- Beranda
- Stories from the Heart
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!
...
TS
galonze.b.c.n.b
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!

1 Flat2 Wanita 2 Cerita

Quote:
Spoiler for Rules:
Spoiler for F.A.Q:
Quote:
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 11-06-2016 21:40
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
galonze.b.c.n.b
#1487
Part 62 Cemburu (2)
Dengan langkah tegap mencoba untuk bertahan dan mencoba tetap tegar atas apa yang barusan gue lihat “bodoh bodoh bodoh! bodoh bodoh bodoh!” ucap gue sambil memukul mukul tembok kamar.
Kaki ini dengan sendirinya mulai menekuk, tangan memeluk kedua kaki dan wajah gue menamkan diantara kedua kaki ini, hanya airmata yang mulai menghiasi keheningan di kamar ini. Sebuah ketidak adilan yang gue dapat, apa semua ini selalu terjadi kepada lelaki yang selalu bermain main hati? Apa gue salah selalu memain mainkan mereka berdua? Gimana perasaan dia ketika cuma gue anggap sebagai seorang sahabat padahal dia sayang sama gue? Apa ini balesannya?
Hingga detik ini gue masih belum percaya dengan yang gue lihat tadi, yang jelas kedua airmata itu mengalir deras dari sebelumnya. Untuk kedua kalinya gue merasa seperti sedang terbang tinggi dan untuk kedua kalinya pula gue tarik jatuh dengan paksa. Entah berapa lama gue berdiam diri di kamar sambil menangis. Saat gue lihat kaca jendela ternyata senja telah datang dengan warna langit yang telah menguning. Gue luruskan kembali kaki ini dan mencoba menghisap sebatang rokok yang tadi dibeli.
“sssssss ahhhhhhh” hanya hembusan rokok yang keluar dari mulut gue.
“ssssss ahhhhh anjing anjing anjing!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Dasar cewek murah anjiiinnnnnggggggggg” ucap gue berteriak sambil menghisap batang rokok.
Gue habiskan sebatang rokok dan segera berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Saat melihat wajah gue di depan cermin. Melihat kedua mata yang memerah dan sedikit sembab Entah kenapa tiba tiba gue tertawa terbahak bahak sendiri. Menertawakan kebodohan didalam diri ini. Menertawakan bahwa gue lelaki bodoh yang mencintai seorang perempuan perempuan lain padahal perempuan itu tidak mencintai gue sama sekali. Semakin gue tertawa hati ini semakin sakit, dan semakin gue tertawa emosi gue semakin terbakar.
Saat keluar kamar mandi tiba tiba…
“Rangga….” Ucap seorang wanita yang langsung memegang tangan kiri gue.
“Aku mohon yang kamu liat itu gak seperti yang kamu pikirin rangga” ucap mila dengan lembut dengan mata sedikit berkaca.
“eh hey, mau pakai kamar mandi? Silahkan.. aku mau keluar juga…” ucap gue memandang matanya dan menghempaskan tangan kiri gue dengan keras agar terlapas dari tangannya.
“Rangga aku mohon dengerin dulu rangga, jangan dulu pergi…” ucap mila dengan kedua tangan kembali memegang tangan gue. Sebelumnya gue mencoba untuk tenang, tapi ketika melihat bibir itu… ego dalam diri ini mulai kembali menguasai seperti halnya api yang membesar ketika diberi bensin.
“Apa? Mau apa lagi?? Mau ngehina aku kalo aku cuma mahasiswa yang gak punya penghasilan??? Mau bilang kalo dia lebih sukses dari aku?? Lebih kaya dari aku?? IYAA? GITTUUU?” bentak gue yang sudah mulai kehilangan kendali logika sendiri.
“Rangga, jangan ngomong gitu… kamu gak seharusnya ngomong gitu…, tolong dengerin dulu penjelasan aku rangga” ucap dia mulai menangis.
“ooooo iya iya, aku gak seharusnya ngomong kayak gitu! Harusnya aku lebih sopan lagi ya? Kamu lebih tua daripada aku iya kan? Kamu mau aku panggil apa? Kaka? Teteh? Ato apa? Ngomong!” ucap gue dengan nada sinis dan mencoba melepaskan kembali genggaman tangannya dan berjalan keruangan tengah.
“Rangga! Apa yang kamu lihat gak seperti apa yang kamu kira rangga! Kamu harus ngerti itu! Aku di…” ucapnya dengan nada keras dan gue potong.
“HAH? NGERTIIN KAMU? EMANG KAMU SIAPA AKU? PACAR BUKAN! GEBETAN JUGA BUKAN! KENAPA AKU HARUS NGERTIIN KAMU?” ucap gue setengah berbalik badan menghadap ke dia dengan tatapan sinis dan benci.
“Rangga… kamu itu kenap….” Ucap dia yang langsung gue potong kembali.
“Kenapa? Ayo jelasin! Kenapa aku harus ngertiin kamu? Kamu mau ciuman! Mau ngapain aja terserah kamu dan kamu gak usah mikirin perasaan aku! aku cuma mahasiswa biasa yang gak punya penghasilan! cuma mahasiswa bodo yang gak tau kenapa bisa suka sama teman se Flat nya sendiri! Dan selama hidup aku! Ini hal paling bodoh yang pernah aku lakuin!!!” ucap gue sambil membentak dia.
“rangga, kita bisa bicarain ini baik baik, kamu harus tenang dulu, kita bisa bicara di tempat lain..” ucap dia yang kembali gue potong.
“ditempat lain mau ngapain? Mau memperlihatkan ke aku kamu bisa diapain aja? Kamu bisa diapain aja selain dicium kayak tadi? Kamu juga mau ngeliatin tongtonan gratis sama laki laki…” ucap gue terpotong.
