- Beranda
- Catatan Perjalanan OANC
3 hari tersesat di gunung Ciremai
...
TS
oethis
3 hari tersesat di gunung Ciremai
Assalamu'alaikum, saya Utis Sutrisna ingin mengucapkan terima kasih kepada admin yang sudah mengijinkan saya untuk membuat thread di sini,karena di sinilah sarana/media kedua saya untuk berbagi pengalaman saya saat pendakian di tahun 2002 dengan ketiga teman saya hingga kami Tersesat selama 3 hari di gunung Ciremai di sinilah dengan seiringnya waktu pengalamku mulai banyak di baca oleh teman-teman dan yang sangat aku syukuri semakin bertabahnya talisilaturahmi melalui media ini, Alhamdulillah berkat ijin Allah SWT dan support,doanya dari teman-teman di tanggal 22 Januari 2020 Buku harian Oethis (Tersesat selama 3 hari di gunung Ciremai) sudah di PUBLISH dan sudah dapat di pesan dan bukan hanya buku saya Alhamdulillah podcast YouTube di channel saya pun sudah PUBLISH.
Tulisan yang ada di thread adalah tulisan original yang belum di edit sebelum di bukukan, karena di buku yang sudah terbit atau PUBLISH saya sudah menyelesaikan Bab cerita pengalaman kami hingga pengakuan atau kesaksian kuncen/orang yang di tuakan di desa palutungan gunung Ciremai terkait kejadian atau hal-hal janggal selama kami tersesat. Mohon maaf sebelumnya kepada semua teman-teman saya menghapus sebagian tread ini semoga teman-teman mengerti karena untuk menghidari copyright pengalaman kami ini,saya mohon pengertian dari semua 🙏🙏🙏🙏
Inilah tulisan sebelum edit/original saya;
Quote:
PART 1 AWAL KEBERANGKATAN
PART 2 MENUJU PUNCAK CIREMAI
PART 3 MALAM PERTAMA TERSESAT
PART 3.1
PART 3.2
PART 4 MALAM KEDUA KAMI MENGALAMI SALAH SATU MISTERI GUNUNG CIREMAI
Film Documenter 3 HARI TERSESAT DI GUNUNG CIREMAI
PART 2 MENUJU PUNCAK CIREMAI
PART 3 MALAM PERTAMA TERSESAT
PART 3.1
PART 3.2
PART 4 MALAM KEDUA KAMI MENGALAMI SALAH SATU MISTERI GUNUNG CIREMAI
Film Documenter 3 HARI TERSESAT DI GUNUNG CIREMAI
Ini adalah halaman buku yang yang sudah di terbitkan atau di PUBLISH
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Trailer film dokumenter
Quote:
Podcast YouTube Part1
Quote:
Podcast YouTube Part2
Quote:
Semoga berkenan subscribe, like, command,dan share channel ku ini sangat membantu semoga podcast YouTube/buku ini memiliki banyak peminatnya insyaallah bisa menjadi jembatan untuk di jadikan film dokumenterdan semoga menjadi motifasi bagi para pencinta alam untuk selalu berbagi hal-hal yang positif apapun itu dalam dunia pendakian agar bermanfaat untuk banyak orang.
Quote:
Dan apabila teman-teman yang berkenan untuk memiliki buku pengalamnku ini "Tersesat selama 3 hari di gunung Ciremai" sudah dapat di pesan di link yang ada di bawah ini,
http://nulisbuku.com/books/view_book...gunung-ciremai
Untuk pertanyaan dan pemesanan buku, bisa juga melalui admin@nulisbuku.com atau nomor Whatsapp 0813-3160-9363.
http://nulisbuku.com/books/view_book...gunung-ciremai
Untuk pertanyaan dan pemesanan buku, bisa juga melalui admin@nulisbuku.com atau nomor Whatsapp 0813-3160-9363.
Quote:
Semoga kita semua bisa menjalin silaturahmi bahkan kita dapat menikmati secangkir kopi di ketinggian bersama,mari kita semua memulai berjabat tangan
Diubah oleh oethis 12-04-2020 18:58
shinichindo dan 14 lainnya memberi reputasi
15
251.1K
Kutip
346
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
1.9KThread•1.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
oethis
#51
Part # 1
Quote:
Original Posted By BukuharianoethisSaya adalah seorang pendaki mungkin apabila di kategorikan saya hanyalah pendaki yang amatir, karena pendakian yang saya lakukan untuk mencari kepuasan hati dan Mengkagumi kebesaran Allah Swt.
Pada awal tahun 2002, Saya dan ketiga teman saya Encam, Naning, Peking, dan saya sendiri Utis Sutrisna merencanakan sebuah pendakian tetapi kami semua belum tau untuk mendaki ke Gunung mana yang akan kami tuju. Di saat saya bertemu Naning dia bilang.
Naning :"Tis gw belum pernah naik gunung sama lo kira - kira kapan
kita bisa naik bareng Tis, terus ke gunung mana ya Tis kayanya
seru kalau kita naik bareng.?
Saya :"Wah gw belum tau nih Ning mau naik kemana, tapi gw pingin
naik ke tanah tertinggi di Jawa Barat Ning!!",
Gimana kalo kita ke Ciremai aja Ning.
Tak lama kemudia saya bertemu dengan salah satu teman saya dia adalah salah satu orang yang pertama mengawali dan menemani hoby saya mendaki Encam namanya, terus sayapun memberitaukan percakapan dengan Naning ke Encam.
Saya :"Cam Naning ngajak naik bareng gimana kalo kita naik ke
Ciremai?......",
Encam :"Boleh Tis kapan?.......
