Semua tembok didinding ini di cat berwarna cream dan ditempeli beberapa hiasan hiasan dan beberapa rak buku yang sudah acak acakan. Saat gue sedang memimpin teman teman dibelakang, dua teman kami dibelakang mereka menggunakan M4A1 terdengar sedang baku tembak dengan musuh. Gue menegok kebelakang dan memberi perintah kepada norman untuk segera melempar Smoke Bomb kearah sebuah ruangan.
Smoke Bomb pun akhirnya dilempar masuk kedalam sebuah ruangan, terlihat gumpalan asap sedikit sedikit mulai keluar memenuhi ruangan tersebut. Gue pun memberikan komando kepada yohanes yang sedang membawa bomb untuk segera masuk dan memasang bomb didalam. Kami berjaga jaga disetiap penjuru mengantisi pasi kedatangan musuh yang akan datang secara tiba tiba.
Terdapat tiga jalan untuk bisa menyergap tim kami ini, jalan pertama terdapat diatas sebelah kiri yang sedang dijaga oleh rio menggunakan AWP, jalan kedua terdapat di atas sisi sebelah kanan yang sedang dijaga oleh norman dan yohanes, dan jalan ketiga berada di samping ruangan yang kami pasangi bomb, atau lebih tepatnya berada di ditengah dijaga oleh gue dan donny berdua. Terdengar bunyi langkah beberapa orang sedang berlari mendekat, musuhkah?
Gue mereload mp7 yang sedang gue genggam untuk memastikan senjata ini terisi peluru dengan penuh dan siap untuk ditembakkan ke arah musuh. Tak berapa lama terlihat seorang menggunakan pakaian police dengan menenteng sebuah AK47 mulai menembaki gue, norman yang sedang berada diatas turun membantu gue dan donny yang sedang baku tembak dengan seorang posisi didepan. Mengetahui musuh sedang terdesak norman melangkah maju untuk mengejar, tapi beberapa langkah sebelum dia mengejar musuh, tiba tiba dia mendapat serangan dari arah belakang sehingga kepala dia tertembak dan mati seketika.
Melihat norman sudah mati, rio dan yohanes turun mendekat untuk membantu gue, didepan ternyata gerombolan musuh lebih banyak. Gue segera memerintahkan donny untuk melempar Flasbang miliknya. namun dengan kebodohannya itu, FlasBang yang ia lempar mengenai diding dan memantul kembali kearah kita sehingga membuat pandangan kami menjadi silau.
Silaunya pandangan membuat gue tak bisa melihat berada diposisi mana musuh didepan, gue hanya merasakan rasa sakit disekujur tubuh saat peluru demi peluru menembus badan gue sehingga akhirnya saat cahaya putih dipandangan gue itu menghilang….
Seketika itu pula gue menemui ajal gue.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“BANGGGGGGSSSAATTTTTTTTT! DONYYY TOLOL!!!! Yang bener nape kalo lempar Flasbang!! Mati kan gue!” ucap gue berteriak kesal dihadapan layar komputer. Tangan gue menggebrak gebrak meja dengan kencangnya.
“tolol lah si donny” ucap rio menimpal.
“heheh sorry…, gue panik tadi…” jawab donny cengengesan.
Yap! Hari ini gue sedang bermain Point Blank di map Luxville, sebuah game bergenre Firs Person Shooter yang sedang ngetren dikalangan para mahasiswa saat itu. Gue dengan anak anak yang lain akhir akhir ini mulai kecanduan dengan game Point Blank atau biasa disingkat PB ini. Hampir tiap selesai bimbingan kita selalu main rame rame di warnet. Atau saat tidak ada jam kuliah kita seharian berada di warnet, tanpa menghiraukan ocehan ocehan dari pacar kita masing masing.
“kalah mulu War nya hari ini, BT gue! Pindah DOTA ah…” ucap norman.
Drrt….. drt….
“istirahat dulu dah, udah 5 jam kita maen…” ucap gue meregangkan badan.
