- Beranda
- Catatan Perjalanan OANC
3 hari tersesat di gunung Ciremai
...
TS
oethis
3 hari tersesat di gunung Ciremai
Assalamu'alaikum, saya Utis Sutrisna ingin mengucapkan terima kasih kepada admin yang sudah mengijinkan saya untuk membuat thread di sini,karena di sinilah sarana/media kedua saya untuk berbagi pengalaman saya saat pendakian di tahun 2002 dengan ketiga teman saya hingga kami Tersesat selama 3 hari di gunung Ciremai di sinilah dengan seiringnya waktu pengalamku mulai banyak di baca oleh teman-teman dan yang sangat aku syukuri semakin bertabahnya talisilaturahmi melalui media ini, Alhamdulillah berkat ijin Allah SWT dan support,doanya dari teman-teman di tanggal 22 Januari 2020 Buku harian Oethis (Tersesat selama 3 hari di gunung Ciremai) sudah di PUBLISH dan sudah dapat di pesan dan bukan hanya buku saya Alhamdulillah podcast YouTube di channel saya pun sudah PUBLISH.
Tulisan yang ada di thread adalah tulisan original yang belum di edit sebelum di bukukan, karena di buku yang sudah terbit atau PUBLISH saya sudah menyelesaikan Bab cerita pengalaman kami hingga pengakuan atau kesaksian kuncen/orang yang di tuakan di desa palutungan gunung Ciremai terkait kejadian atau hal-hal janggal selama kami tersesat. Mohon maaf sebelumnya kepada semua teman-teman saya menghapus sebagian tread ini semoga teman-teman mengerti karena untuk menghidari copyright pengalaman kami ini,saya mohon pengertian dari semua 🙏🙏🙏🙏
Inilah tulisan sebelum edit/original saya;
Quote:
PART 1 AWAL KEBERANGKATAN
PART 2 MENUJU PUNCAK CIREMAI
PART 3 MALAM PERTAMA TERSESAT
PART 3.1
PART 3.2
PART 4 MALAM KEDUA KAMI MENGALAMI SALAH SATU MISTERI GUNUNG CIREMAI
Film Documenter 3 HARI TERSESAT DI GUNUNG CIREMAI
PART 2 MENUJU PUNCAK CIREMAI
PART 3 MALAM PERTAMA TERSESAT
PART 3.1
PART 3.2
PART 4 MALAM KEDUA KAMI MENGALAMI SALAH SATU MISTERI GUNUNG CIREMAI
Film Documenter 3 HARI TERSESAT DI GUNUNG CIREMAI
Ini adalah halaman buku yang yang sudah di terbitkan atau di PUBLISH
Quote:

Quote:

Quote:

Quote:

Trailer film dokumenter
Quote:
Podcast YouTube Part1
Quote:
Podcast YouTube Part2
Quote:
Semoga berkenan subscribe, like, command,dan share channel ku ini sangat membantu semoga podcast YouTube/buku ini memiliki banyak peminatnya insyaallah bisa menjadi jembatan untuk di jadikan film dokumenterdan semoga menjadi motifasi bagi para pencinta alam untuk selalu berbagi hal-hal yang positif apapun itu dalam dunia pendakian agar bermanfaat untuk banyak orang.
Quote:
Dan apabila teman-teman yang berkenan untuk memiliki buku pengalamnku ini "Tersesat selama 3 hari di gunung Ciremai" sudah dapat di pesan di link yang ada di bawah ini,
http://nulisbuku.com/books/view_book...gunung-ciremai
Untuk pertanyaan dan pemesanan buku, bisa juga melalui admin@nulisbuku.com atau nomor Whatsapp 0813-3160-9363.
http://nulisbuku.com/books/view_book...gunung-ciremai
Untuk pertanyaan dan pemesanan buku, bisa juga melalui admin@nulisbuku.com atau nomor Whatsapp 0813-3160-9363.
Quote:

Semoga kita semua bisa menjalin silaturahmi bahkan kita dapat menikmati secangkir kopi di ketinggian bersama,mari kita semua memulai berjabat tangan

Diubah oleh oethis 13-04-2020 01:58
shinichindo dan 14 lainnya memberi reputasi
15
251.6K
Kutip
346
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
1.9KThread•1.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
oethis
#25
Part # 3Quote:
Original Posted By Burung - burung penghuni Lembah CiremaiSebuah belati Encam terus menyingkirkan ranting - ranting yang menghalangi perjalanan di hutan yang kami lewati, setelah kami melewati hutan yang sangat lebat dan pepohonan yang sangat besar – besar.Kami menemui hutan kering istilah itu kami yang memberikan nama karena hanya berisikan ranting - ranting kering yang tidak ada daunnya, selain itu cukup luas hutan kering tersebut.
Sekitar lima menit kami memasuki hutan kering tiba - tiba satu demi satu burung - burung berdatangan jenis burung nya sama persis seperti jenis burung yang kami temui di puncak sana, yang kami tak habis fikir saat kami bertemu di puncak sana hanya satu ekor burung yang datang menghampiri kami.
Di hutan kering sangat berbeda kami di hampiri ratusan burung dengan jenis yang sama mengikuti kami selama perjalanan di hutan kering itu.Uniknya burung - burung itu tidak takut sama sekali dengan kami ia tidak terbang melainkan seperti orang berjalan ia hanya meloncat - loncat di sekeliling kami.