Saya :"Gimana kalo bulan April Cam?...
Encam :"Boleh!!.
Kemudian salah satu teman kami Peking datang di pertengahan obrolan saya dengan Encam, Peking langsung gabung dengan obrolan kami.
Peking :"Lagi ngbroin apa lo berdua?....",
saya :"Gini King, Naning ngajakin naik bareng terus gw punya
rencana sih pingin naik ke Ciremai!!
Peking :"Boleh tuh! gw ikut deh!".
Besok harinya Peking datang ketempat biasa kami nongkrong.
Peking "Wooy gw dah beli carriel baru nih yo siap berangkat",
Akhirnya kami semua merencanakan lebih lanjut untuk pendakian yang belum tau track atau jalur pendakian gunung Ciremai sebelumnya, akhirnya kami mencari informasi dari kawan - kawan kami yang sudah melakukan pendakian ke gunung tersebut.Dengan informasi yang sangat minim kami pun menentukan hari keberangkatan.
Sebenernya kedua orang tua saya tidak pernah mengizinkan saya untuk mendaki gunung, tetapi anak seusia saya pada saat itu lagi senang - senangnya mencari sebuah pengalaman baru.
Jadi setiap saya ingin melakukan pendakian peralatan pendakian saya selalu lebih awal di packing karena apabila ibu saya sampai tau pasti saya akan batal melakukan pendakian, jadi caranya kami meminta izin kepada kedua orangtua saya.
Kami semua sebelum berangkat datang dahulu kerumah saya setelah ibu saya selesai solat subuh lalu kami meminta ijin kepadanya dengan perlengkapan yang sudah ada di punggung kami masing - masing itu saat yang sangat tepat bisa di katakan dengan memaksa.
Akhirnya kedua orangtua saya mau tidak mau mengizinkan kami walaupun wajah mereka menunjukan tidak ikhlas mengizinkan kami semua, sayapun langsung mencium tangan ke dua orang tua saya sambil meminta do'anya "Mah utis berangkat dulu do'ain ya mah?". Encam, Naning, Peking pun bergantian meminta do'a kepada kedua orang tua saya.
Kami semua melakukan keberangkatan pada hari selasa pagi kurang lebih mulai berangkat dari rumah sekitar jam 5 pagi menuju terminal Bekasi, dan sebenarnya kami semua tidak tau dimana gunung Ciremai itu tepatnya.
Tetapi yang terpenting untuk kami hanya tahu di kota mana gunung Ciremai itu berada untuk kami itu pun sudah cukup, dan itu memang selalu yang kami lakukan karena apabila dari salah satu teman mendaki kami sudah tahu dimana letak gunung yang akan kami daki, kami merasa kurang asik alasanya kita berusaha ingin mengerti gunung yang kita daki dengan bersama - sama mencari jalan kepuncaknya akhirnya kita semua menuju ke kota Cirebon.
Di separuh perjalanan bus yang kami tumpangi istirahat di salah satu SPBU lalu kami membeli makanan unuk mengganjal perut kami tidak lama kemudian ada seorang lelaki berjaket kulit, kacamata hitam kurang lebih berusia 30 tahun nan menghampiri kami.
Lelaki jaket Kulit: "Mau kemana mas?..."
Kami : "Ga kemana - mana ko mas!"
Lelaki jaket Kulit: "Ah mas - mas mau mendaki ya itu bawa tas besar
- besar?..."
Encam : "Ia mas kami mau naik ke Ciremai"
Lelaki jaket Kulit: "Oh mau ke Ciremai kalo mau naik kesana?.. lebih
baik lewat jalur Palutungan aja mas lebih landai
dan pemandangan nya lebih indah kalo dari jalur
sana.
Encam : "Oh gitu ya mas" ia sebenarnya rencana kami semua
inggin mendaki belum tau lewat jalur mana tapi
recana kami mau lewat jalur Linggarjati mas.
Lelaki jaket Kulit: "Wah lewat Linggarjati jalur nya lebih curam mas
saya juga suka ngebawa rombongan anak – anak
Universitas untuk melakukan pelantikan, di
perkemahan di bawah kaki gunung Ciremai lewat
Palutungan. Kalo mas mau nanti saya antar ke arah
jalur nya.
kami merasa sudah sangat akrab dengan lelaki itu padahal kami cuma bertemu di tempat istrahat bus, ia pun memberikan no telpon di kertas ke saya lalu saya simpan di dalam dompet.
Akhirnya kita semua percaya ucapan lelaki itu karena alasan nya sangat masuk akal dan ke lihatan dari postur tubuh nya seorang pendaki yang profesional dan ia pun mengantar kami sampai ke arah jalur Palutungngan, kamipun berpisah setelah lelaki itu bilang kamu naik ajah angkot itu dia kearah Palutungngan ko.
Pada awal tahun 2002, Saya dan ketiga teman saya Encam, Naning, Peking, dan saya sendiri Utis Sutrisna merencanakan sebuah pendakian tetapi kami semua belum tau untuk mendaki ke Gunung mana yang akan kami tuju. Di saat saya bertemu Naning dia bilang.
Naning :"Tis gw belum pernah naik gunung sama lo kira - kira kapan
kita bisa naik bareng Tis, terus ke gunung mana ya Tis kayanya
seru kalau kita naik bareng.?
Saya :"Wah gw belum tau nih Ning mau naik kemana, tapi gw pingin
naik ke tanah tertinggi di Jawa Barat Ning!!",
Gimana kalo kita ke Ciremai aja Ning.