“udah cepet DOTA, takut lu noob?” ucap donny menantang.
drrrrtt…. Dddrrttt…..
“kagak njing! Lu Cuma bisa pake hero jugan mainnya nyampah gitu!” jawab gue sewot.
ddrrrttttt…. Drttt……. Ddrrrrtt……
“bacot! cepet masuk gue tunggu lu di mid!” ucap donny.
“eh bentar, cewe gue nelfon nih…” ucap gue langsung mengambil handphone dan berjalan menuju kearah luar.
Quote:
------
“bu, punya saya jangan dipakein bihun ya…” ucap gue ramah sambil melihat ibu tukang nasi uduk itu sedang menyiapkan dua porsi nasi uduk untuk gue dan norman. Tangannya sangat telaten menata nasi uduk dan beberapa macam lauk yang ditambahkan sebagai pelengkap seporsi nasi uduk itu.
Gue sedang istirahat makan siang dengan norman sementara anak anak yang lain masih asyik bermain game online didalam. Sambil menunggu pesanan nasi datang, norman mengajak gue untuk lari pagi besok minggu di sabuga.
“ngga, lari pagi yuk kapan kapan ato besok minggu?” ajak norman sambil melahap nasi uduk dihadapan dia.
“busetttt, tumben tumben amat lu ngajakin gue lari pagi” respon gue sedikit heran. Sebenarnya malas juga akhir akhir ini bangun pagi untuk bangun dan berolahraga, hahaha.
“man, pagi pagi tuh enaknya males malesan dikasur, terus minum teh anget, sambil makan bubur berdua ditemenin sama pacar” ucap gue menjelaskan karna tak mau mengikuti ajakan norman.
“Sianjiing!! Males banget lu sekarang jadi orang…” ucap norman disela sela kunyahan nasi uduknya. Dia lalu menelan suapannya dan kemudian berkata, “Bukan gitu, ngga… nih ya dengerin, gue ajak lu lari pagi Cuma hari minggu doang kok, terus kita lari pagi di sabuga. Lu tau kan sabuga cewek ceweknya kayak gimana?” ucap norman berusaha meyakinkan gue.
mendengar itu alasan norman mengajak gue lari pagi, gue jadi sedikit tertarik mendengarnya. Tapi sekarang posisi gue sudah punya seorang pacar, dan tidak mungkin juga dia mau ditinggal kalo hari minggu gini. Kemanapun gue pergi, kalo hari libur gini mila pasti sering ingin ikut dengan gue.
“ya elah, temenin gue ngapa. Gue pengen nyari cewek lagi…” lanjut norman kembali meyakinkan gue. Sepertinya dia melihat gue yang pelan pelan juga mulai tergoda oleh bujukan dia.
“gue sering ngobrol sama agnas kalo hari minggu dia sama rio sering lari pagi di sabuga. Elo ingetkan temennya si agnas kayak gimana? cakep cakep semua” ucap norman makin menjadi jadi membujuk gue.
“iye juga sih man, kupu kupu cuma pengen begaul sama kupu kupu lagi, mana mau temenan sama kumbang, hahaha” ucap gue mulai terbujuk. Otak gue mulai terpenuhi dengan pikiran pikiran kotor membayangkan agnas bersama teman temannya yang cantik dan bahenol memakai pakaian seksi untuk lari pagi.
“Gimana?” tanya norman, sepertinya dia mulai senang gue sudah terbujuk oleh ajakannya.
“Gimana apanya bro?” tanya rio datang dari belakang memecahkan pembicaraan kita.
“njing! Kaget gue yo…” ucap norman.
“heheh, lagian. Elu berdua daritadi kayaknya lagi asyik ngobrol. Ngobrolin apaan?” tanya rio.