PLAK!!! Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan dan dengan refleks gue memegang pipi kanan “Kenapa? Kenapa gak coba denger penjelasan aku dulu?” ucap dia masih menangis.
“alah udah lah! Udah sana pergi! tu cowo paling lagi nungguin kamu sekarang di ranjang! Udah sana pulang samperin dia!!!!” ucap gue sinis.
“Aku bukan perempuan murahan seperti yang kamu kira rangga, dan aku juga gak nyangka kamu bisa ngomong kayak gini di depan aku, kenapa gak coba dengerin dulu penjelasan dari aku sebelum kamu marah marah? Kamu emang laki laki egois! Egois! Egois! Eg…” ucap dia dan langsung gue potong.
“Kenapa? Iya aku emang egois! Terus ada yang salah sama laki laki egois ini? Kenapa kamu rela rela datengin laki laki egois ini kesini??? Enak loh diajak terbang tinggiiiii tingggiiiiii bangeettt sampai akhirnya kamu jatuhin aku pake cara kayak gini!!! Sakit tau!!! Sakit banget!!!!” ucap gue pelan dan santai tapi di akhiri dengan bentakan.
“maaf rangga, aku gak punya maksud buat…” ucap dia yang kembali gue potong.
“udah lah… kita cuma sekedar temen sekamar biasa, aku cuma Mahasiswa yang belum lulus sementara kamu seorang sarjana yang nyentrik dengan penghasilan yang WAH! Rumah punya! Mobil punya! Dan tentunya pasti kamu punya prestasi yang segudang. Sudahlah aku cuma mahasiswa egois yang gak punya apa apa” ucap gue sambil meninggalkan dia.
“Rangga!.... Rangga! Tunggu….. aku masih pengen ngomong tolong kamu jangan pergi dulu. Rangga….” Ucap dia yang mulai menghilang karena pintu Flat sudah gue banting sekencang kencangnya.
“tunggu rangga!” ucap dia yang tiba tiba ada didepan motor yang gue tumpangi dengan tangan terbuka lebar.
“tolong ya! Saya mau lewat!!! Tolong jangan halangi jalan saya!!!” ucap gue sambil mencoba menggerung gerungkan motor didepan dia.
“Rangga tolong… dengerin dulu aku.. aku juga punya perasaann….” ucap dia yang langsung gue potong kembali.
“Lho kamu juga punya perasaan? aku kira gak punya! Udah minggir minggir aku mau lewat!!!” ucap gue sambil membentak.
“……..” dia tidak menjawab hanya membentangkan kedua tangannya seolah olah menghalangi jalan gue.
“sudah! Aku bilang minggir ya minggir! Kamu mau ngapain aja sama laki laki itu aku gak peduli. Kamu mau salto, mau kayang, mau jungkir jungkiran berdua juga aku gak perduli! Asal kamu gak liatin apa yang kamu lakuin itu didepan aku, aku gak peduli! Oh iya satu lagi. Kamu gak perlu minta maaf kan kamu gak salah apa apa. Iya kan?” ucap gue yang mencoba memenggirkan motor dari depan dia.
“……” dengan kedua tangannya dia masih mencoba menahan motor gue.
“BISA MINGGIR GAK SIH LO! DASAR CEWEK DUDEG! GAK TAU DIRI! GAK TAU ATURAN! KALO BERDIRI JANGAN DITENGAH JALAN WOIIII! DASAR CEWEK MURAH LO!” ucap gue sedikit keras diwajahya.
“rangga…. Aku gak nyangka kamu bisa sekasar ini sama aku… apa itu juga yang kamu bilang ke intan saat ribut dulu? Kamu….” Ucap dia terpotong dengan kedua tangan yang menutup mulutnya dan berlari keatas tangga dengan suara tangisan yang kencang.
Gue hanya terus melanjutkan laju motor ini tampa arah dan tujuan. Dan tiba tiba entah kenapa langit diatas mulai menjatuhkan butiran butiran air yang mulai membasahi jalanan yang gue lewati. Bersama dengan hujan yang jatuh mulai membasahi badan ini, tak terasa airmata di pipi ini juga ikut jatuh. Kenapa Cuma gue yang harus ngalamin dua momen yang rasanya sakit kayak gini? Melihat perempuan yang mulai gue sukai dengan sukarela ngejual badannya sendiri dan yang terakhir berciuman dengan orang lain. Apa setelah ini gue harus liat mereka berdua bermandikan keringat diatas ranjang dengan laki laki lain??
Tangis ini makin menjadi-jadi seperti hujan yang semakin deras. Tangis yang terus keluar di pipi hingga air mata ini sudah habis untuk keluar. Karna bingung dengan tujuan harus kemana, dan daerah yang sedang gue dekati ini dekat sekali dengan kosan wulan, maka gue putuskan untuk sekedar berteduh disana, mudah mudahan saja dia sedang dikosan supaya gue bisa sedikit menenangkan diri disitu.
Wulan adalah teman kelas gue, dia memang bukan anak yang menonjol di depan kelas. Tapi kecantikan dia tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak berita miring yang bilang bahwa wulan bisa di BO, tapi gue tetap tidak percaya dengan berita tersebut dan mencoba sekedar berkunjung ke kosan dia kembali. Terakhir kali gue kesana untuk membuat laporan hasil kerja kelompok, dan sampai saat ini gue belum kesana lagi.
Setelah tiba di kosan wulan, gue tiba dengan baju yang sudah basah kuyub berbandikan air hujan. Setibanya disana gue langsung mengetuk pintu kamar wulan yang terlihat sepi, bahkan jika dilihat dari luar lampu kamar dia dalam keadaan mati, beberapa kali gue coba menggedor gedor pintu dia tetapi tidak ada jawaban.