Tak lama kemudia saya bertemu dengan salah satu teman saya dia adalah salah satu orang yang pertama mengawali dan menemani hoby saya mendaki Encam namanya, terus sayapun memberitaukan percakapan dengan Naning ke Encam.
Saya :"Cam Naning ngajak naik bareng gimana kalo kita naik ke
Ciremai?......",
Encam :"Boleh Tis kapan?.......
Saya :"Gimana kalo bulan April Cam?...
Encam :"Boleh!!.
Kemudian salah satu teman kami Peking datang di pertengahan obrolan saya dengan Encam, Peking langsung gabung dengan obrolan kami.
Peking :"Lagi ngbroin apa lo berdua?....",
saya :"Gini King, Naning ngajakin naik bareng terus gw punya
rencana sih pingin naik ke Ciremai!!
Peking :"Boleh tuh! gw ikut deh!".
Besok harinya Peking datang ketempat biasa kami nongkrong.
Peking "Wooy gw dah beli carriel baru nih yo siap berangkat",
Akhirnya kami semua merencanakan lebih lanjut untuk pendakian yang belum tau track atau jalur pendakian gunung Ciremai sebelumnya, akhirnya kami mencari informasi dari kawan - kawan kami yang sudah melakukan pendakian ke gunung tersebut.Dengan informasi yang sangat minim kami pun menentukan hari keberangkatan.
Sebenernya kedua orang tua saya tidak pernah mengizinkan saya untuk mendaki gunung, tetapi anak seusia saya pada saat itu lagi senang - senangnya mencari sebuah pengalaman baru.
Jadi setiap saya ingin melakukan pendakian peralatan pendakian saya selalu lebih awal di packing karena apabila ibu saya sampai tau pasti saya akan batal melakukan pendakian, jadi caranya kami meminta izin kepada kedua orangtua saya.
Kami semua sebelum berangkat datang dahulu kerumah saya setelah ibu saya selesai solat subuh lalu kami meminta ijin kepadanya dengan perlengkapan yang sudah ada di punggung kami masing - masing itu saat yang sangat tepat bisa di katakan dengan memaksa.
Akhirnya kedua orangtua saya mau tidak mau mengizinkan kami walaupun wajah mereka menunjukan tidak ikhlas mengizinkan kami semua, sayapun langsung mencium tangan ke dua orang tua saya sambil meminta do'anya "Mah utis berangkat dulu do'ain ya mah?". Encam, Naning, Peking pun bergantian meminta do'a kepada kedua orang tua saya.
Kami semua melakukan keberangkatan pada hari selasa pagi kurang lebih mulai berangkat dari rumah sekitar jam 5 pagi menuju terminal Bekasi, dan sebenarnya kami semua tidak tau dimana gunung Ciremai itu tepatnya.
Tetapi yang terpenting untuk kami hanya tahu di kota mana gunung Ciremai itu berada untuk kami itu pun sudah cukup, dan itu memang selalu yang kami lakukan karena apabila dari salah satu teman mendaki kami sudah tahu dimana letak gunung yang akan kami daki, kami merasa kurang asik alasanya kita berusaha ingin mengerti gunung yang kita daki dengan bersama - sama mencari jalan kepuncaknya akhirnya kita semua menuju ke kota Cirebon.
Di separuh perjalanan bus yang kami tumpangi istirahat di salah satu SPBU lalu kami membeli makanan unuk mengganjal perut kami tidak lama kemudian ada seorang lelaki berjaket kulit, kacamata hitam kurang lebih berusia 30 tahun nan menghampiri kami.
Lelaki jaket Kulit: "Mau kemana mas?..."
Kami : "Ga kemana - mana ko mas!"
Lelaki jaket Kulit: "Ah mas - mas mau mendaki ya itu bawa tas besar
- besar?..."
Encam : "Ia mas kami mau naik ke Ciremai"
Lelaki jaket Kulit: "Oh mau ke Ciremai kalo mau naik kesana?.. lebih
baik lewat jalur Palutungan aja mas lebih landai
dan pemandangan nya lebih indah kalo dari jalur
sana.
Encam : "Oh gitu ya mas" ia sebenarnya rencana kami semua
inggin mendaki belum tau lewat jalur mana tapi
recana kami mau lewat jalur Linggarjati mas.
Lelaki jaket Kulit: "Wah lewat Linggarjati jalur nya lebih curam mas
saya juga suka ngebawa rombongan anak – anak
Universitas untuk melakukan pelantikan, di
perkemahan di bawah kaki gunung Ciremai lewat
Palutungan. Kalo mas mau nanti saya antar ke arah
jalur nya.
kami merasa sudah sangat akrab dengan lelaki itu padahal kami cuma bertemu di tempat istrahat bus, ia pun memberikan no telpon di kertas ke saya lalu saya simpan di dalam dompet.
Akhirnya kita semua percaya ucapan lelaki itu karena alasan nya sangat masuk akal dan ke lihatan dari postur tubuh nya seorang pendaki yang profesional dan ia pun mengantar kami sampai ke arah jalur Palutungngan, kamipun berpisah setelah lelaki itu bilang kamu naik ajah angkot itu dia kearah Palutungngan ko.
Quote:
Original Posted By Sampai di pos pendaftaran jalur PalutunganKami semua tiba ke sebuah pos pendaftaran untuk pendakian, lucunya kami ragu dengan pos tersebut selain pos pendaftaran nya sudah tidak layak banyak bagian yang rusak dan tidak ada satu orang pun yang menjaga pos pendaftaran tersebut, akhirnya kita istirahat di pos itu sambil bertanya kepada warga sekitar yang lewat.