Kamipun merasa ketakutan dan benar - benar kejadian ini belum pernah terjadi kepada kami berempat, dengan jumlah burung terus - menerus semakin banyak selama kami mencari jalan keluar dari hutan kering tidak menutup kemungkinan apabila burung - burung itu mematuki kami semua, mungkin kami tidak bisa melanjutkan mencari jalan pulang.
Kami sangat beruntung burung - burung yang sangat amat banyak itu malah terlihat jinak dengan kami sampai - sampai salah satu dari kami Naning mencoba berbicara ke salah satu ekor burung yang persis hinggap di depan mata kepala Naning.
Burung itu hinggap dan menoleh kearah Naning spontan mengajak se ekor burung untuk bekomunikasi Naning bertanya kepada burung itu dengan nada yang sedikit putus asa untuk menemukan jalan pulang.
"Burung lo tau ga kemana jalan pulang?....",
Kami pun menghentikan langkah dan bertanya kepada Naning:
"Ning dia ga bakal ngerti bahasa kita!!",
Naning menjawab dengan keputus asaanya :"Siapa tau di ngasih tau jalan pulang kasian dia sama kita!".
Jujur terus terang buat saya peribadi di saat kejadian itu saya pun merasa putus asa karena yang kami lihat hanya ranting - ranting kering disekitar kami yang dapat kami lihat hanya warna coklat tidak ada warna lain dan jumlah burung yang sangat banyak.
Lalu Peking menghentikan langkah nya dan ia berkata dengan rasa emosi yang bercampur aduk putus asa.
,,,"Gw punya ide Cam bagai mana klo hutan kering ini kita BAKAR?.....",
Encam pun menjawab "Gila aja lo King kita semua bisa MATI KONYOL ke panggang gw ga setuju",
Saya dan Naning pun tidak setuju dengan ide peking untuk membakar hutan kering ini.Peking tetap saya ingin melakukan hal konyol itu dia bilang "Kita cari sungai di deket sini kita bisa aman di sungai itu kita ga bakal ke panggang terus team SAR datang kita bisa selamat paling resikonya kita di penjarah", dari pada kita semua mati konyol kelaparan cari jalan keluar.
Kami bertiga tetap saja tidak setuju dengan pendapat Peking.Encam tetap saja ia optimis untuk bisa dan yakin keluar dari hutan ini, pada saat kejadian ini Encam dalam pikirannya "Yang ia ungkapkan setelah kami keluar dari hutan itu!".
Ia memiliki rencana "lebih baik kita terus mencari jalan keluar untuk mengisi perut kita selama mencari jalan keluar kita bisa memanah burung - burung yang banyak di sekitar kita bahkan bisa kami tangkap burung - burug tersebut dari pada kita membakar hutan!".
Akhirnya kami tidak melakukan pelanggaran hukum untuk membakar hutan kering itu, kami semua melanjutkan perjalanan untuk mencari jalan keluar dari hutan kering yang sedang kami cari jalan keluarnya.
Langkah demi langkah kami menyusuri burung - burung yang sangat banyak sedikit demi sedikit ia berkurang dan tak lama kemudian kami keluar dari hutan kering dan kami tidak melihat lagi seekor burung pun yang tadi mengikuti kami selama berada di hutan kering sampai keluar, kami menemukan hutan yang hijau banyak pepohonan lengkap dengan daun nya.
Setelah kami berada dia antara perbatasan hutan kering dan hutan hijau, Encam langsung menaiki salah satu pepohonan yang ada disekitar kami yang tinggi nya sekitar 10 - 15 meter ia hanya ingin memastikan dimanakah perkampungan yang kami lihat tadi malam itu, setelah Encam sudah terlihat tinggi menaiki pohon saya bertanya.
"Keliatan jalur pulang Cam?.....",
Encam pun tidak menjawab mungkin karena kurang jelas mendengar karen ia lumayan tinggi menaiki pohon itu,setelah melihat - lihat sekeliling ia pun turun dari pohon.
Ia berkata dengan nafas yang terlihat benar - benar sangat capek "Gw ga bisa liat apa - apa kecuali luasnya hutan belantara ini, setelah nanti kita lewatin hutan hijau itu kita ketemu lagi hutan kering tapi ga terlalu luas kaya yang kita baru lewatin ini, kayak nya itu keliatan dari atas makin landai, ternyata Allah benar - benar menciptakan hutan ini seperi di sekat - sekat keliatan dari atas sana segaris ijo segaris lagi coklat, ijo muda pokoknya kaya gitu dah".
Kami semua mendengar kabar dari Encam semakin merasa tidak yakin hari ini kami dapat keluar dari hutan belantara , selain waktu pun terus berjalan kira - kira saat itu pukul sembilan pagi dan kami menyimpul kan bahwa masih panjang lagi jalur yang kami harus tempuh untuk sampai di sebuah perkampungan yang belum jelas keberadaan nya dan sangat tidak mungkin kami bisa sampai hari ini.
Setelah istirah sebentar yang kami punya hanya stock air semua hanya bisa minum,lagi - lagi untuk menahan lambung yang sudah terasa sakit, karena kami tidak menemukan sedikit pun buah atau apapun yang dapat di makan kecuali pucuk - pucuk daun muda yang kami tau tidak beracun yang bisa di makan oleh kami di sekitar hutan ini.
