Part # 3
Quote:
Original Posted By Malam pertama kami tersesat di lembah gunung Ciremai
Kamipun dengan cepat mendirikan tenda untuk beristirahat setelah tenda selesai berdiri.Kami baru menyadari bahwa perbekalan makanan kami sudah habis, mungkin untuk menghangat kan tubuh dan menambah tenaga masih bisa walaupun hanya dengan meminum segelas kopi panas.
Akhirnya kami membuka carriel yang di bawa oleh Naning karena dia yang membawa komsumsi kami lalu Naning mencari kopi dan gula ternyata kopi dan gula yang kami bawa hilang dari carriel.Kami semua mencari dan membongkar carriel itu tetap saja kopi dan gulanya hilang, yang tersisa hannya garam dan cabai saja, dengan keadaan yang sangat dingin dan perut kami terasa sangat laper kami semua menyemil garam dan cabai yang masih tersisa kami anggap lumayan untuk memberikan rasa pada lidah kami yang tadinya hanya meminum air dari sungai yang kami telusuri.
Saya ingin membuang air kecil lalu saya keluar dari tenda kearah belakang tenda di saat sedang membuang air kecil saya tidak sengaja melihat lampu - lampu pemukiman di wilayah kaki gunung Ciremai, saya langsung memangil salah satu kawan saya.
"Ning kita dah deket tuh lampu - lampu pemukiman dah keliatan dari sini sama genting nya!".
Naning, Encam, Peking pun langsung keluar dari tenda lansung bertanya
"mana?....",
Tuh sini liat ia pun semua melihat pemukiman yang terlihat cukup dekat dengan tempat kami bermalam.
Kamipun kembali masuk kedalam tenda, Naning merencanakan untuk besok pagi "Besok kita semua bangun jam limaan pagi terus kita tutup tenda paling sekitar jam sembilan kita dah sampe di perkampungan", kami semua benar - benar sangat gembira melihat perkampungan yang cukup dekat terlihat sampai rasa laper agak kami lupakan bukan hilang,kami langsung beristirahat untuk melanjutkan perjalanan ke perkampungan yang tadi kami lihat itu.
Sekitar pukul lima pagi kami semua sudah terbangun mungkin karena kami semua sudah tidak sabar lagi ingin cepat sampai di perkampungan agar bisa mengisi perut yang sudah kosong dari kemarin.Kami bergegas menutup tenda dan mengecek perlengkapan yang kami bawa masing - masing karena jangan sampai teledor seperti kasus gula dan kopi kemarin tiba - tiba bisa hilang, setelah semua sudah beres perlengkapan yang kami bawa kamai pun berdo'a meminta agar di lancarkan dalam perjalanan pulang.
Sebelum kami melangkah untuk melanjutkan perjalanan,kami memastikan melihat kearah perkampungan yang kami lihat cukup dekat semalam ternyata tidak ada satu rumah penduduk yang kami lihat kami semua hanya melihat hamparan hutan yang sangat luas dan tertutup oleh pepohonan yang besar dan rindang kami hanya melihat hamparan hutan belantara, padahal kami sangat jelas semalam melihat sebuah pemukiman penduduk jelas terlihat bola lampu dan genting rumahnya.
Kami semua mulai sadar ternyata kami memang mulai tersesat semakin dalam kehutan yang kami daki ini, didalam fikiran kami semua sama kami tersesat bukan hanya karena salah arah tetapi ada sebab lain?.........!".Tetapi di antara kami pun tidak ada yang berani mengucapkan nya.
Encam mulai mengambil alih untuk membuka jalan!
"Ayo pasti kita dapet jalan keluar gw yakin yo kita semangat",
kami mulai melangkah mengikuti kemana arah Encam yang menjadi pembuka jalan dia memilih mengambil naik ke atas tebing yang ada di sebelah kiri kami.Kamipun mulai merangkak menaiki tebing itu tanpa alat bantu sama sekali untungnya tebing itu tanah bukan bebatuwan kami pun bisa menaiki tebing dengan cara memegang akar - akar , ranting , dan bebatuwan untuk membantu kami mencapainya atas tebing itu.
Sampai di atas tebing kami berada di hutan yang sangat lebat dan pepohonan yang sangat besar mungkin untuk dipeluk oleh tiga orang dewasa pun belum tentu bisa memeluknya.
Keadaan di hutan tersebut benar - benar alami selama ini mendaki gunung yang pernah kami daki, kami tidak pernah menemukan suasana atau keadaan hutan yang sealami ini sampai tak tampak seorang pun pernah menjamah nya.
Lalu Encam membawa kami untuk menemukan jalan keluar dari lembah atau hutan ini, setelah sekitar dua jam kami terus membuka jalan kami menemui jalan buntu kami berada di atas jurang yang sangat curam entah berapa meter kedalaman jurang tersebut.
Encam pun mengambil arah balik tak lama kemudian Peking berhenti dan berteriak agak kencang.
"Kalo gini berarti kita di bawa Setan keder....!!!
Gw tau mungkin ini semua gara - gara edelweis yang kita petik di puncak.
..."pokoknya semua buang bunga nya!!" ,
Kami mengeluarkan bunga tersebut dari cariel kami masing - masing dan mengumpulkanya untuk membuangnya,setelah terkumpul dengan keadaan yang sangat panik kami semua membuang bunga abadi yang kami petik di puncak sana sambil membaca surat Alfatihah bersamaan.
Alasan Peking atau kami mencurigai bunga tersebut karen kami bisa sampai ke jalur ini karena rongga tanah yang ada di dekat puncak yang kami lewati di atas sana dengan ladang bunga abadi yang tumbuh mekar berada di hamparan kami. Perjalanan kami lanjutkan dengan keadaan yang sangat panik dan takut kami semua mulai Bertaqbir.
"Allah...huakbar Allah...huakbar Allah...huakbar...",
bersamaan selama kami mencari jalan keluar Encam masih memimpin perjalanan kami.