Kami :"Pak permisi saya mau tanya kalo mau mendaki mendaftar kemana ya pak?
Warga Setempat :" Oh tunggu disini ya mas saya pangil dulu pak Sandy yang menjaga pos ini tapi orang nya lagi di kebun".
Kami :"Ia pak kami tunggu.."
Kami semua makin bingngung, sambil menunggu saya meliahat - lihat kedalam pos dari luar karena masih terkunci itu ada sebuah mading di dalam sana saya melihat isi mading itu tentang keindahan pemandangan puncak gunung Ciremai yang ingin kami daki.
Ga lama kemudian pak Sandy datang akhirnya pos dibuka dan kami semua masuk ke dalam.Anehnya setelah saya masuk ke dalam mading yang saya lihat dari luar tadi ternyata isinya bukan "Foto - foto keindahan puncak gunung Ciremai", melainkan sebalik nya ternyata mading tersebut berisikan "Foto - foto epakuasi korban - korban pendaki ".
Yang mengalami kecelakaan pada waktu pendakian, Saya langsung kaget tetapi saya tidak bilang kepada salah satupun teman saya, peroses pendaftaran pun akhirnya selesai.
Sebelum kami semua melanjutkan perjalanan Pak Sandy lalu menanyakan perlengkapan kami.
Pak Sandy :"Apa perlengkapanya sudah lengkap"
Kami :”lengkap pak”!
Kami : “Pak rencana kami mau turunnya lewat jalur Linggar Jati?...”
Pak Sandy :” Oh gitu...! kalo mau turun lewat jalur itu nanti di puncak sana ada satu "nisan" salah satu pendaki dari kota Bekasi kalian harus lewati terus jalan ke depan nanti terlihat ada plang atau papan petunjuk yang di paku di pohon jalur Linggarjati”.
Kami : “Ia Trimakasih ya pa!”
Lalu kami semua pamit berangkat menempuh jalur Palutungngan tersebut.
Awal memasuki Palutungan
Kami melewati pemukimman desa Palutungngan benar ucapan lelaki yang bertemu di bus memang jalur palutungan sangat indah dan tidak terlalu curam.Sepanjang perjalanan kami bercanda agar perjalanan yang kami tempuh tidak terasa terlalu jauh dan cape.
Disela waktu kami melewati pemukiman kami semua di suguhkan dengan hamparan ladang wortel yang tumbuh sangat subur di kaki gunung Ciremai tersebut, di antara kami pun menyempatkan diri untuk meminta beberapa wortel dari si pemilik ladang ,kami pun membawa wortel tersebut untuk bekal di perjalanan.
Selama kami berjalan mengikuti jalan setapak yang kami lalui benar - benar terasa alami sepertinya alam yang membuat jalur dengan sendirinya.Kami tidak menyadari bahwa jalur yag kami lalui sepertinya sudah sangat jarang dilalui para pendaki.
Track yang kami lalui terbentuk asli dengan sendirinya, kamipun terhalang dengan tumbangnya salah satu pohon besar yang menutupi jalur setapak, akhirya kami berhenti melihat sekeliling dan berpikir mau lewat mana.
Lalu tidak lama kemudian ada satu kelompok pendaki yang turun dari atas berlawanan arah dari kami mereka menuruni jalur lewat pohon yang tumbang didepan kami agak kaget dan kelompok pendaki yang turun itu hanya tiga orang akhirnya menghampiri kami ia bertanya kepada kami.
Kelompok Pendaki : “Mas mau muncak ya?.....”
Kami :”Ia mas wah jalurnya tertutup pohon tumbang ya mas?”
Kelompok Pendaki :” ia kalo gitu saya lanjut turun ya mas, sukses ya sampe puncak!”
Kami :”Ia mas tanks ya mas hati - hati juga mas”.
Lalu kami semua melanjutkan perjalanan dengan melewati pohon besar yang tumbang itu yang sangat licin penuh dengan lumut, Kami semua dengan hati - hati sambil merangkak melewati pohon tumbang itu akhirnya kami semua sampai menemukan jalur setapak lagi.
Langit pun mulai gelap dan kamipun menemukan rombongan pelantikan pecinta Alam salah satu Universitas kota Cirebon.Kami memutuskan mendirikan tenda di dekat rombongan pelantikan tersebut.
Waktu semakin malam udara di sekitar pun mulai terasa dingin untuk menghangatkan tubuh, kami membuat kopi dan memasak untuk makan malam.Tidak lama kemudian kami mendengar seperti suara rombongan sampai ke tenda pecinta alam yang berada di dekat tenda kami.
Lalu kami mengunjungi ke tenda mereka kamipun berkenalan dan sebentar mengobrol sambil menikmati agar – agar yang kami buat di malam itu.Ternyata meraka dari salah satu Universitas di kota Cirebon baru saja melakukan ke giatan mencari jejak.
Pagi hari pun tiba matahari pun sudah menembus kabut dan dedaunan kami terbangun lalu kami mandi di sungai yang dekat tenda kami dan yang lain mengepack peralatan pendakian ada juga yang membuat sarapan untuk mengisi tenaga kami.
Setelah semua selesai kami pun pamit dengan rombongan pelantikan pecinta alam itu dan di situlah akhir kami bertemu orang lain selain kami berempat, kami terus melanjutkan pendakian melawati jalan setapak yang benar - benar alami dan banyak sekali papan peringatan yang di buat para pecinta alam (ranger) untuk tatatertib pendakian Ciremai, ada yang berisikan "DILARANG BICARA TIDAK SOPAN / SEMBARANGNGAN" dsb.
Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung Cermai sepanjang perjalanan kami masih tetap menghibur diri kami dengan bercanda karena memang salah satu dari kami yang bernama Naning sangat kocak anaknya, kebetulan si Naning itu belum pernah melihat bagaimana Edelweis (bunga abadi yang ada di gunung) yang masih di tangkainya, di sepanjang jalan kami semua membohongi Naning kalo ada bunga liar yang kami lewati, kami semua bilang kepadanya.
..."Ning tuh bunga abadi"...!
dengan senangnya Naning memetiknya lalu kami menertawakanya"
ha..ha..ha.."
..."Bukan Ning nanti mungkin dipuncak sana kita nemuin Edelweis".
Kami :"Pak permisi saya mau tanya kalo mau mendaki mendaftar kemana ya pak?
Warga Setempat :" Oh tunggu disini ya mas saya pangil dulu pak Sandy yang menjaga pos ini tapi orang nya lagi di kebun".
Kami :"Ia pak kami tunggu.."
Kami semua makin bingngung, sambil menunggu saya meliahat - lihat kedalam pos dari luar karena masih terkunci itu ada sebuah mading di dalam sana saya melihat isi mading itu tentang keindahan pemandangan puncak gunung Ciremai yang ingin kami daki.
Ga lama kemudian pak Sandy datang akhirnya pos dibuka dan kami semua masuk ke dalam.Anehnya setelah saya masuk ke dalam mading yang saya lihat dari luar tadi ternyata isinya bukan "Foto - foto keindahan puncak gunung Ciremai", melainkan sebalik nya ternyata mading tersebut berisikan "Foto - foto epakuasi korban - korban pendaki ".
Yang mengalami kecelakaan pada waktu pendakian, Saya langsung kaget tetapi saya tidak bilang kepada salah satupun teman saya, peroses pendaftaran pun akhirnya selesai.
Sebelum kami semua melanjutkan perjalanan Pak Sandy lalu menanyakan perlengkapan kami.
Pak Sandy :"Apa perlengkapanya sudah lengkap"
Kami :”lengkap pak”!
Kami : “Pak rencana kami mau turunnya lewat jalur Linggar Jati?...”
Pak Sandy :” Oh gitu...! kalo mau turun lewat jalur itu nanti di puncak sana ada satu "nisan" salah satu pendaki dari kota Bekasi kalian harus lewati terus jalan ke depan nanti terlihat ada plang atau papan petunjuk yang di paku di pohon jalur Linggarjati”.
Kami : “Ia Trimakasih ya pa!”
Lalu kami semua pamit berangkat menempuh jalur Palutungngan tersebut.
Awal memasuki Palutungan
Kami melewati pemukimman desa Palutungngan benar ucapan lelaki yang bertemu di bus memang jalur palutungan sangat indah dan tidak terlalu curam.Sepanjang perjalanan kami bercanda agar perjalanan yang kami tempuh tidak terasa terlalu jauh dan cape.
Disela waktu kami melewati pemukiman kami semua di suguhkan dengan hamparan ladang wortel yang tumbuh sangat subur di kaki gunung Ciremai tersebut, di antara kami pun menyempatkan diri untuk meminta beberapa wortel dari si pemilik ladang ,kami pun membawa wortel tersebut untuk bekal di perjalanan.
Selama kami berjalan mengikuti jalan setapak yang kami lalui benar - benar terasa alami sepertinya alam yang membuat jalur dengan sendirinya.Kami tidak menyadari bahwa jalur yag kami lalui sepertinya sudah sangat jarang dilalui para pendaki.
Track yang kami lalui terbentuk asli dengan sendirinya, kamipun terhalang dengan tumbangnya salah satu pohon besar yang menutupi jalur setapak, akhirya kami berhenti melihat sekeliling dan berpikir mau lewat mana.
Lalu tidak lama kemudian ada satu kelompok pendaki yang turun dari atas berlawanan arah dari kami mereka menuruni jalur lewat pohon yang tumbang didepan kami agak kaget dan kelompok pendaki yang turun itu hanya tiga orang akhirnya menghampiri kami ia bertanya kepada kami.
Kelompok Pendaki : “Mas mau muncak ya?.....”
Kami :”Ia mas wah jalurnya tertutup pohon tumbang ya mas?”
Kelompok Pendaki :” ia kalo gitu saya lanjut turun ya mas, sukses ya sampe puncak!”
Kami :”Ia mas tanks ya mas hati - hati juga mas”.
Lalu kami semua melanjutkan perjalanan dengan melewati pohon besar yang tumbang itu yang sangat licin penuh dengan lumut, Kami semua dengan hati - hati sambil merangkak melewati pohon tumbang itu akhirnya kami semua sampai menemukan jalur setapak lagi.
Langit pun mulai gelap dan kamipun menemukan rombongan pelantikan pecinta Alam salah satu Universitas kota Cirebon.Kami memutuskan mendirikan tenda di dekat rombongan pelantikan tersebut.
Waktu semakin malam udara di sekitar pun mulai terasa dingin untuk menghangatkan tubuh, kami membuat kopi dan memasak untuk makan malam.Tidak lama kemudian kami mendengar seperti suara rombongan sampai ke tenda pecinta alam yang berada di dekat tenda kami.
Lalu kami mengunjungi ke tenda mereka kamipun berkenalan dan sebentar mengobrol sambil menikmati agar – agar yang kami buat di malam itu.Ternyata meraka dari salah satu Universitas di kota Cirebon baru saja melakukan ke giatan mencari jejak.