Setelah beberapa saat masih tak ada jawaban sama sekali didalam kamar dia. Sepertinya dia sedang keluar ato masih ada kegiatan di kampus. Gue pun menghela nafas panjang dan duduk di dinding depan pintu dia. Entah kemana lagi tujuan gue hari ini, yang jelas hari ini gue gak mau pulang dan bertemu mila.
“Rangga…. Astaga, kamu kehujanan?” ucap wulan yang barusaja membukakan pintu kamarnya.
“maaf lan, aku ganggu ya?” ucap gue sambil berdiri.
“ayoo kamu masuk dulu, udah tau ujan gini kamu malah nekat kesini. Naik apa kesini? Kalo mau kesini kamu harusnya sms aku dulu, biar aku bawa mobil jemput kamu jadi kamu gak kehujanan” ucap dia dengan nada khawatir. Hari ini sepertinya dia akan jadi lebih bawel dari hari hari biasanya.
gue yang langsung duduk ke dalam kamarnya, lalu duduk menyandar di dinding kamar dengan baju yang masih basah. Gue hanya melihat wulan tampak sibuk membongkar bongkar lemarinya, setelah mendapatkan sebuah celana dan baju tiba tiba dia melemparkan pakaian itu.
“itu punya kakakku, kayaknya muat buat kamu pakai, dan ini handuk punya aku, kamu ganti dulu gih di kamar mandi, entar masuk angin lagi..” ucap wulan dan gue hanya bisa mengangguk.
gue pun segera kekamar mandi dan membasuh badan ini dengan air, lalu sesegera mungkin mengeringkan badan ini dengan handuk pemberian wulan, saat semua telah selesai dengan cepat gue kembali ke kamarnya. Sekembali nya ke dalam kamar dia ternyata sudah membuatkan secangkir teh hangat. Seandainya saja yang membuatkan teh itu mila… mungkin gue bakal seneng banget di bikinin dia teh.
Ah… lagi lagi mila… lagi lagi mila… kenapa gue begitu bodoh gak bisa ngelupain dia sementara saja?
“ini diminum dulu teh nya biar kamu gak masuk angin” ucap wulan.
“makasih ya….” Ucap gue yang langsung gue minum teh nya, rasanya manis dan hangat. Tapi tidak semanis kehidupan gue saat ini.
“kamu tadi dari rumah ato kampus? Tumben main kesini” ucap wulan sambil duduk didepan gue.
“aku habis berantem dengan perempuan yang aku suka, aku mergokin dia ciuman dengan laki laki lain” ucap gue datar. Sial… rasanya hati ini kembali ditusuk tusuk.
wulan hanya terdiam, dia menatap gue dengan tatapan prihatin. Lalu dengan tiba tiba dia pindah duduk disamping badan gue, dan tampa diduga sama sekali dia mulai meraih tangan gue dan digenggamnya dengan erat. Sebenarnya gue kurang nyaman dengan suasana ini, selain didalam kosan hanya berdua. Tetapi melihat usahanya ingin menghibur gue tak ada salahnya kedua tangan kita saling berpegangan.
“kenapa?” tanya gue.
“aku tau kamu pasti suka banget sama perempuan itu, pasti rasanya sakit melihat orang yang kita suka lebih memilih orang lain. Aku juga pernah ngerasainnya” ucap wulan sambil menatap wajah gue.
“sudah, aku gak apa apa” ucap gue dengan senyuman yang dipaksakan.
“aku tau kamu pasti suka perempuan itu, gak perlu berbohong. Mungkin aku gak bisa bantu kamu buat dapetin dia, tapi seenggaknya aku bisa menjadi pendengar yang baik buat kamu” ucap wulan.
“makasih lan, tapi….” Belum selesai gue berbicara tiba tiba jari telunjuknya sudah menempel di bibir gue.
“ceritain aja.. aku mohon…” ucap wulan.
Gue terdiam sejenak, kupandangi penampilan wulan dari atas sampai ke bawah, dia terlihat begitu cantik malam ini, gaun tidurnya yang tipis dan menerawang, dan gue lihat didadanya dia tidak mengenakan bra sehingga putingnya tercetak dan menonjol keluar.
Gue tahu dia teman sekelompok gue dan anak anak kampus banyak yang naksir dia, tapi memang saat ini gue lagi butuh dia untuk menumpahkan semua emosi yang dipendam di dada. Perlahan gue belai rambut punggung wulan sambil mata ini tak henti hentinya memandangi payudara dia yang tercetak. Sadar mata ini memperhatikan wulan, dia malah sengaja menegakkan punggungnya sehingga dadanya semakin menonjol dan membusung. Gue hanya tersenyum karna mengetahui usaha dia yang sedang menggoda gue malam ini.
“Ya oke! Aku cerita” ucap gue.
“nahh gitu dong, aku juga kan pengen denger” ucap wulan senang, lalu dia mulai menggeser tubuhnya menghadap gue, tetapi tetap badannya berada disamping kiri.
Saat bercerita dihadapan dia, gue paksakan bibir ini untuk selalu tersenyum walau pun kenyataannya memang sakit dan mengiris hati. Setelah gue menceritakan betapa besarnya pengorbanan cinta gue untuk mila, perjuangan selama ini untuk bisa mendapatkan dia, hingga akhirnya harus menerima kenyataan saat mila sedang asyik berciuman dengan laki laki lain, dan gue memberitahu wulan betapa besar rasa kecewa di hati ini saat tau dia sedang melakukan hal yang tidak semestinya dengan laki laki lain.