Kami pun memulai melanjutkan langkah kami lagi - lagi kami harus memotong ranting - ranting yang menghalangi kami, suasana kembali lagi seperti sebelum kami melewati hutan kering, kami di suguhkan pepohonan yang sangat besar - besar dan di sekitarnya dipenuhi pepohonan kecil - kecil yang menghalangi kami.
Di pertengahan perjalanan saya dan Encam mengalami kejadian cukup unik, kami berdua tiba - tiba seluruh kaki kami berdua terasa ada yang bergerak sangat banyak tersa kecil - kecil dan sakit kami pun berdua berteriak...
..."aduh..,aduh....aduh.....Apaan ini ko sakit banget kekaki gw ada yang bergerak?.......",
Peking dan Naning pun, yang berjalan lebih dahulu ia berbalik ke arah kami berdua.
..."Kenapa Cam?...",
Mereka berdua pun bingung melihat kami yang sedang kesakitan sambil menepak - nepak kaki kami, Kaki kami berdua terlihat tidak ada luka sedikit pun atau sobekan tapi anehnya terasa sakit dan seperti ada yang bergerak di dalam kulit kaki kami, Encam pun teriak.
..."Alkohol....alkohol diamana?...... ",
Akhirnya Encam menggosokan ke kakinya dengan perban yang sudah diberi alkohol saya pun sama melakukan itu tidak lama kemudian rasa sakit itu pun berlahan hilang.
Kami mencoba mencari penyebabnya karena selain dari kami berdua Naning dan Peking memakai celana panjang jadi mereka tidak merasa kesakitan hanya saya berdua yang mengunakan celana pendek.
jalan yang kami lewati sangat lebat penuh dengan tumbuh - tumbuhan liar yang kami sebelum nya tidak ketahui, ternyata kami tahu penyebab kaki saya berdua Encam terasa sakit.Karena kedua kaki kami menyentuh tumbuhan yang apa bila terkontak langsung dengan kulit ia akan terasa gatal perih dan nyeri.Salah satu dari kami mencabut tumbuhan liar itu dan mencoba menempelkan ke kulit nya ternyata benar daun itu yang menyebabkan kami berterik merasa kesakitan.
Ternyata hutan hijau yang kami lewati saat ini sangat berbeda dengan hutan hijau sebelumnya, saya seringkali tergores ranting - ranting dan terkena duri hutan yang ukuran nya lebih besar di banding duri - duri yang ada di dataran rendah.
Walaupun saya mulai banyak luka dari jalur yang kami lewati saya tidak terlalu menghiraukan rasa sakit hanya pada awal saja terkena lalu tidak lama kemudian tidak terlalu terasa kecuali terkena tetesan air embun yang ada di dedaunnan lumayan terasa perih, tidak lama berselang sendal saya bukan hanya putus tepatnya berantakan kebetulan hanya saya sendiri yang tidak membawa sepatu saya hanya membawa sendal.
Salah satu dari kami memberika sendal jepit tidak lama kemudian sendal itu pun putus karena jalur yang kami lewati basah dan licin penuh dengan tumbuh - tumbuhan liar yang tak beraturan. Akhirnya mau tidak mau saya harus melanjutkan perjalanan tanpa alas kaki, telapak kaki saya pun mulai mengeluarkan darah karen tergores entah ranting atau apapun itu ternyata yang terluka bukan hanya saya, Encam pun ternyata dari kaki dan tangan nya mengeluar kan darah juga, mungkin karena kami berdua hanya menggunakan kaos dan celana pendek saja.
Di tengah perjalanan kami terhenti Encam memiliki ide "Bagai mana klo sekarang kita cari sungai terus kita telusurin karena air pasti mengalih dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, selain itu kalo kita kemaleman kita bisa buka tenda di sekitar sungai agar tidak susah cari air,bagaimana?...",
kami semua setuju dengan pendapat Encam itu.
Encam pun langsung memilih jalur kearah yang terdengar aliran air sungai, kami pun bertiga bergerak mengikuti di belakang Encam.Tak lama berselang kami bertiga yang hati - hati memilih jalan yang tidak rata terus menurun dan agak licin, kami mendengar patahan - patahan ranting yang tertimpa benda.
..."krusaaaakkkkkkk.......debuggggg!!",
kami semua melihat ke depan ternyata Encam yang tadi di depan kami terpelosok, kami semua pun berteriak
..."Cam..cam....cam..Lo ga apa - apa ?.......",
Tidak ada jawaban dari Encam sedikit pun kami semua sangat takut terjadi apa - apa padanya, kami pun terus bergerak semakin cepat ke depan dan ternyata di depan kami seperti tebing yang lumayan dalam penuh dengan rerantingngan dan tanah yang agak gembur, kami bertiga melihat Encam di bawah sana yang sedang menahan kesakitan.Mungkin jarak nya sekitar 7 - 8 meter dari tempat kami berdiri,kami langsung turun menghampiri dengan rasa takut melihat Encam yang sedang berbaring menahan kesakitan.
..."Cam lo ga apa - apa ?,.......",
Encam pun berusaha menjawab dengan suara yang tertahan seperti susah bernafas.
..."Eee..Gw gggg...pa..apaa..!",
kami bertiga berusaha membantu Encam untuk bangun dan memberikan air minum akhir nya Encam bisa kembali bernafas normal, untung nya badan encam tidak tertancap ranting pohon yang patah persis di dekat pinggang belakang.