Pagi hari pun tiba matahari pun sudah menembus kabut dan dedaunan kami terbangun lalu kami mandi di sungai yang dekat tenda kami dan yang lain mengepack peralatan pendakian ada juga yang membuat sarapan untuk mengisi tenaga kami.
Setelah semua selesai kami pun pamit dengan rombongan pelantikan pecinta alam itu dan di situlah akhir kami bertemu orang lain selain kami berempat, kami terus melanjutkan pendakian melawati jalan setapak yang benar - benar alami dan banyak sekali papan peringatan yang di buat para pecinta alam (ranger) untuk tatatertib pendakian Ciremai, ada yang berisikan "DILARANG BICARA TIDAK SOPAN / SEMBARANGNGAN" dsb.
Kami melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung Cermai sepanjang perjalanan kami masih tetap menghibur diri kami dengan bercanda karena memang salah satu dari kami yang bernama Naning sangat kocak anaknya, kebetulan si Naning itu belum pernah melihat bagaimana Edelweis (bunga abadi yang ada di gunung) yang masih di tangkainya, di sepanjang jalan kami semua membohongi Naning kalo ada bunga liar yang kami lewati, kami semua bilang kepadanya.
..."Ning tuh bunga abadi"...!
dengan senangnya Naning memetiknya lalu kami menertawakanya"
ha..ha..ha.."
..."Bukan Ning nanti mungkin dipuncak sana kita nemuin Edelweis".
Quote:
Original Posted By Misteri Goa Walet yang ada didekat puncak gunung Cermai
Mungkin kurang lebih sekitar dua jam lagi perjalanan apabila di lihat dengan mata kepala kami bisa sampai di puncak, tiba - tiba Peking menghentikan perjalanan ia berkata.
Peking :"Woy break dulu ya kayanya gw ga sanggup lanjutin lagi
Perjalanan, lagian juga gw susah nafas terus sudah sore
gimana kalo kita buka tenda disini?..."
Saya :"King bentar lagi sampe kepuncak tuh dah keliatan
Puncaknya!"
Peking tetap saja tidak bisa melanjutkan perjalanan lagi mungkin karena Oksigen mulai menipis karena ketinggian, Peking makin terasa susah bernapas, Akhirnya kami memutuskan membuka tenda ternyata di sekitar kita ada sebuah Goa yang bernama "Goa Walet".
Tetapi saya pribadi jujur awal melihat mulut Goa tersebut merasa sangat takut lalu saya berpendapat.
Saya :"Gimana kalo diriin tenda di luar Goa aja?....",
Peking memprotes...
"Gw ga mau klo diriin tenda diluar Goa mending didalem aja lebih Aman, kalo ada badai kita ga bakal kena badai itu salah satu alasannya Peking".
Saya berpikir ga akan terkena badai karena posisi untuk menjangkau ke Goa tersebut harus turun mungkin sekitar 5 - 7 meter, jadi sebenarnya walaupun kami mendirikan di luar Goa kita terlindung di balik tebing yang ada disekitar kita atau tepatnya kami semua berada di sekitar antara tebing tersebut.
Akhirnya Peking malah emosi dia tetap saja memaksa kami semua untuk mendirikan tenda di dalam Goa sampai ia membanting drigen stock air minum yang ia bawa.
akhirnya Encam dan Naning menenangkan keadaan mereka bilang,"
"Ya udah Tis kita cek aja dulu ke dalam Goa itu siapa tau ada tempat yang enak",
Lalu kami semua mengecek kedalam Goa, di mulut Goa banyak sekali botol - botol air mineral yang berfungsi menampung tetesan air yang jatuh dari stalektit yang ada di sekitar mulut Goa.Yang ada di benak kami, mungkin air itu untuk membantu parapendaki yang kehabisan stock air untuk menuju puncak karena sudah tidak ada lagi sumber air untuk menuju puncak selain tetesan air dari stalektit tersebut.
Dengan bantuan senter dan lampu badai untuk menerangi pandangan mata kami untuk melihat kedalam Goa,karena benar-benar tidak ada cahaya selain dari senter dan lampu badai tersebut.
Akhirnya kami menemukan tepat yang sangat sempit tetapi cukup untuk berbaring empat orang, tanahnya sangat lah halus mungkin seperti rumah - rumah di pedesaan yang lantai hanya tanah yang sudah keras dan mengkilat hitam, kurang lebih seperti lantai yang terbuat dari tanah dan di atasnya sudah di berikan pelastik untuk menahan tetesan air dari atas Goa tersebut.
Kami pun tidak pernah tau siapa ya memasangnya, akhirnya kami memutuskan menginap di tempat itu karena dari yang kami lihat hanya tempat itu yang terbaik menurut kami.
Kami membawa peralatan kami kedalam Goa itu dan merapihkan untuk menginap semalam di tempat itu walaupun kami tidak bisa mendirikan tenda untuk kami tidur kami hanya menggunakan tenda dan matras untuk mengalasi kami tidur.
Diatas langit - langit Goa tersebut memang banyak sekali sarang burung walet karena burung - burung walet banyak bersarang di antara cela - cela atap Goa dan berterbangan dari langit - langit Goa tersebut. Kami berpikir mungkin Goa ini dinamakan "Goa Walet" karena banyak sekali burung walet yang bersarang di Goa ini.