Tak sadar air mata ini mulai menangis, dan baru pertama kali ini gue menangis dihadapan orang lain. Gue hanya bisa terdiam ketika wulan menarik badan ini kedalam pangkuan dia, dia merebahkan kepala gue diatas paha dia, lalu gue mulai merasakan belaian lembut penuh kasih sayang dia berikan di kepala gue. Tak sadar gue mulai masuk kedalam kasih sayang dia, dan gue mulai lupa kalau wanita di depan gue ini adalah sahabat gue sendiri.
Wulan hanya diam dan menundukan wajahnya sehingga gue dapat melihat belahan dada milik dia. Saat dia semakin menundukan badan dia tiba tiba saja bibir dia sudah menyentuh bibir gue. Bibirnya serasa sangat lembut, dan membuat gue merasa lebih nyaman.
“Sabar ya.. aku ngeti kamu pasti marah banget” bisik dia setelah melepas bibirnya dari bibir gue. Gue hanya bisa diam sambil memejamkan mata saat itu.
Entah kenapa perlahan mata ini mulai terasa berat, belaian lembut wulan membuat hati ini sedikit tenang dan nyaman, tangis di mata ini mulai mereda dan beberapa menit kemudian gue sudah tertidur di pangkuan dia.
---
Gue terbangun dari tidur saat matahari mulai masuk di sela sela hordeng kamar wulan yang sedikit terbuka. Kubuka mata perlahan untuk mencari keberadaan wulan, saat melihat dia sedang menonton televisi dan sepertinya dia baru selesai mandi, karna rambutnya terlihat masih basah.
“maaf, semalem aku ketiduran….” Ucap gue dengan suara agak serak.
“eh.. kamu udah bangun, gak apa apa. Aku seneng kamu tidur di kamarku. Oh iya, kamu mandi dulu, baju sama celana kamu yang semalem udah aku keringin. Walo masih agak lembab tapi udah bisa dipake kok” ucap dia sambil menggeserkan badannya mendekati gue.
“makasih wulan. Oh iya, kamu kalau mau kuliah hari ini aku izin gak masuk yah.. males kuliah aku…” ucap gue sambil menatap wajahnya. Ahhh sial… dia cantik banget pagi ini.
“gak perlu berterima kasih. Oh iya kita kuliah juga nanti siang kok, masih lama juga sekarang baru jam 7. Udah sekarang mending kamu mandi dulu terus nanti siang berangkat keluarnya bareng aku” ucap dia yang gue balas dengan anggukan.
Gue mulai masuk kedalam kamar mandi dan membash tubuh ini. Selesai mandi dan mengganti pakaian gue langsung bergegas kembali ke kamarnya. Gue melihat wulan sedang menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Ah… beruntungnya gue hari ini, punya teman yang baik dan sangat pengertian seperti ini. Tanpa berkata sepatah kata apapun wulan langsung memberikan gue sepiring bubur ayam. Dan kami berdua dengan lahap menghabiskan sarapan ini.
“gimana perasaan kamu sekarang?” ucap wulan dengan tiba tiba tangannya meraih tangan gue dengan genggaman erat tangannya dan senyuman manis di bibirnya.
“udah mendingan… ini juga berkat kamu.. makasih ya semalem udah mau nemenin aku. Oh iya yang semalem jangan bilang ke siapa siapa ya, aku malu” ucap gue yang mengingat ngingat kejadian semalam sangat gue menangis di pangkaunnya hingga akhirnya tertidur pulas.
“hahahaha hhhmmmmm kasih tau gak ya????” goda wulan.
“eehhhmmmm jadi gitu nih?” ucap gue pura pura ngambek.
“tapi aku suka liat kamu semalem, lucu banget. Sampe nangis nangis kayak gitu” ledek wulan sambil mendekatkan wajah dia ke wajah gue, bahkan sangat dekat sekali menurut gue.
Tak sadar naluri kelelakian ini mulai muncul dan malam membimbing gue untuk segera mencium dia. Wulan tampak kaget saat gue mencium bibir dia, tapi sedetik kemudian dia mulai memejamkan matanya, membiarkan gue menikmati bibirnya.
Kedua tangan wulan dengan cepat memelorotkan celana kolor gue dan langsung membelai belai sang jendral dengan keadaan kita berdua masih berciuman, saat bibir ini terlepas wulan mengarahkan pandangannya kearah bawah dan tersenyum saat melihat dedek rangga yang sudah mulai tegak mengacung.
“ihhhh gede banget… berurat lagi…” ucap wulan yang masih dengan tenangnya mengocok ngocok dedek rangga.
“lann sadar… kita gak mmmmmmmmm” ucap gue namun mulut ini sudah kembali disumpal oleh bibir dia. Gue melangkah mundur menjauh dari hadapan dia.
“lannn udah kita gak boleh ka… ahhhhhhh” ucap gue terpotong saat dengan tiba tiba dia mulai mengocok dedek rangga.
“I dont care abaut what you say, i dont care abaut your wise word again rangga…. Just Fuck me… fuck me harder….” Ucap wulan sambil mengocok ngocok dedek rangga.
“tapi lan….” Ucap gue yang tiba tiba dipotong kembali oleh wulan.
“Relax baby… Relax…. Come on… Just a sex without love honey…. Come on… fuck me..” ucap dia berbisik di telinga gue sambil menjilat jilat daun telinga gue.
“lan… ssssttttttt please jangan nekat… sssttttttt apa kamu udah gila?” ucap gue sambil menahan nafsu yang sudah menggebu gebu.
“come on , Just once, right here, right now, it's first time for you honey?” ucap dia sambil kembali mengulum bibir gue, saat gue mencoba menolak tapi rasa sesak di dada ini tak kuasa menahan ciuman dia.