Dengan kejadian yang baru saja Encam alami kami semua semakin takut terjadi sesuatu kepada kami berempat dari hutan belantara ini yang kami tidak ketahui ada apa di depan kami.Disela kami beristirahat dan menunggu Encam untuk kembali baik lagi, ("saya mulai mengingat selama pendakian ke gunung Ciremai ini kami berempat hanya bertemu satu kelompok pecinta alam mereka berjumlah tiga orang yang mengaku baru saja turun dari puncak sana.
Kami sempat berbicara dari salah satu mereka,"dah turun mas?..."ia nih mas wah mas nya telat sih kita semua dah dua hari disini sekarang kita turun dulu ya mas!", setelah kami sedikit mengobrol ternyata yang melakukan pendakian di jalur Palutungan yang sedang kami tempuh.
Ternyata hanya kami berempat saja tidak ada pendaki lagi selain kami berempat yang sedang menuju kepuncak Ciremai, kabar itu kami tau dari salah satu pecinta alam yang kami jumpai selama kami berada di gunung Ciremai, mereka bertigalah dan peserta pelantikan menjadi orang terakhir yang kami temui selama kami melakukan pendakian sampai saat ini.
Setelah Encam merasa membaik kami pun bersama - sama ber do'a di dalam kondisi yang benar - benar merasa ketakutan semoga tidak terjadi apa - apa dengan kami selama melanjutkan mencari jalan untuk keluar dari hutan itu.
Peking mulai mengambil alih untuk membuka jalan tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan kami, kami belum menemukan sungai tetapi kami malah kembali menemukan hutan kering yang sebelumnya Encam lihat dari atas pohon yang ia naiki, kamipun masuk kembali ke hutan kering berharap kami semakin mendekati aliran air sungai.
Disaat kami mulai memasuki kedalam hutan kering satu persatu burung yang sama seperti di hutan kering sebelum nya berdatangan tidak kalah banyak nya jumlah burung itu seperti di hutan kering yang sebelumnya kami lewati.
Kami berempat pun hanya saling melirik dengan masing - masing memiliki rasa takut yang tidak jauh berbeda,Naning pun kembali seakan mengajak bicara pada burung - burung itu mungkin yang ada dalam perasaan Naining pada saat itu mungkin tidak jauh berbeda dari kami yang lain nya semoga burung - burung itu benar - benar mahluk yang nyata di alam kehidupan kita bukan sebaliknya.
Naning berbicara pada burung - burung itu,"Burung kita teman tolong kasih tau jalan keluar dari hutan ini!!!", kondisi mental kami pada saat itu benar - benar kacau bercampur aduk ketakutan, emosi, cape, putus asa dan rasa lemas yang semakin terasa karena tidak sedikit pun makanan yang masuk ke lambung kami, tiba - tiba salah satu dari kami mulai berteriak.
"Tolong.....tolong.....Pak sandy.....tolong kita tersesat di hutan ini,
tolong......tolong.......team SAR......!!!",
Dengan keadaan seperti itu saya merasa sangat putus asa dan kami semuapun tidak bisa menutupi kesedihan dan rasa takut itu,kami semua bergantian berteriak meminta tolong dengan suara yang agak parau dan memohon kepada Allah SWT, untuk diberikan petujuk jalan keluar dari hutan belantara ini.
Burung - burung pun mulai berkurang sedikit demi sedikit kami semua berharap seperti di hutan kering sebelum nya kami akan cepat keluar dari hutan kering ini, alhasil dugaan kami benar kami sedikit demi sedikit mulai keluar dari hutan kering itu lagi - lagi burung - burung itu pun menghilang entah kemana.
Lalu kami menjumpai hutan yang berbeda dari hutan - hutan sebelumnya yang kami sudah lewati.Suara aliran air pun mulai terdengar gemuruh nya walaupun terdengar belum begitu jelas kami semua sedikit mempercepat langkah mencari sumber suara aliran air yang berasal dari mana karena kami yakin pasti itu sungai.
Karena waktu pun semakin gelap kami takut kemalaman di tengah hutan belantara itu yang tidak ada tempat yang landai untuk mendirikan tenda tempat kami beristirahat karena track yang kami lewati mulai curam.
Kamipun mulai berhati - hati melewati track yang kami tempuh akhirnya kami mendengar semakin jelas arah sumber aliran air itu kamipun semakin yakin bahwa tidak lama lagi kami menemukan sungai. Menurut kami karena saat itu lebih baik kami bermalam di dekat sungai di bandingkan di dalam hutan yang kami sedang lalui ini, tak lama kemudian kami benar - benar menemukan sungai yang kami cari tetapi untuk kami bisa ke sungai tersebut,kami harus menuruni tebing yang dalam nya kira - kira 20 meter dan sangat curam untuk melewati sampai ke tepi sungai yang ada di bawah sana.
Setelah kami mengecek bagaimana caranya untuk bisa ke bawah sana dengan aman, akhirnya kami semua sepakat memilih merambat melewati tebing itu karena menurut kami tidak ada jalan lain kecuali turun dari tebing.Bagiman pun caranya kami semua harus melewati tebing itu berlahan satu persatu dari kami mulai menuruni tebing itu dengan bantuan yang di sediakan oleh alam akar - akaran dan ranting - ranting yang menjorok kebawah tebing.