Saat rio bertanya, sontak gue dan norman saling bertatap tatapan, gue dan dia sedang berfikir mencari alasan yang tepat untuk memberitahu pembicaraan tadi. Karna tidak mungkin jika gue memberitahukan rio secara langsung bakal ngejadiin cewenya dia sebagai fantasi liar kita berdua. Bisa bisa ini tempat makan hancur di ubrak abrik sama dia.
“Lari pagi yo, kita rencana berdua mau lari pagi. Lu mau ikut?” tanya gue santai, norman hanya mengangguk mengikuti gue.
“Boleh, kebetulan gue juga sering lari di sabuga, kapan nih?” tanya rio mulai tertarik.
“aduh gatau nih kapan kapanya, soalnya masih ide doang sih sebenarnya” ucap norman.
“YOI!” timpal gue semangat.
“kalo boleh gue saran, mending sabtu ato minggu aja. Gue sering tiap minggu sama agnas lari pagi di sabuga” ucap rio memberikan masukan.
“Oiya?” tanya norman berpura pura baru tau.
“Yoi! Temen temen agnas juga sering ikutan! Kalo mau join aja!” ucap rio dengan semangatnya. Sepertinya apa yang dikatakan oleh norman memang benar, tanpa dikomando bayangan cewe cewe seksi yang sedang lari itu muncul kembali di kepala gue.
“lu gimana ngga? Mau ngga? Kalo lu ikut gue juga ikut” tanya norman.
“aduuh, iya gue paling bawa cewek gue” jawab gue lemah.
“ahh elah gak usah dibawa, kali kali nyegerin mata sama dedek gemes gitu, jangan ngeliatin yang tua mulu” ucap norman menyindir.
“ah elah sialan, dia gak tua tua banget kali…” jawab gue membela dia.
“ya jadi gimana?” tanya norman.
“iye gue ikut, tapi bawa dia. gak mungkin kalo dia ditinggal sendiri di flat. Bisa ngamuk dia man” ucap gue.
“iye udah gapapa, tapi coba dulu jangan ngajak dia, hehehe” jawab norman.
“eh lu gak mesen makan yo?” tanya gue.
“entar, nunggu agnas katanya mau kemari” jawab rio.
baru saja rio berucap, muka agnas lalu mucul dan masuk kedalam tenda nasi uduk, mukanya nampak mencari cari keberadaan kekasihnya itu “nah itu dia…” ucap rio sambil memanggil pacarnya.
Dan….
Oh….
Hari itu agnas mengenakan Tanktop Bebe warna hijau yang ketat sehingga membuat dada besarnya semakin menjadi jadi. Dan celana jeans hitamnya yang juga ketat membuat lekuk tubuhnya terlihat dengan sangat jelas. Tanpa gue sadari gue menatap dia sangat tajam bersama beberapa pasang mata pria lain yang sedang makan nasi uduk pun ikut menatap kearah dia.
Agnas sendiri nampak cuek dengan pria pria yang sedaritadi menatap badannya saat ia berjalan kearah meja kita. Rio langsung berdiri dan memeluk agnas erat, sangat begitu erat sehingga membuat gue dan norman hanya diam membisu membayangkan bagaimana rasanya didekap buah sebesar milik agnas. Tapi masih juara milik mila deng….
“kamu mau nasi uduk gak sayang?” tanya rio.
“iya mau, jangan dipedesin yah…” ucap agnas. Rio pun menghampiri si ibu nasi uduk yang sedang sibuk melayani pelanggan.
“tumben siang siang masih pada dikampus..” tanya agnas.
“iye, abis maen bareng anak anak…” jawab norman.
“oh iye ngga, lu nyantai aja hari ini?” tanya norman kepada gue.
“iye nyantai, kenapa emang?”
“seinget gue, lu pagi tadi bilang mau ngapain deh gitu entar siang..” ucap norman mengingat ngingat.
“Oh iya! Astaga! Gue mau bantuin skripsinya wulan sebelum bimbingan!” ucap gue tersadar akan sesuatu.