“nakal ya kamu…” ucap gue yang sudah terbawa suasana dan mulai membalas sambil memainkan dada milik dia.
“hhihihi come on… just a sex without love honey…” ucap wulan sambil kembali melumat bibir gue.
Kaki ini dengan sendirinya mulai menekuk, tangan memeluk kedua kaki dan wajah gue menamkan diantara kedua kaki ini, hanya airmata yang mulai menghiasi keheningan di kamar ini. Sebuah ketidak adilan yang gue dapat, apa semua ini selalu terjadi kepada lelaki yang selalu bermain main hati? Apa gue salah selalu memain mainkan mereka berdua? Gimana perasaan dia ketika cuma gue anggap sebagai seorang sahabat padahal dia sayang sama gue? Apa ini balesannya?
Hingga detik ini gue masih belum percaya dengan yang gue lihat tadi, yang jelas kedua airmata itu mengalir deras dari sebelumnya. Untuk kedua kalinya gue merasa seperti sedang terbang tinggi dan untuk kedua kalinya pula gue tarik jatuh dengan paksa. Entah berapa lama gue berdiam diri di kamar sambil menangis. Saat gue lihat kaca jendela ternyata senja telah datang dengan warna langit yang telah menguning. Gue luruskan kembali kaki ini dan mencoba menghisap sebatang rokok yang tadi dibeli.
“sssssss ahhhhhhh” hanya hembusan rokok yang keluar dari mulut gue.
“ssssss ahhhhh anjing anjing anjing!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Dasar cewek murah anjiiinnnnnggggggggg” ucap gue berteriak sambil menghisap batang rokok.
Gue habiskan sebatang rokok dan segera berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh muka. Saat melihat wajah gue di depan cermin. Melihat kedua mata yang memerah dan sedikit sembab Entah kenapa tiba tiba gue tertawa terbahak bahak sendiri. Menertawakan kebodohan didalam diri ini. Menertawakan bahwa gue lelaki bodoh yang mencintai seorang perempuan perempuan lain padahal perempuan itu tidak mencintai gue sama sekali. Semakin gue tertawa hati ini semakin sakit, dan semakin gue tertawa emosi gue semakin terbakar.
Saat keluar kamar mandi tiba tiba…
“Rangga….” Ucap seorang wanita yang langsung memegang tangan kiri gue.
“Aku mohon yang kamu liat itu gak seperti yang kamu pikirin rangga” ucap mila dengan lembut dengan mata sedikit berkaca.
“eh hey, mau pakai kamar mandi? Silahkan.. aku mau keluar juga…” ucap gue memandang matanya dan menghempaskan tangan kiri gue dengan keras agar terlapas dari tangannya.
“Rangga aku mohon dengerin dulu rangga, jangan dulu pergi…” ucap mila dengan kedua tangan kembali memegang tangan gue. Sebelumnya gue mencoba untuk tenang, tapi ketika melihat bibir itu… ego dalam diri ini mulai kembali menguasai seperti halnya api yang membesar ketika diberi bensin.
“Apa? Mau apa lagi?? Mau ngehina aku kalo aku cuma mahasiswa yang gak punya penghasilan??? Mau bilang kalo dia lebih sukses dari aku?? Lebih kaya dari aku?? IYAA? GITTUUU?” bentak gue yang sudah mulai kehilangan kendali logika sendiri.
“Rangga, jangan ngomong gitu… kamu gak seharusnya ngomong gitu…, tolong dengerin dulu penjelasan aku rangga” ucap dia mulai menangis.
“ooooo iya iya, aku gak seharusnya ngomong kayak gitu! Harusnya aku lebih sopan lagi ya? Kamu lebih tua daripada aku iya kan? Kamu mau aku panggil apa? Kaka? Teteh? Ato apa? Ngomong!” ucap gue dengan nada sinis dan mencoba melepaskan kembali genggaman tangannya dan berjalan keruangan tengah.
“Rangga! Apa yang kamu lihat gak seperti apa yang kamu kira rangga! Kamu harus ngerti itu! Aku di…” ucapnya dengan nada keras dan gue potong.
“HAH? NGERTIIN KAMU? EMANG KAMU SIAPA AKU? PACAR BUKAN! GEBETAN JUGA BUKAN! KENAPA AKU HARUS NGERTIIN KAMU?” ucap gue setengah berbalik badan menghadap ke dia dengan tatapan sinis dan benci.
“Rangga… kamu itu kenap….” Ucap dia yang langsung gue potong kembali.
“Kenapa? Ayo jelasin! Kenapa aku harus ngertiin kamu? Kamu mau ciuman! Mau ngapain aja terserah kamu dan kamu gak usah mikirin perasaan aku! aku cuma mahasiswa biasa yang gak punya penghasilan! cuma mahasiswa bodo yang gak tau kenapa bisa suka sama teman se Flat nya sendiri! Dan selama hidup aku! Ini hal paling bodoh yang pernah aku lakuin!!!” ucap gue sambil membentak dia.
“rangga, kita bisa bicarain ini baik baik, kamu harus tenang dulu, kita bisa bicara di tempat lain..” ucap dia yang kembali gue potong.
“ditempat lain mau ngapain? Mau memperlihatkan ke aku kamu bisa diapain aja? Kamu bisa diapain aja selain dicium kayak tadi? Kamu juga mau ngeliatin tongtonan gratis sama laki laki…” ucap gue terpotong.
PLAK!!! Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan dan dengan refleks gue memegang pipi kanan “Kenapa? Kenapa gak coba denger penjelasan aku dulu?” ucap dia masih menangis.
“alah udah lah! Udah sana pergi! tu cowo paling lagi nungguin kamu sekarang di ranjang! Udah sana pulang samperin dia!!!!” ucap gue sinis.
