Bagian 29













Aku yang tidak terima dengan semua ini pun hanya emosi yang mengendalikanku, pikiranku tidak jernih, jiwaku tak setenang biasanya. Hanya marah dan rasa kesal yang datang silih berganti didalam diri.



Seketika, entah kenapa aku teringat dengan Chaca. Ia pernah bilang, semua itu pasti ada alasan mengapa Bokapku melakukan itu semua.

Kemudian aku pun mencoba berpikir kembali, dan mencoba membuat diriku setenang mungkin untuk menyikapi masalah hidupku ini.



Namun tiba-tiba di tengah renungan ku sejenak ini, aku didatangi oleh 2 orang pemuda kampung sini. Mereka memiliki tampang yang lumayan sangar dan kalau ngomong kayak orang yang slenge alias gak jelas gitu.



Aku tak menjawab sepatah kata pun pertanyaan dari mereka. Namun aku hanya mengangguk saja.

Akan tetapi, itu jawaban yang membuat mereka tidak senang. Dan mereka mulai bersikap dan berkata kasar padaku.



Pukulan pemuda 1 tadi memang sangatlah keras dan telak mengenai wajahku, sehingga membuat darah segar keluar dari mulutku.

Namun pukulan tadi tak seberapa dan tak membuatku jatuh tersungkur. Dan jujur saja pukulan tadi telah membangunkan seluruh luapan emosi yang tadi sudah aku coba untukku redam. Kali ini gantian, aku lah yang akan balik menyerang.

Dengan secepat mungkin, aku pun balik membalas dan menghajar ke 2 orang pemuda tadi.



Melihat mereka yang sudah jauh lebih parah lukanya daripada aku dan memohon untuk di kasihani, kemudian aku pun membiarkan mereka pergi.



Dengan hati yang ragu dan langkah yang bimbang, aku pun kemudian balik pulang ke tempat Nyokap dan yang lain berada. Aku juga berharap semoga setibanya nanti aku di sana, aku menemukan jawabannya. Amin.