Kami pun terus berusaha jangan sampai terjatuh karena posisi tebing dapat dikatakan nyaris tegak lurus, sesekali kami tidak dapat menjangkau ranting atau pun akar untuk berpegangngan kami mau tidak mau menusukan ke sepuluh jari kami ke tanah yang menjadi dinding tebing tersebut, kami semua sudah tidak memperdulikan rasa sakit yang tersa pada jari - jari kami, yang terpenting untuk kami bisa bertahan merambat di dinding tebing untuk mencapai sungai itu dengan selamat.
Lagi - lagi saya berdua Encam tidak memakai sarung tangan alhasil telapak dan jari - jari kami pun sedikit demi sedikit mengeluarkan darah, hanya jari - jari tangan dan kaki kami yang menjadi tumpuan untuk dapat bertahan merambat di dinding tebing.Terkadang tanah atau batu yang kami jadikan pegangngan atau pijakkan sering jatuh (longsor). Longsoran batu - batu dan tanah itu pun sering menimpah di antara kami yang turun lebih awal, kami pun menuruni tebing itu mengatur jarak dengan cara zig - zag agar longsoran tidak menimpa kepala kami.
Akhir nya satu persatu dari kami sudah sampai ke bawah sana "Yo semangatgw dah sampe bawah........!!", kami pun tidak menyia - nyiakan air sungai itu kami lansung meminum air sungai yang sangat jernih dan segar itu yang dingin nya seperti air yang kita ambil dari dalam kendi dari tanah liat.
Kami pun tak henti - henti mengucapkan syukur kepada Allah, "ternyata Allah membuktikan lagi kebesaran nya tanpa kami sadari kami mampuh menahan berat badan kami dan di tambah beban carriel di pundak kami masing - masing dan dalam kondisi yang nyaris bergantungan di dinding tebing kami semua mampu menahan beban itu "Subhanawllah", baru saja kami semua diberikan kekuatan".
Sambil menikmati segar nya air sungai dan istirahat sejenak karena badan kami sangat terasa lelah lambung yang belum terisi apapun kecuali air dan pucuk - pucuk daun muda yang ada selama kami lewati, setelah istirahat kami semua memutuskan untuk mengikuti aliran sungai, karena keadaan sekitar kami pun mulai gelap menunjukkan sore hari dan kabut - kabut tipis pun mulai menghalangi pandangan mata kami.
Sekitar lima menit kami memasuki hutan kering tiba - tiba satu demi satu burung - burung berdatangan jenis burung nya sama persis seperti jenis burung yang kami temui di puncak sana, yang kami tak habis fikir saat kami bertemu di puncak sana hanya satu ekor burung yang datang menghampiri kami.
Di hutan kering sangat berbeda kami di hampiri ratusan burung dengan jenis yang sama mengikuti kami selama perjalanan di hutan kering itu.Uniknya burung - burung itu tidak takut sama sekali dengan kami ia tidak terbang melainkan seperti orang berjalan ia hanya meloncat - loncat di sekeliling kami.
Kamipun merasa ketakutan dan benar - benar kejadian ini belum pernah terjadi kepada kami berempat, dengan jumlah burung terus - menerus semakin banyak selama kami mencari jalan keluar dari hutan kering tidak menutup kemungkinan apabila burung - burung itu mematuki kami semua, mungkin kami tidak bisa melanjutkan mencari jalan pulang.
Kami sangat beruntung burung - burung yang sangat amat banyak itu malah terlihat jinak dengan kami sampai - sampai salah satu dari kami Naning mencoba berbicara ke salah satu ekor burung yang persis hinggap di depan mata kepala Naning.
Burung itu hinggap dan menoleh kearah Naning spontan mengajak se ekor burung untuk bekomunikasi Naning bertanya kepada burung itu dengan nada yang sedikit putus asa untuk menemukan jalan pulang.
"Burung lo tau ga kemana jalan pulang?....",
Kami pun menghentikan langkah dan bertanya kepada Naning:
"Ning dia ga bakal ngerti bahasa kita!!",
Naning menjawab dengan keputus asaanya :"Siapa tau di ngasih tau jalan pulang kasian dia sama kita!".
Jujur terus terang buat saya peribadi di saat kejadian itu saya pun merasa putus asa karena yang kami lihat hanya ranting - ranting kering disekitar kami yang dapat kami lihat hanya warna coklat tidak ada warna lain dan jumlah burung yang sangat banyak.
Lalu Peking menghentikan langkah nya dan ia berkata dengan rasa emosi yang bercampur aduk putus asa.
,,,"Gw punya ide Cam bagai mana klo hutan kering ini kita BAKAR?.....",
Encam pun menjawab "Gila aja lo King kita semua bisa MATI KONYOL ke panggang gw ga setuju",
Saya dan Naning pun tidak setuju dengan ide peking untuk membakar hutan kering ini.Peking tetap saya ingin melakukan hal konyol itu dia bilang "Kita cari sungai di deket sini kita bisa aman di sungai itu kita ga bakal ke panggang terus team SAR datang kita bisa selamat paling resikonya kita di penjarah", dari pada kita semua mati konyol kelaparan cari jalan keluar.
Kami bertiga tetap saja tidak setuju dengan pendapat Peking.Encam tetap saja ia optimis untuk bisa dan yakin keluar dari hutan ini, pada saat kejadian ini Encam dalam pikirannya "Yang ia ungkapkan setelah kami keluar dari hutan itu!".
