- Beranda
- Stories from the Heart
-Catatan Untuk Riyani-
...
TS
azelfaith
-Catatan Untuk Riyani-
CATATAN UNTUK RIYANI

Sebuah Skripsi

Quote:

(dengerin lagunya dulu ya biar meleleh)

Prologue
Sebut saja namaku Boy, 23 tahun. Penulis? Jelas bukan. Aku hanyalah seorang anak laki-laki yang tumbuh tegak ke atas bersama waktu, soalnya kalau melebar kesamping berarti tidak sesuai kayak iklan Boneto. Dilecut dalam romantika kehidupan labil (bahkan sampai sekarang.
-Editor).Tulisan ini kupersembahkan untuk seorang gadis, sebut saja Bunga. Eh, jangan. Nama Bunga sudah terlalu mainstream dan negatif, Sebut saja Riyani, itu lebih indah dibaca dan tanpa konotasi negatif berita kriminal. (iya gimana sih..
- Editor)Ya, Riyani itu kamu. Bukan Riyani yang lain. (Emang Riyani ada berapa gan?
- Editor) Aku menulis ini karena aku tak punya harta materi (Hiks..kasihan
- Editor). Karena aku tak punya apapun. Karena aku bahkan tak ingat apa yang jadi favoritmu. Aku hanya tahu kau suka membaca, maka aku hanya bisa mempersembahkan tulisan ini sebagai ungkapan terima kasihku untukmu Riyani, seseorang yang akan kunikahi nanti. (Ciyyeeee.. suit-suit dah mau kimpoi nih..
- Editor)Dan kau Riyani, perhatikanlah bagaimana kuceritakan masa-masa dimana aku tumbuh dewasa hingga kutitipkan kepingan hati terakhirku padamu. Masa-masa dimana aku belajar, ditempa, jatuh remuk, dan kembali bangkit karenamu.. (Ceiileee romantisnyaaa...
- Editor).
DAFTAR ISI
Quote:
INTERLUDE
Quote:

RULES
Quote:

Q & A
Quote:

Jangan lupa komen, rates, dan subscribe.
Ijo-ijo belakangan mah gak masalah.

Diubah oleh azelfaith 04-07-2016 15:20
septyanto memberi reputasi
2
110.5K
623
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
azelfaith
#561
REWRITE
Spoiler for :
“Apalagi yang kau takutkan dari badai yang tak pernah kau tahu datangnya kapan..”
My dear Riyani,
Waktu berlalu begitu cepat melampaui jauhnya aku berlari. Lebih cepat dari kata-kata yang terlintas di dalam benakku, bertumpuk di dalam dinding menjulang berusaha mendorong keluar dari dalam otakku. Namun tak jua satu kesempatan datang, tak juga satu keinginan bertali satu tujuan. Hatiku gentar akan konsekuensi yang akan datang.
Aku selalu mencari alasan untuk berhenti menulis. Hatiku bimbang, seakan kelu terpendam. Aku selalu khawatir akan tiap serpihan berduri yang hinggap ke dalam hatiku. Serpihan acak yang tiba-tiba muncul di tengah malam atau ditengah-tengah waktu aku bekerja. Terkadang serpihan itu hinggap bertengger di kala aku terdiam di tengah malam. Serpihan-serpihan acak yang aku khawatirkan akan menimbulkan badai yang bahkan belum pernah terjadi. Aku takut cerita selanjutnya hanya akan menorehkan luka di dalam cerita yang sudah bahagia.
Ironis, adalah satu kata yang tepat untuk menggambarkan. Entah sejak kapan aku berharap untuk bisa lupa akan segala hal tentangnya. Entah sejak awal mula kita mengenal, atau sejak awal mula tangan kita tergenggam. Ketika sudah mulai terhapus beberapa hal tentangnya, kini malah aku berusaha membuka dan mengkorek-korek kenangan yang tersembunyi entah dimana. Beberapa archieved memories yang bahkan sudah aku lupa kutaruh dimana. Dan bagai ledakan big bang, itulah yang terjadi ketika aku putuskan untuk membuka kenangan itu kembali. Ledakkan serpihan yang secara acak menancap di tiap ujung ranting ingatanku.
My dear Riyani,
Serpihan itu mungkin tak akan pernah hilang. Aku terkadang ingin menceritakannya pada saat itu juga. Namun terkadang pula aku takut beberapa hal akan mengecewakanmu. Terkadang aku malah takut aku sendiri yang kecewa. Terkadang seperti tanganku kaku dan tenggorokanku kering. Mungkin serpihan itu bagai secangkir kopi terbungkus sianida. Atau serpihan itu seperti tombak yang menusuk dari belakang. Serpihan itu menakutkan. Atau mungkin aku yang terlalu berlebihan takut akan sesuatu yang bahkan belum terjadi.
Tapi pada akhirnya aku menyadari, sebagaimana yang dulu aku pernah janjikan bahwa semua akan tiba saatnya untuk diceritakan. Bahwa konsekuensi adalah hal yang seharusnya aku terima. Lagipula, apalagi yang kau takutkan dari badai yang tak pernah kau tahu datangnya kapan?
Aku akan menuliskannya untukmu Riyani, serpihan-serpihan acak yang menerorku sepanjang hari. Satu hal yang harus kau tahu, bahwasanya serpihan datang secara acak. Aku akan menuliskannya sejauh yang aku bisa. Cerita ini mungkin tak lagi seindah dulu. Tapi aku akan menuliskannya untukmu.
Diubah oleh azelfaith 19-02-2016 17:28
0