Tanpa kami sadari dari tempat berbaring kami yang kurang lebih 2 x 3 meter dibawah kaki kami ada lubang yang sangat gelap, yang kami cek dengan menjatuhkan batu kedalam lubang atau rongga Goa tersebut untuk mengetahui apakah dangkal atau sebaliknya.
Ternyata lubang itu sangat dalam sampai batu yang tadi kami jatuhkan sangat lama menyentuh dasar lubang tersebut pantulannya pun terdengar sangat jauh ,rasa ketakutan saya semakin tambah, lalu waktupun semakin malam kami memutuskan untuk bebaring , tidak lama kemudaian Encam berteriak di saat kami semua sudah mulai tidur.
Encam :”Aduh gw kebakar,"Aduh gw kebakar...!!”
Kami semua terbangngun lalu bertanya :" Apa yang kebakar Cam?....",
Encam :"Ini badan gw kaya kebakar...!!
Lalu Encam membuka jaket yang ia pakai dengan penerangan senter dan lampu badai kami melihat kearah yang terasa terbakar pada tubuh Encam tepatnya di bawah ketiaknya ternyata kulitnya terkelupas,mungkin kurang lebih lebarnya setelapak tangan orang dewasa.
Lalu kami mengobatinya dengan peralatan P3K yang kami bawa, ternyata penyebab kulit Encam terbakar karena " minyak tanah yang tumpah di jaketnya dari lampu badai yang dia taruh di dalam tas nya yang di balut jaket untuk terhindar dari benturan ternyata isi minyak dilampu itu masih tersisa dan tumpah dijaketnya".
Pengalaman yang kita dapat dari kejadian itu ternyata minyak tanah sangat berbahaya apabila dikeadaan suhu yang dingin apabila terkontak langsung dengan kulit.Lalu kami semua melanjutkan tidur suasana di dalam Goa semakin mencekam tidak lama kemudian Naning membangunkan saya.
Naning :"Tis bangun?..."
Saya :"Kenapa Ning,
Naning :"Gw pingin kencing tapi di mana ya gw serem banget nih."
Saya :"Sama gw juga dari tadi nahan kencing Ning"
Encam dan Peking akhirnya terbangun dari tidurnya karena mendengar obrolan kami berdua mereka pun menyarankan "Ya udah kencing aja di depan sini Ning!", jadi akhrinya kami berdua buang air kecil di lubang yang ada di bawah kaki kami yang sebelumnya lubang yang kami cek dalam sekali itu, kami berdua pun melanjutkan istirahat karena besok pagi kami semua harus sudah melanjutkan pendakian ke puncak.
Pagi hari pun tiba kami lihat jam sekitar 06.15, tetapi kami semua tidak melihat cahaya matahari sedikitpun yang masuk ke dalam goa.Tiba - tiba Peking bangun dari tidurnya belum sedikitpun minum ataupun mengucek kedua matanya ia seperti orang Menyanyi dan yang sangat anehnya ia menyanyikan lagu yang saya tidak tahu liriknya karena pas saya perhatikan lalu saya tanyakan.
Saya : "King lo nyanyi lagu siapa?..... "
Peking menjawab dengan santainya : "Gw g nyanyi apa - apa ko".
Saya pun bingung karena saya jelas - jelas mendengar Peking menyanyikan sebuah lagu, syair lagu yang Peking nyanyikan yang saya masih ingat dengan jelas "Aku Terdampar Di Hutan yang Luas Ini" dan jujur saja nadanya pun lumayan bagus Peking nyanyikan,ya sudah saya mengabaikan nyanyian tersebut,lalu kami semua packing barang masing - masing untuk melanjutkan pendakian kepuncak.
Mungkin kurang lebih sekitar dua jam lagi perjalanan apabila di lihat dengan mata kepala kami bisa sampai di puncak, tiba - tiba Peking menghentikan perjalanan ia berkata.
Peking :"Woy break dulu ya kayanya gw ga sanggup lanjutin lagi
Perjalanan, lagian juga gw susah nafas terus sudah sore
gimana kalo kita buka tenda disini?..."
Saya :"King bentar lagi sampe kepuncak tuh dah keliatan
Puncaknya!"
Peking tetap saja tidak bisa melanjutkan perjalanan lagi mungkin karena Oksigen mulai menipis karena ketinggian, Peking makin terasa susah bernapas, Akhirnya kami memutuskan membuka tenda ternyata di sekitar kita ada sebuah Goa yang bernama "Goa Walet".
Tetapi saya pribadi jujur awal melihat mulut Goa tersebut merasa sangat takut lalu saya berpendapat.
Saya :"Gimana kalo diriin tenda di luar Goa aja?....",
Peking memprotes...
"Gw ga mau klo diriin tenda diluar Goa mending didalem aja lebih Aman, kalo ada badai kita ga bakal kena badai itu salah satu alasannya Peking".
Saya berpikir ga akan terkena badai karena posisi untuk menjangkau ke Goa tersebut harus turun mungkin sekitar 5 - 7 meter, jadi sebenarnya walaupun kami mendirikan di luar Goa kita terlindung di balik tebing yang ada disekitar kita atau tepatnya kami semua berada di sekitar antara tebing tersebut.
Akhirnya Peking malah emosi dia tetap saja memaksa kami semua untuk mendirikan tenda di dalam Goa sampai ia membanting drigen stock air minum yang ia bawa.
akhirnya Encam dan Naning menenangkan keadaan mereka bilang,"
"Ya udah Tis kita cek aja dulu ke dalam Goa itu siapa tau ada tempat yang enak",
Lalu kami semua mengecek kedalam Goa, di mulut Goa banyak sekali botol - botol air mineral yang berfungsi menampung tetesan air yang jatuh dari stalektit yang ada di sekitar mulut Goa.Yang ada di benak kami, mungkin air itu untuk membantu parapendaki yang kehabisan stock air untuk menuju puncak karena sudah tidak ada lagi sumber air untuk menuju puncak selain tetesan air dari stalektit tersebut.