Ia memiliki rencana "lebih baik kita terus mencari jalan keluar untuk mengisi perut kita selama mencari jalan keluar kita bisa memanah burung - burung yang banyak di sekitar kita bahkan bisa kami tangkap burung - burug tersebut dari pada kita membakar hutan!".
Akhirnya kami tidak melakukan pelanggaran hukum untuk membakar hutan kering itu, kami semua melanjutkan perjalanan untuk mencari jalan keluar dari hutan kering yang sedang kami cari jalan keluarnya.
Langkah demi langkah kami menyusuri burung - burung yang sangat banyak sedikit demi sedikit ia berkurang dan tak lama kemudian kami keluar dari hutan kering dan kami tidak melihat lagi seekor burung pun yang tadi mengikuti kami selama berada di hutan kering sampai keluar, kami menemukan hutan yang hijau banyak pepohonan lengkap dengan daun nya.
Setelah kami berada dia antara perbatasan hutan kering dan hutan hijau, Encam langsung menaiki salah satu pepohonan yang ada disekitar kami yang tinggi nya sekitar 10 - 15 meter ia hanya ingin memastikan dimanakah perkampungan yang kami lihat tadi malam itu, setelah Encam sudah terlihat tinggi menaiki pohon saya bertanya.
"Keliatan jalur pulang Cam?.....",
Encam pun tidak menjawab mungkin karena kurang jelas mendengar karen ia lumayan tinggi menaiki pohon itu,setelah melihat - lihat sekeliling ia pun turun dari pohon.
Ia berkata dengan nafas yang terlihat benar - benar sangat capek "Gw ga bisa liat apa - apa kecuali luasnya hutan belantara ini, setelah nanti kita lewatin hutan hijau itu kita ketemu lagi hutan kering tapi ga terlalu luas kaya yang kita baru lewatin ini, kayak nya itu keliatan dari atas makin landai, ternyata Allah benar - benar menciptakan hutan ini seperi di sekat - sekat keliatan dari atas sana segaris ijo segaris lagi coklat, ijo muda pokoknya kaya gitu dah".
Kami semua mendengar kabar dari Encam semakin merasa tidak yakin hari ini kami dapat keluar dari hutan belantara , selain waktu pun terus berjalan kira - kira saat itu pukul sembilan pagi dan kami menyimpul kan bahwa masih panjang lagi jalur yang kami harus tempuh untuk sampai di sebuah perkampungan yang belum jelas keberadaan nya dan sangat tidak mungkin kami bisa sampai hari ini.
Setelah istirah sebentar yang kami punya hanya stock air semua hanya bisa minum,lagi - lagi untuk menahan lambung yang sudah terasa sakit, karena kami tidak menemukan sedikit pun buah atau apapun yang dapat di makan kecuali pucuk - pucuk daun muda yang kami tau tidak beracun yang bisa di makan oleh kami di sekitar hutan ini.
Kami pun memulai melanjutkan langkah kami lagi - lagi kami harus memotong ranting - ranting yang menghalangi kami, suasana kembali lagi seperti sebelum kami melewati hutan kering, kami di suguhkan pepohonan yang sangat besar - besar dan di sekitarnya dipenuhi pepohonan kecil - kecil yang menghalangi kami.
Di pertengahan perjalanan saya dan Encam mengalami kejadian cukup unik, kami berdua tiba - tiba seluruh kaki kami berdua terasa ada yang bergerak sangat banyak tersa kecil - kecil dan sakit kami pun berdua berteriak...
..."aduh..,aduh....aduh.....Apaan ini ko sakit banget kekaki gw ada yang bergerak?.......",
Peking dan Naning pun, yang berjalan lebih dahulu ia berbalik ke arah kami berdua.
..."Kenapa Cam?...",
Mereka berdua pun bingung melihat kami yang sedang kesakitan sambil menepak - nepak kaki kami, Kaki kami berdua terlihat tidak ada luka sedikit pun atau sobekan tapi anehnya terasa sakit dan seperti ada yang bergerak di dalam kulit kaki kami, Encam pun teriak.
..."Alkohol....alkohol diamana?...... ",
Akhirnya Encam menggosokan ke kakinya dengan perban yang sudah diberi alkohol saya pun sama melakukan itu tidak lama kemudian rasa sakit itu pun berlahan hilang.
Kami mencoba mencari penyebabnya karena selain dari kami berdua Naning dan Peking memakai celana panjang jadi mereka tidak merasa kesakitan hanya saya berdua yang mengunakan celana pendek.
jalan yang kami lewati sangat lebat penuh dengan tumbuh - tumbuhan liar yang kami sebelum nya tidak ketahui, ternyata kami tahu penyebab kaki saya berdua Encam terasa sakit.Karena kedua kaki kami menyentuh tumbuhan yang apa bila terkontak langsung dengan kulit ia akan terasa gatal perih dan nyeri.Salah satu dari kami mencabut tumbuhan liar itu dan mencoba menempelkan ke kulit nya ternyata benar daun itu yang menyebabkan kami berterik merasa kesakitan.
Ternyata hutan hijau yang kami lewati saat ini sangat berbeda dengan hutan hijau sebelumnya, saya seringkali tergores ranting - ranting dan terkena duri hutan yang ukuran nya lebih besar di banding duri - duri yang ada di dataran rendah.