“wulan mau bimbingan hari ini! Eh gue cabut duluan ya, man bayarin dulu punya gue!” ucap gue buru buru meninggalkan mereka berdua dan langsung masuk kembali kedalam kampus.
Sesampainya didalam kampus, ternyata gue sudah telat. Wulan sudah masuk keruangan dosen bimbingannya dan diluar ada anak anak lain yang sedang internetan sambil menunggu wulan selesai bimbingan. Gue masih inget kemaren wulan meminta supaya gue dateng lebih dahulu sebelum dia ketemu sama dosen pembimbingnya, katanya pengen ada penyemangat supaya gak gugup di depan dosen pembimbing dia yang katanya judes minta ampun.
Setelah menunggu beberapa menit, pintu ruangan akhirnya terbuka, wulan keluar dengan wajah tersenyum dan menunjukan gelagat kesenangan pada dirinya.
“gimana?”
“heemmmm, bab ini udah oke! Aku lanjut ke bab selanjutnya!” Ucap dia senang.
“ya selamat ya…” jawab gue.
“heem” ucap dia tersenyum.
“oh iya, maaf tadi gak bisa dateng sebelum kamu masuk..” ucap gue lagi.
“iya gapapa darling..” ucap wulan pelan. Dia memang sering sekali memanggil gue dengan sebutan itu. Gue sendiri tak masalah asalkan tidak berlebihan, dan wulan pun tau batasan karna dia sudah diberitahu kalau gue sudah punya pacar.
“terus gimana tadi? Banyak yang di revisi?” tanya gue.
“gak ada, gak ada yang dicoret coret, cuma masukan aja buat lanjut ke bab selanjutnya nanti kayak gimana… sempet sih tadi didalem aku adu argumen dikit, tapi akhirnya sih fine fine aja..” ucap wulan merangkum sebisa mungkin apa saja yang ia lakukan didalam ruangan tadi.
“ya udah, pulang yuk, kita makan dikosan ku” ucap dia.
“aku udah makan tadi nasi uduk didepan, aku harus pulang juga soalnya udah ditungguin…” ucap gue menolak ajakan dia.
“ahhh…. Mentang mentang udah punya pacar, pengennya beduaan terus…” ucap wulan dengan wajah juteknya.
“hehehe, bukan gitu lan… aku udah ada janji soalnya sama dia hari ini…” ucap gue sambil mengucek ngucek rambutnya.
“iya udah de iya…” jawab dia.
“ya udah aku duluan ya” ucap gue melangkah meningalkan dia, “oh iya, traktiran buat akunya jangan lupa” ucap gue kembali.
“ih giliran traktiran aja baru ingetnya cepet…” jawab dia dengan pipi dikembungkan.
Setelah selesai semua urusan di kampus dan di tempat peekrjaan. Gue lalu memacu motor dengan cepat menuju ke Flat Karna malam ini malam minggu, dan mila sudah menunggu di Flat dari sesudah dzuhur.
Perlahan lahan gue buka pintu dan berjalan kearah rumah, gue melihat dia sedang tertidur pulas ditengah rumah, gue perlahan lahan membuka pintu kamar takut jika mila terbangun. Saat pintu di buka pelan pelan, tapi memang dasarnya saja pintunya sudah jelek. Mau dibuka sepelan apapun tetap menimbulkan suara yang keras. kreeeekkkkkkk.....
“mmmmhhhhh, eh mas udah pulang?” ucap mila terbangun di tengah rumah.
“ade bobo aja” ucap gue melepas jaket dan menggantungnya dibelakang pintu.
Mila yang sedang mengenakan tanktop biru yang digantung dengan tali tipis dibahunya serta celana super pendek yang ketat. Dia mendekati gue dan memeluk dengan sangat erat. Tangannya mulai melingkar di leher gue, tubuhnya mulai merapat, kakinya berjinjit, dan bibir kami pun akhirnya bersentuhan, lidah kami keluar saling melumat. Gue pelut pinggang dia dengan erat, terasa sesuatu yang beda dari dia hari ini.
