natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.




Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 16:32
tukangdjagal
makola
imamarbai
imamarbai dan 6 lainnya memberi reputasi
7
461.8K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#1458
F Part 60
Kondisi di rumah perlahan sudah mulai normal. Gue udah berperilaku seperti biasa tidak main kucing-kucingan kalau berangkat dan keluar rumah. Tapi satu yang belum gue ubah itu gue belum bicara lagi sama Ani. Ani sih selow-selow aja masih bisa ketawa-ketiwi haha-hihi di depan tv. Dia pun masih suka manggil-manggil gue dan nyapa gue, tapi gue hanya membalasnya dengan bahasa tubuh atau isyarat.

“Kak berangkat bareng gak?” Kata Ani ketika gue sedang mengikat tali sepatu. Gue hanya mengacuhkannya dan langsung berjalan meninggalkan dia.

Di sekolah pun begitu, gue udah beberapa hari gak bertegur sapa dengan temen-temen gue, sama Dania yang teman sekelas pun gue jadi acuh.

Hari ini gue terburu-buru soalnya gue belum ngerjain PR. Efek kelaperan dan dikurung seharian di rumah membuat gue tidak ingat sama sekali dengan yang namanya PR. Gue sih gak rajin juga, gue sama kok kayak murid lain pada umumnya, sering ngerjain PR di sekolah, suka ngasih liat PR juga ke temen, sering ngasih tau jawaban ketika ujian ke temen, tapi satu hal yang gak akan pernah gue lakukan lagi adalah mencontek. Bagi gue mencontek itu haram hukumnya. Gue gak munafik gue pernah mencontek, tapi ketika gue mencontek gue merasa bersalah. Tapi gue juga kadang jahat juga sih, kadang gue suka menurunkan kualitas jawaban yang gue bagi ke temen gue yang minta ketika ujian agar jawaban kita tidak sama. Hehehe

“Fe… lo belum ngerjain juga?”
“Gue liat dong ya…” Kata Ridwan teman sekelas gue.
“Bentar-bentar, gue dikit lagi selesai…”

“Nah.. udah, gue titip dulu ya, gue mau ke warung beli minum.” Kata gue kepada Ridwan. Kelas masih sepi sih, temen-temen yang belum ngerjain PR langsung ngerumunin tempat duduk gue bareng Ridwan ketika gue selesai ngerjain PR. Gue sendiri pergi keluar buat jajan.. Ketika gue berjalan melewati kelas IPA 5 gue melihat Andrea dan Susi sedang akrab dan bercanda, seketika itu juga gue langsung liatin mereka, gue langsung merasa sakit hati dan dikhianati waktu itu juga, karena terlalu lama liatin mereka, gue kepergok sama mereka. Gue pun langsung ngacir. Sambil berjalan gue terus kepikiran “kok bisa yah”

Sambil duduk dan minum teh botol di warung gue terus kepikiran dan merasa sakit hati melihat teman dekat gue bergaul dengan musuh bebuyutan gue di sekolah. Bel masuk kelas pun berbunyi, gue langsung pergi lagi ke kelas dan ketika melewati kelas mereka, gue masih bertanya-tanya tentang Andrea dan Susi.

Karena masih penasaran jam istirahat kali ini gue pergi keluar, gue masih gak percaya Andrea dan Susi bisa akrab seperti itu, gue pun pergi ke kantin, tempat biasa kita nongkrong, gue pura-pura beli sesuatu dan benar saja, Andrea, Dania, dan lain bergabung dengan Susi. Oh, tuhan, jantung gue serasa mau copot melihatnya, mana mungkin bisa mereka bisa duduk satu meja. Sejak kapan mereka seperti itu, gue pun langsung buru-buru pergi dari kantin takut keliatan sama mereka.

Tega.Batin gue, teman-teman gue yang selama ini juga anti susi kita bisa menjalin hubungan dengan susi. Gue merasa dikhianati dan tempat gue merasa diambil. Gue benci sebenci-bencinya. Fuck off bitches.

***

Ternyata perasaan dikhianati teman lebih sakit daripada perasaan dikhianati pacar. Perasaan sakit hati ini masih gue bawa sampai ke rumah, gue gak mood ngapa-ngapain sampai di rumah, gue bete karena terus kepikiran hal ini.

“Felisha ganti bajunya sayang” Kata ibu yang melihat gue duduk cemberut di sofa.

“Kamu kenapa kok mukanya udah cemberut lagi?” Tanya ibu langsung duduk disebelah gue.

Memang sih semuanya salah gue yang selalu emosional ini. Gue yang pertama memulai menjauhi mereka, dan gue harus menerima akibatnya. Rasanya pertemenan yang gue jalin dengan mereka 3 tahun kebelakang ini seperti sia-sia, gue merasa sendirian sekarang, gak ada teman yang benar-benar gue percaya lagi. Gue sedih dicampur kesal.

“Bu……….” Kata gue.

“Aku ingin pindah sekolah…” Kataku bete.

“Aeh-aeh ada apa kamu teh?”

“Bu,,,,,” Gue merengek.

“Kenapa sayang, cerita atuh sama ibu.”

“Temen-temen deket aku sekarang akrab sama Susi buuuu…” Kata gue sedih.

“Susi yang dulu anaknya pak Martono?” Tanya ibu.

“Iya, bu.”

“Ya… bagus dong, kan jadi banyak temen.”

“Ihhhh.. ibu mah gak ngerti..” Kata gue bete langsung berdiri meninggalkan ibu.

***

Sepanjang hari ini gue hanya bisa memikirkan pengkhianatan teman-teman gue, gue merasa tersakiti, di akhir cerita gue di sekolah berujung pengkhianatan.. Sangat menyebalkan.
Tok…..tok… tok…

“Masuk aja…” Kata gue yang sedang tiduran.

“Kak, kata ibu cepet makan.” Kata Ani.

Ketika mendengar suara Ani, gue jadi penasaran apakah Ani tau kalau Andrea cs sekarang bergaul dengan Susi.

“Oh.. ya Ni, lo tau gak ?” Tanya gue.

“Tau apa kak?” Seperti biasa dia menanyakan sesuatu dengan polosnya.

“Hmm… gimana yah gue bilangnya, hmmm.. itu si Andrea dan temen gue yang lain kok bisa ya akrab sama Susi?”

“Mungkin mereka temenan” Ujar Ani.

“Aduh.. Ani.. Ani, capek deh gue… lo tau kan Susi? Orang yang pernah ribut sama lo itu, itu kan musuh gue, nah sekarang itu Andrea tmen deket gue, bisa deket sama dia, paham gak sih ni, ah…” Kata gue menjelaskan dengan kesal.

“Oh.. iya ya.. hehehe.. Aku gak tau kak. Hehehe..”

“Ihhh….”

“Kak makan dulu atuh yuk..” Ajak Ani.

“Iya..iya tar gue nyusul ke bawah.”
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.