Walaupun saya mulai banyak luka dari jalur yang kami lewati saya tidak terlalu menghiraukan rasa sakit hanya pada awal saja terkena lalu tidak lama kemudian tidak terlalu terasa kecuali terkena tetesan air embun yang ada di dedaunnan lumayan terasa perih, tidak lama berselang sendal saya bukan hanya putus tepatnya berantakan kebetulan hanya saya sendiri yang tidak membawa sepatu saya hanya membawa sendal.
Salah satu dari kami memberika sendal jepit tidak lama kemudian sendal itu pun putus karena jalur yang kami lewati basah dan licin penuh dengan tumbuh - tumbuhan liar yang tak beraturan. Akhirnya mau tidak mau saya harus melanjutkan perjalanan tanpa alas kaki, telapak kaki saya pun mulai mengeluarkan darah karen tergores entah ranting atau apapun itu ternyata yang terluka bukan hanya saya, Encam pun ternyata dari kaki dan tangan nya mengeluar kan darah juga, mungkin karena kami berdua hanya menggunakan kaos dan celana pendek saja.
Di tengah perjalanan kami terhenti Encam memiliki ide "Bagai mana klo sekarang kita cari sungai terus kita telusurin karena air pasti mengalih dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, selain itu kalo kita kemaleman kita bisa buka tenda di sekitar sungai agar tidak susah cari air,bagaimana?...",
kami semua setuju dengan pendapat Encam itu.
Encam pun langsung memilih jalur kearah yang terdengar aliran air sungai, kami pun bertiga bergerak mengikuti di belakang Encam.Tak lama berselang kami bertiga yang hati - hati memilih jalan yang tidak rata terus menurun dan agak licin, kami mendengar patahan - patahan ranting yang tertimpa benda.
..."krusaaaakkkkkkk.......debuggggg!!",
kami semua melihat ke depan ternyata Encam yang tadi di depan kami terpelosok, kami semua pun berteriak
..."Cam..cam....cam..Lo ga apa - apa ?.......",
Tidak ada jawaban dari Encam sedikit pun kami semua sangat takut terjadi apa - apa padanya, kami pun terus bergerak semakin cepat ke depan dan ternyata di depan kami seperti tebing yang lumayan dalam penuh dengan rerantingngan dan tanah yang agak gembur, kami bertiga melihat Encam di bawah sana yang sedang menahan kesakitan.Mungkin jarak nya sekitar 7 - 8 meter dari tempat kami berdiri,kami langsung turun menghampiri dengan rasa takut melihat Encam yang sedang berbaring menahan kesakitan.
..."Cam lo ga apa - apa ?,.......",
Encam pun berusaha menjawab dengan suara yang tertahan seperti susah bernafas.
..."Eee..Gw gggg...pa..apaa..!",
kami bertiga berusaha membantu Encam untuk bangun dan memberikan air minum akhir nya Encam bisa kembali bernafas normal, untung nya badan encam tidak tertancap ranting pohon yang patah persis di dekat pinggang belakang.
Dengan kejadian yang baru saja Encam alami kami semua semakin takut terjadi sesuatu kepada kami berempat dari hutan belantara ini yang kami tidak ketahui ada apa di depan kami.Disela kami beristirahat dan menunggu Encam untuk kembali baik lagi, ("saya mulai mengingat selama pendakian ke gunung Ciremai ini kami berempat hanya bertemu satu kelompok pecinta alam mereka berjumlah tiga orang yang mengaku baru saja turun dari puncak sana.
Kami sempat berbicara dari salah satu mereka,"dah turun mas?..."ia nih mas wah mas nya telat sih kita semua dah dua hari disini sekarang kita turun dulu ya mas!", setelah kami sedikit mengobrol ternyata yang melakukan pendakian di jalur Palutungan yang sedang kami tempuh.
Ternyata hanya kami berempat saja tidak ada pendaki lagi selain kami berempat yang sedang menuju kepuncak Ciremai, kabar itu kami tau dari salah satu pecinta alam yang kami jumpai selama kami berada di gunung Ciremai, mereka bertigalah dan peserta pelantikan menjadi orang terakhir yang kami temui selama kami melakukan pendakian sampai saat ini.
Setelah Encam merasa membaik kami pun bersama - sama ber do'a di dalam kondisi yang benar - benar merasa ketakutan semoga tidak terjadi apa - apa dengan kami selama melanjutkan mencari jalan untuk keluar dari hutan itu.
Peking mulai mengambil alih untuk membuka jalan tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan kami, kami belum menemukan sungai tetapi kami malah kembali menemukan hutan kering yang sebelumnya Encam lihat dari atas pohon yang ia naiki, kamipun masuk kembali ke hutan kering berharap kami semakin mendekati aliran air sungai.
Disaat kami mulai memasuki kedalam hutan kering satu persatu burung yang sama seperti di hutan kering sebelum nya berdatangan tidak kalah banyak nya jumlah burung itu seperti di hutan kering yang sebelumnya kami lewati.
Kami berempat pun hanya saling melirik dengan masing - masing memiliki rasa takut yang tidak jauh berbeda,Naning pun kembali seakan mengajak bicara pada burung - burung itu mungkin yang ada dalam perasaan Naining pada saat itu mungkin tidak jauh berbeda dari kami yang lain nya semoga burung - burung itu benar - benar mahluk yang nyata di alam kehidupan kita bukan sebaliknya.