Dengan bantuan senter dan lampu badai untuk menerangi pandangan mata kami untuk melihat kedalam Goa,karena benar-benar tidak ada cahaya selain dari senter dan lampu badai tersebut.
Akhirnya kami menemukan tepat yang sangat sempit tetapi cukup untuk berbaring empat orang, tanahnya sangat lah halus mungkin seperti rumah - rumah di pedesaan yang lantai hanya tanah yang sudah keras dan mengkilat hitam, kurang lebih seperti lantai yang terbuat dari tanah dan di atasnya sudah di berikan pelastik untuk menahan tetesan air dari atas Goa tersebut.
Kami pun tidak pernah tau siapa ya memasangnya, akhirnya kami memutuskan menginap di tempat itu karena dari yang kami lihat hanya tempat itu yang terbaik menurut kami.
Kami membawa peralatan kami kedalam Goa itu dan merapihkan untuk menginap semalam di tempat itu walaupun kami tidak bisa mendirikan tenda untuk kami tidur kami hanya menggunakan tenda dan matras untuk mengalasi kami tidur.
Diatas langit - langit Goa tersebut memang banyak sekali sarang burung walet karena burung - burung walet banyak bersarang di antara cela - cela atap Goa dan berterbangan dari langit - langit Goa tersebut. Kami berpikir mungkin Goa ini dinamakan "Goa Walet" karena banyak sekali burung walet yang bersarang di Goa ini.
Tanpa kami sadari dari tempat berbaring kami yang kurang lebih 2 x 3 meter dibawah kaki kami ada lubang yang sangat gelap, yang kami cek dengan menjatuhkan batu kedalam lubang atau rongga Goa tersebut untuk mengetahui apakah dangkal atau sebaliknya.
Ternyata lubang itu sangat dalam sampai batu yang tadi kami jatuhkan sangat lama menyentuh dasar lubang tersebut pantulannya pun terdengar sangat jauh ,rasa ketakutan saya semakin tambah, lalu waktupun semakin malam kami memutuskan untuk bebaring , tidak lama kemudaian Encam berteriak di saat kami semua sudah mulai tidur.
Encam :”Aduh gw kebakar,"Aduh gw kebakar...!!”
Kami semua terbangngun lalu bertanya :" Apa yang kebakar Cam?....",
Encam :"Ini badan gw kaya kebakar...!!
Lalu Encam membuka jaket yang ia pakai dengan penerangan senter dan lampu badai kami melihat kearah yang terasa terbakar pada tubuh Encam tepatnya di bawah ketiaknya ternyata kulitnya terkelupas,mungkin kurang lebih lebarnya setelapak tangan orang dewasa.
Lalu kami mengobatinya dengan peralatan P3K yang kami bawa, ternyata penyebab kulit Encam terbakar karena " minyak tanah yang tumpah di jaketnya dari lampu badai yang dia taruh di dalam tas nya yang di balut jaket untuk terhindar dari benturan ternyata isi minyak dilampu itu masih tersisa dan tumpah dijaketnya".
Pengalaman yang kita dapat dari kejadian itu ternyata minyak tanah sangat berbahaya apabila dikeadaan suhu yang dingin apabila terkontak langsung dengan kulit.Lalu kami semua melanjutkan tidur suasana di dalam Goa semakin mencekam tidak lama kemudian Naning membangunkan saya.
Naning :"Tis bangun?..."
Saya :"Kenapa Ning,
Naning :"Gw pingin kencing tapi di mana ya gw serem banget nih."
Saya :"Sama gw juga dari tadi nahan kencing Ning"
Encam dan Peking akhirnya terbangun dari tidurnya karena mendengar obrolan kami berdua mereka pun menyarankan "Ya udah kencing aja di depan sini Ning!", jadi akhrinya kami berdua buang air kecil di lubang yang ada di bawah kaki kami yang sebelumnya lubang yang kami cek dalam sekali itu, kami berdua pun melanjutkan istirahat karena besok pagi kami semua harus sudah melanjutkan pendakian ke puncak.
Pagi hari pun tiba kami lihat jam sekitar 06.15, tetapi kami semua tidak melihat cahaya matahari sedikitpun yang masuk ke dalam goa.Tiba - tiba Peking bangun dari tidurnya belum sedikitpun minum ataupun mengucek kedua matanya ia seperti orang Menyanyi dan yang sangat anehnya ia menyanyikan lagu yang saya tidak tahu liriknya karena pas saya perhatikan lalu saya tanyakan.
Saya : "King lo nyanyi lagu siapa?..... "
Peking menjawab dengan santainya : "Gw g nyanyi apa - apa ko".
Saya pun bingung karena saya jelas - jelas mendengar Peking menyanyikan sebuah lagu, syair lagu yang Peking nyanyikan yang saya masih ingat dengan jelas "Aku Terdampar Di Hutan yang Luas Ini" dan jujur saja nadanya pun lumayan bagus Peking nyanyikan,ya sudah saya mengabaikan nyanyian tersebut,lalu kami semua packing barang masing - masing untuk melanjutkan pendakian kepuncak.
Spoiler for Documentasi Goa walet:
rotten7070 dan triucok92 memberi reputasi
2
Kutip
Balas