“makan yuk?” ucap gue.
“heem, ade udah makan, ade temenin aja...” balas dia, dan saat akan gue ajak menuju ke dapur…
“mass, gandeng dong adenya…” ucap dia manja.
“yeee, cuma kedapur doang pengen di gandeng…” ucap gue sambil menggandeng tangan dia.
Saat sudah sampai didapur, mila masih saja merapatkan tubuhnya disamping gue, terasa ada yang aneh saat dia memeluk gue saat itu.
“kenapa mas?” ucap dia tau gelagat gue sedang tidak beres.
“eh, enggak de, gak apa apa” jawab gue.
“paling gak suka deh sama cowok yang gak berterus terang sama pacarnya” ucap mila menyindir.
“ya ade lepas dulu, mas susah ngomongnya kalo sambil dipelukin terus” ucap gue, kini gue dan mila saling berhadapan di dapur.
“apa?”
“eh, engggg itu…”
“itu apa?”
“itu, gak ah… gak jadi…” ucap gue sambil kembali mengambil lauk untuk makan.
“ihhh apaan sih mas? Ayo ngadep sini! Mas gitu ah…” ucap mila, gue kembali menghadap kehadapan dia.
“itu de, kok makin makin itunya..” ucap gue menunjuk dadanya.
“ihhh mas mah yang diliatinnya itu mulu deh..” ucap mila sambil menutup dadanya yang tertutup tanktop dengan kedua tangannya.
“yeee. Katanya suruh ngomong..” jawab gue.
“hi hi hi… kan model baju yang dipakenya tipis mas, jadi ya kayak gini keliatannya” ucap mila, dan gue pun baru tersadar kalo tanktop yang ia kenakan hari ini sama persis dengan yang agnas pakai tadi siang, kalo mereka berdua ada disini sudah pasti sang jendral akan mendadak kesetrum dengan tegangan tinggi.
“ih mas udah cepetaaaannnnn, katanya mau makan” ucap dia manja karna sedaritadi gue hanya diam memeluk dia.
“de.. maafin mas ya. Kalau ade bukan yang pertama…” ucap gue lirih.
“udah jangan bahas itu lagi, yang terpenting itu kamu yang pertama dan seterusnya buat ade sampe nanti kita tua…..” ucap dia.
“dan sekarang kan ade udah jadi milik mas, ade gak mau mas ngelakuin gituan lagi sama cewek lain, apalagi sama si ‘dia’, kalau mas mau… mas minta aja jangan sungkan..” ucap dia tertunduk.
“eh..” ucap gue kaget, terlihat wajahnya memerah menahan malu.
“ade gak lagi ngelindur kan?” tanya gue, wajahnya mendongkrak keatas dan kepalanya menggeleng pelan tampak sekali dia sangat malu.
“udah ah, mas makan dulu, ade ngantuk mau bobo duluan..” ucap dia.
“oh iya, adek bakal nunggu sampe mas bener bener siap ngadepin mamah dirumah…” ucap dia tersenyum, lalu kemudian berbalik lagi membelakangi gue.
Astaga…. Dia sudah minta dikimpoi! Memang sih umur dia idealnya sudah menikah sekarang, tapi gak secepat itu juga. tapi masalah itu bisa dipikirkan nanti saja, ada masalah lebih serius yang bakal gue hadepin nanti kedepannya. Untuk sekarang gue ingin fokus dengan skripsi gue dan dengan dia saja.
Saat sudah selesai makan dan merokok gue menyusul dia yang sudah tertidur dikamarnya, terlihat dia sudah tertidur dengan lelapnya. Gue rebahan disampingnya sambil memeluk lebih erat tubuhnya, tangan kiri menelusup diantara leher dan bantal sementara tangan kanan mengelus ngelus kepalanya hingga akhirnya gue pun merasa lelah dan terlelap tidur
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 02-04-2016 18:04
oktavp dan 4 lainnya memberi reputasi
5

From : Mila