Naning berbicara pada burung - burung itu,"Burung kita teman tolong kasih tau jalan keluar dari hutan ini!!!", kondisi mental kami pada saat itu benar - benar kacau bercampur aduk ketakutan, emosi, cape, putus asa dan rasa lemas yang semakin terasa karena tidak sedikit pun makanan yang masuk ke lambung kami, tiba - tiba salah satu dari kami mulai berteriak.
"Tolong.....tolong.....Pak sandy.....tolong kita tersesat di hutan ini,
tolong......tolong.......team SAR......!!!",
Dengan keadaan seperti itu saya merasa sangat putus asa dan kami semuapun tidak bisa menutupi kesedihan dan rasa takut itu,kami semua bergantian berteriak meminta tolong dengan suara yang agak parau dan memohon kepada Allah SWT, untuk diberikan petujuk jalan keluar dari hutan belantara ini.
Burung - burung pun mulai berkurang sedikit demi sedikit kami semua berharap seperti di hutan kering sebelum nya kami akan cepat keluar dari hutan kering ini, alhasil dugaan kami benar kami sedikit demi sedikit mulai keluar dari hutan kering itu lagi - lagi burung - burung itu pun menghilang entah kemana.
Lalu kami menjumpai hutan yang berbeda dari hutan - hutan sebelumnya yang kami sudah lewati.Suara aliran air pun mulai terdengar gemuruh nya walaupun terdengar belum begitu jelas kami semua sedikit mempercepat langkah mencari sumber suara aliran air yang berasal dari mana karena kami yakin pasti itu sungai.
Karena waktu pun semakin gelap kami takut kemalaman di tengah hutan belantara itu yang tidak ada tempat yang landai untuk mendirikan tenda tempat kami beristirahat karena track yang kami lewati mulai curam.
Kamipun mulai berhati - hati melewati track yang kami tempuh akhirnya kami mendengar semakin jelas arah sumber aliran air itu kamipun semakin yakin bahwa tidak lama lagi kami menemukan sungai. Menurut kami karena saat itu lebih baik kami bermalam di dekat sungai di bandingkan di dalam hutan yang kami sedang lalui ini, tak lama kemudian kami benar - benar menemukan sungai yang kami cari tetapi untuk kami bisa ke sungai tersebut,kami harus menuruni tebing yang dalam nya kira - kira 20 meter dan sangat curam untuk melewati sampai ke tepi sungai yang ada di bawah sana.
Setelah kami mengecek bagaimana caranya untuk bisa ke bawah sana dengan aman, akhirnya kami semua sepakat memilih merambat melewati tebing itu karena menurut kami tidak ada jalan lain kecuali turun dari tebing.Bagiman pun caranya kami semua harus melewati tebing itu berlahan satu persatu dari kami mulai menuruni tebing itu dengan bantuan yang di sediakan oleh alam akar - akaran dan ranting - ranting yang menjorok kebawah tebing.
Kami pun terus berusaha jangan sampai terjatuh karena posisi tebing dapat dikatakan nyaris tegak lurus, sesekali kami tidak dapat menjangkau ranting atau pun akar untuk berpegangngan kami mau tidak mau menusukan ke sepuluh jari kami ke tanah yang menjadi dinding tebing tersebut, kami semua sudah tidak memperdulikan rasa sakit yang tersa pada jari - jari kami, yang terpenting untuk kami bisa bertahan merambat di dinding tebing untuk mencapai sungai itu dengan selamat.
Lagi - lagi saya berdua Encam tidak memakai sarung tangan alhasil telapak dan jari - jari kami pun sedikit demi sedikit mengeluarkan darah, hanya jari - jari tangan dan kaki kami yang menjadi tumpuan untuk dapat bertahan merambat di dinding tebing.Terkadang tanah atau batu yang kami jadikan pegangngan atau pijakkan sering jatuh (longsor). Longsoran batu - batu dan tanah itu pun sering menimpah di antara kami yang turun lebih awal, kami pun menuruni tebing itu mengatur jarak dengan cara zig - zag agar longsoran tidak menimpa kepala kami.
Akhir nya satu persatu dari kami sudah sampai ke bawah sana "Yo semangatgw dah sampe bawah........!!", kami pun tidak menyia - nyiakan air sungai itu kami lansung meminum air sungai yang sangat jernih dan segar itu yang dingin nya seperti air yang kita ambil dari dalam kendi dari tanah liat.
Kami pun tak henti - henti mengucapkan syukur kepada Allah, "ternyata Allah membuktikan lagi kebesaran nya tanpa kami sadari kami mampuh menahan berat badan kami dan di tambah beban carriel di pundak kami masing - masing dan dalam kondisi yang nyaris bergantungan di dinding tebing kami semua mampu menahan beban itu "Subhanawllah", baru saja kami semua diberikan kekuatan".
Sambil menikmati segar nya air sungai dan istirahat sejenak karena badan kami sangat terasa lelah lambung yang belum terisi apapun kecuali air dan pucuk - pucuk daun muda yang ada selama kami lewati, setelah istirahat kami semua memutuskan untuk mengikuti aliran sungai, karena keadaan sekitar kami pun mulai gelap menunjukkan sore hari dan kabut - kabut tipis pun mulai menghalangi pandangan mata kami.
Diubah oleh oethis 23-02-2016 09:08
bowhead. dan bluephantom memberi reputasi
2
Kutip
Balas