“Aku bukan perempuan murahan seperti yang kamu kira rangga, dan aku juga gak nyangka kamu bisa ngomong kayak gini di depan aku, kenapa gak coba dengerin dulu penjelasan dari aku sebelum kamu marah marah? Kamu emang laki laki egois! Egois! Egois! Eg…” ucap dia dan langsung gue potong.
“Kenapa? Iya aku emang egois! Terus ada yang salah sama laki laki egois ini? Kenapa kamu rela rela datengin laki laki egois ini kesini??? Enak loh diajak terbang tinggiiiii tingggiiiiii bangeettt sampai akhirnya kamu jatuhin aku pake cara kayak gini!!! Sakit tau!!! Sakit banget!!!!” ucap gue pelan dan santai tapi di akhiri dengan bentakan.
“maaf rangga, aku gak punya maksud buat…” ucap dia yang kembali gue potong.
“udah lah… kita cuma sekedar temen sekamar biasa, aku cuma Mahasiswa yang belum lulus sementara kamu seorang sarjana yang nyentrik dengan penghasilan yang WAH! Rumah punya! Mobil punya! Dan tentunya pasti kamu punya prestasi yang segudang. Sudahlah aku cuma mahasiswa egois yang gak punya apa apa” ucap gue sambil meninggalkan dia.
“Rangga!.... Rangga! Tunggu….. aku masih pengen ngomong tolong kamu jangan pergi dulu. Rangga….” Ucap dia yang mulai menghilang karena pintu Flat sudah gue banting sekencang kencangnya.
“tunggu rangga!” ucap dia yang tiba tiba ada didepan motor yang gue tumpangi dengan tangan terbuka lebar.
“tolong ya! Saya mau lewat!!! Tolong jangan halangi jalan saya!!!” ucap gue sambil mencoba menggerung gerungkan motor didepan dia.
“Rangga tolong… dengerin dulu aku.. aku juga punya perasaann….” ucap dia yang langsung gue potong kembali.
“Lho kamu juga punya perasaan? aku kira gak punya! Udah minggir minggir aku mau lewat!!!” ucap gue sambil membentak.
“……..” dia tidak menjawab hanya membentangkan kedua tangannya seolah olah menghalangi jalan gue.
“sudah! Aku bilang minggir ya minggir! Kamu mau ngapain aja sama laki laki itu aku gak peduli. Kamu mau salto, mau kayang, mau jungkir jungkiran berdua juga aku gak perduli! Asal kamu gak liatin apa yang kamu lakuin itu didepan aku, aku gak peduli! Oh iya satu lagi. Kamu gak perlu minta maaf kan kamu gak salah apa apa. Iya kan?” ucap gue yang mencoba memenggirkan motor dari depan dia.
“……” dengan kedua tangannya dia masih mencoba menahan motor gue.
“BISA MINGGIR GAK SIH LO! DASAR CEWEK DUDEG! GAK TAU DIRI! GAK TAU ATURAN! KALO BERDIRI JANGAN DITENGAH JALAN WOIIII! DASAR CEWEK MURAH LO!” ucap gue sedikit keras diwajahya.
“rangga…. Aku gak nyangka kamu bisa sekasar ini sama aku… apa itu juga yang kamu bilang ke intan saat ribut dulu? Kamu….” Ucap dia terpotong dengan kedua tangan yang menutup mulutnya dan berlari keatas tangga dengan suara tangisan yang kencang.
Gue hanya terus melanjutkan laju motor ini tampa arah dan tujuan. Dan tiba tiba entah kenapa langit diatas mulai menjatuhkan butiran butiran air yang mulai membasahi jalanan yang gue lewati. Bersama dengan hujan yang jatuh mulai membasahi badan ini, tak terasa airmata di pipi ini juga ikut jatuh. Kenapa Cuma gue yang harus ngalamin dua momen yang rasanya sakit kayak gini? Melihat perempuan yang mulai gue sukai dengan sukarela ngejual badannya sendiri dan yang terakhir berciuman dengan orang lain. Apa setelah ini gue harus liat mereka berdua bermandikan keringat diatas ranjang dengan laki laki lain??
Tangis ini makin menjadi-jadi seperti hujan yang semakin deras. Tangis yang terus keluar di pipi hingga air mata ini sudah habis untuk keluar. Karna bingung dengan tujuan harus kemana, dan daerah yang sedang gue dekati ini dekat sekali dengan kosan wulan, maka gue putuskan untuk sekedar berteduh disana, mudah mudahan saja dia sedang dikosan supaya gue bisa sedikit menenangkan diri disitu.
Wulan adalah teman kelas gue, dia memang bukan anak yang menonjol di depan kelas. Tapi kecantikan dia tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak berita miring yang bilang bahwa wulan bisa di BO, tapi gue tetap tidak percaya dengan berita tersebut dan mencoba sekedar berkunjung ke kosan dia kembali. Terakhir kali gue kesana untuk membuat laporan hasil kerja kelompok, dan sampai saat ini gue belum kesana lagi.
Setelah tiba di kosan wulan, gue tiba dengan baju yang sudah basah kuyub berbandikan air hujan. Setibanya disana gue langsung mengetuk pintu kamar wulan yang terlihat sepi, bahkan jika dilihat dari luar lampu kamar dia dalam keadaan mati, beberapa kali gue coba menggedor gedor pintu dia tetapi tidak ada jawaban.
Setelah beberapa saat masih tak ada jawaban sama sekali didalam kamar dia. Sepertinya dia sedang keluar ato masih ada kegiatan di kampus. Gue pun menghela nafas panjang dan duduk di dinding depan pintu dia. Entah kemana lagi tujuan gue hari ini, yang jelas hari ini gue gak mau pulang dan bertemu mila.
“Rangga…. Astaga, kamu kehujanan?” ucap wulan yang barusaja membukakan pintu kamarnya.
“maaf lan, aku ganggu ya?” ucap gue sambil berdiri.
“ayoo kamu masuk dulu, udah tau ujan gini kamu malah nekat kesini. Naik apa kesini? Kalo mau kesini kamu harusnya sms aku dulu, biar aku bawa mobil jemput kamu jadi kamu gak kehujanan” ucap dia dengan nada khawatir. Hari ini sepertinya dia akan jadi lebih bawel dari hari hari biasanya.
gue yang langsung duduk ke dalam kamarnya, lalu duduk menyandar di dinding kamar dengan baju yang masih basah. Gue hanya melihat wulan tampak sibuk membongkar bongkar lemarinya, setelah mendapatkan sebuah celana dan baju tiba tiba dia melemparkan pakaian itu.
“itu punya kakakku, kayaknya muat buat kamu pakai, dan ini handuk punya aku, kamu ganti dulu gih di kamar mandi, entar masuk angin lagi..” ucap wulan dan gue hanya bisa mengangguk.
gue pun segera kekamar mandi dan membasuh badan ini dengan air, lalu sesegera mungkin mengeringkan badan ini dengan handuk pemberian wulan, saat semua telah selesai dengan cepat gue kembali ke kamarnya. Sekembali nya ke dalam kamar dia ternyata sudah membuatkan secangkir teh hangat. Seandainya saja yang membuatkan teh itu mila… mungkin gue bakal seneng banget di bikinin dia teh.
Ah… lagi lagi mila… lagi lagi mila… kenapa gue begitu bodoh gak bisa ngelupain dia sementara saja?
“ini diminum dulu teh nya biar kamu gak masuk angin” ucap wulan.
“makasih ya….” Ucap gue yang langsung gue minum teh nya, rasanya manis dan hangat. Tapi tidak semanis kehidupan gue saat ini.
“kamu tadi dari rumah ato kampus? Tumben main kesini” ucap wulan sambil duduk didepan gue.
“aku habis berantem dengan perempuan yang aku suka, aku mergokin dia ciuman dengan laki laki lain” ucap gue datar. Sial… rasanya hati ini kembali ditusuk tusuk.
wulan hanya terdiam, dia menatap gue dengan tatapan prihatin. Lalu dengan tiba tiba dia pindah duduk disamping badan gue, dan tampa diduga sama sekali dia mulai meraih tangan gue dan digenggamnya dengan erat. Sebenarnya gue kurang nyaman dengan suasana ini, selain didalam kosan hanya berdua. Tetapi melihat usahanya ingin menghibur gue tak ada salahnya kedua tangan kita saling berpegangan.
“kenapa?” tanya gue.
“aku tau kamu pasti suka banget sama perempuan itu, pasti rasanya sakit melihat orang yang kita suka lebih memilih orang lain. Aku juga pernah ngerasainnya” ucap wulan sambil menatap wajah gue.
“sudah, aku gak apa apa” ucap gue dengan senyuman yang dipaksakan.
“aku tau kamu pasti suka perempuan itu, gak perlu berbohong. Mungkin aku gak bisa bantu kamu buat dapetin dia, tapi seenggaknya aku bisa menjadi pendengar yang baik buat kamu” ucap wulan.
“makasih lan, tapi….” Belum selesai gue berbicara tiba tiba jari telunjuknya sudah menempel di bibir gue.
“ceritain aja.. aku mohon…” ucap wulan.
Gue terdiam sejenak, kupandangi penampilan wulan dari atas sampai ke bawah, dia terlihat begitu cantik malam ini, gaun tidurnya yang tipis dan menerawang, dan gue lihat didadanya dia tidak mengenakan bra sehingga putingnya tercetak dan menonjol keluar.
Gue tahu dia teman sekelompok gue dan anak anak kampus banyak yang naksir dia, tapi memang saat ini gue lagi butuh dia untuk menumpahkan semua emosi yang dipendam di dada. Perlahan gue belai rambut punggung wulan sambil mata ini tak henti hentinya memandangi payudara dia yang tercetak. Sadar mata ini memperhatikan wulan, dia malah sengaja menegakkan punggungnya sehingga dadanya semakin menonjol dan membusung. Gue hanya tersenyum karna mengetahui usaha dia yang sedang menggoda gue malam ini.
“Ya oke! Aku cerita” ucap gue.
“nahh gitu dong, aku juga kan pengen denger” ucap wulan senang, lalu dia mulai menggeser tubuhnya menghadap gue, tetapi tetap badannya berada disamping kiri.
Saat bercerita dihadapan dia, gue paksakan bibir ini untuk selalu tersenyum walau pun kenyataannya memang sakit dan mengiris hati. Setelah gue menceritakan betapa besarnya pengorbanan cinta gue untuk mila, perjuangan selama ini untuk bisa mendapatkan dia, hingga akhirnya harus menerima kenyataan saat mila sedang asyik berciuman dengan laki laki lain, dan gue memberitahu wulan betapa besar rasa kecewa di hati ini saat tau dia sedang melakukan hal yang tidak semestinya dengan laki laki lain.
Tak sadar air mata ini mulai menangis, dan baru pertama kali ini gue menangis dihadapan orang lain. Gue hanya bisa terdiam ketika wulan menarik badan ini kedalam pangkuan dia, dia merebahkan kepala gue diatas paha dia, lalu gue mulai merasakan belaian lembut penuh kasih sayang dia berikan di kepala gue. Tak sadar gue mulai masuk kedalam kasih sayang dia, dan gue mulai lupa kalau wanita di depan gue ini adalah sahabat gue sendiri.
Wulan hanya diam dan menundukan wajahnya sehingga gue dapat melihat belahan dada milik dia. Saat dia semakin menundukan badan dia tiba tiba saja bibir dia sudah menyentuh bibir gue. Bibirnya serasa sangat lembut, dan membuat gue merasa lebih nyaman.
“Sabar ya.. aku ngeti kamu pasti marah banget” bisik dia setelah melepas bibirnya dari bibir gue. Gue hanya bisa diam sambil memejamkan mata saat itu.
Entah kenapa perlahan mata ini mulai terasa berat, belaian lembut wulan membuat hati ini sedikit tenang dan nyaman, tangis di mata ini mulai mereda dan beberapa menit kemudian gue sudah tertidur di pangkuan dia.
---
Gue terbangun dari tidur saat matahari mulai masuk di sela sela hordeng kamar wulan yang sedikit terbuka. Kubuka mata perlahan untuk mencari keberadaan wulan, saat melihat dia sedang menonton televisi dan sepertinya dia baru selesai mandi, karna rambutnya terlihat masih basah.
“maaf, semalem aku ketiduran….” Ucap gue dengan suara agak serak.
“eh.. kamu udah bangun, gak apa apa. Aku seneng kamu tidur di kamarku. Oh iya, kamu mandi dulu, baju sama celana kamu yang semalem udah aku keringin. Walo masih agak lembab tapi udah bisa dipake kok” ucap dia sambil menggeserkan badannya mendekati gue.
“makasih wulan. Oh iya, kamu kalau mau kuliah hari ini aku izin gak masuk yah.. males kuliah aku…” ucap gue sambil menatap wajahnya. Ahhh sial… dia cantik banget pagi ini.
“gak perlu berterima kasih. Oh iya kita kuliah juga nanti siang kok, masih lama juga sekarang baru jam 7. Udah sekarang mending kamu mandi dulu terus nanti siang berangkat keluarnya bareng aku” ucap dia yang gue balas dengan anggukan.
Gue mulai masuk kedalam kamar mandi dan membash tubuh ini. Selesai mandi dan mengganti pakaian gue langsung bergegas kembali ke kamarnya. Gue melihat wulan sedang menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Ah… beruntungnya gue hari ini, punya teman yang baik dan sangat pengertian seperti ini. Tanpa berkata sepatah kata apapun wulan langsung memberikan gue sepiring bubur ayam. Dan kami berdua dengan lahap menghabiskan sarapan ini.
“gimana perasaan kamu sekarang?” ucap wulan dengan tiba tiba tangannya meraih tangan gue dengan genggaman erat tangannya dan senyuman manis di bibirnya.
“udah mendingan… ini juga berkat kamu.. makasih ya semalem udah mau nemenin aku. Oh iya yang semalem jangan bilang ke siapa siapa ya, aku malu” ucap gue yang mengingat ngingat kejadian semalam sangat gue menangis di pangkaunnya hingga akhirnya tertidur pulas.
“hahahaha hhhmmmmm kasih tau gak ya????” goda wulan.
“eehhhmmmm jadi gitu nih?” ucap gue pura pura ngambek.
“tapi aku suka liat kamu semalem, lucu banget. Sampe nangis nangis kayak gitu” ledek wulan sambil mendekatkan wajah dia ke wajah gue, bahkan sangat dekat sekali menurut gue.
Tak sadar naluri kelelakian ini mulai muncul dan malam membimbing gue untuk segera mencium dia. Wulan tampak kaget saat gue mencium bibir dia, tapi sedetik kemudian dia mulai memejamkan matanya, membiarkan gue menikmati bibirnya.
Kedua tangan wulan dengan cepat memelorotkan celana kolor gue dan langsung membelai belai sang jendral dengan keadaan kita berdua masih berciuman, saat bibir ini terlepas wulan mengarahkan pandangannya kearah bawah dan tersenyum saat melihat dedek rangga yang sudah mulai tegak mengacung.
“ihhhh gede banget… berurat lagi…” ucap wulan yang masih dengan tenangnya mengocok ngocok dedek rangga.
“lann sadar… kita gak mmmmmmmmm” ucap gue namun mulut ini sudah kembali disumpal oleh bibir dia. Gue melangkah mundur menjauh dari hadapan dia.
“lannn udah kita gak boleh ka… ahhhhhhh” ucap gue terpotong saat dengan tiba tiba dia mulai mengocok dedek rangga.
“I dont care abaut what you say, i dont care abaut your wise word again rangga…. Just Fuck me… fuck me harder….” Ucap wulan sambil mengocok ngocok dedek rangga.
“tapi lan….” Ucap gue yang tiba tiba dipotong kembali oleh wulan.
“Relax baby… Relax…. Come on… Just a sex without love honey…. Come on… fuck me..” ucap dia berbisik di telinga gue sambil menjilat jilat daun telinga gue.
“lan… ssssttttttt please jangan nekat… sssttttttt apa kamu udah gila?” ucap gue sambil menahan nafsu yang sudah menggebu gebu.
“come on , Just once, right here, right now, it's first time for you honey?” ucap dia sambil kembali mengulum bibir gue, saat gue mencoba menolak tapi rasa sesak di dada ini tak kuasa menahan ciuman dia.
“nakal ya kamu…” ucap gue yang sudah terbawa suasana dan mulai membalas sambil memainkan dada milik dia.
“hhihihi come on… just a sex without love honey…” ucap wulan sambil kembali melumat bibir gue.
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 20-02-2016 19:39
oktavp dan 3 lainnya memberi reputasi
4
