- Beranda
- Stories from the Heart
Stories From The Heart
...
TS
banggolay
Stories From The Heart
ane menamai Novel ini Stories From The Heart, karena jujur ane masih belajar membuat novel, dan guru ane dari cerita cerita di forum ini.
ane tidak minta untuk agan menyukai novel ini, ini karya ane yang bisa dibilang ke 100, dari 99 novel ane yang tidak pernah selesai. novel novel sebelumnya tidak pernah selesai, karena ketika ane baca ulang dan hasilnya buruk, ane buang dan menulis baru lagi.
tidak ada yang gratis di zaman ini, maka dari itu jika ada kaskuser yang berhasil mengkritik ane bab demi bab sampai novel ane selesai, untuk juara satu akan ane kasih ganjaran sebesar 300.000 juara dua 100.000 dan juara tiga 50.000.
terima kasih kaskus!
ane tidak minta untuk agan menyukai novel ini, ini karya ane yang bisa dibilang ke 100, dari 99 novel ane yang tidak pernah selesai. novel novel sebelumnya tidak pernah selesai, karena ketika ane baca ulang dan hasilnya buruk, ane buang dan menulis baru lagi.
tidak ada yang gratis di zaman ini, maka dari itu jika ada kaskuser yang berhasil mengkritik ane bab demi bab sampai novel ane selesai, untuk juara satu akan ane kasih ganjaran sebesar 300.000 juara dua 100.000 dan juara tiga 50.000.
terima kasih kaskus!
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh banggolay 24-03-2016 02:25
chotiarno720 dan anasabila memberi reputasi
2
4.9K
Kutip
18
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
banggolay
#13
Spoiler for Creep:
Ruangan ber cat putih bersih, dengan furniture mayoritas berwarna serupa, mulai dari kursi belajar, meja belajar, bingkai jendela, pemanas ruangan, lemari pakaian hingga sprei dan selimut, kecuali karpet yang berwarna abu abu charcoal, dan sofa disudut ruangan yang berwarna biru donker.
Disofa itu Adam selalu duduk, membaca buku, mendengarkan musik, posisi sofa yang berada di sudut ruangan di samping kaca jendela kamar yang dibuat memanjang sampai menyentuh garis lantai, agar pemandangan indahnya pepohonan dan siluet Gunung Rainier bisa terlihat dari baliknya. Disamping sofa terletak meja minimalis tempatnya menaruh foto foto orang yang disayanginya, semuanya dibingkai dengan rapi. Namun ada satu hal yang tidak biasanya ada di meja tersebut, kotak kecil yang terbungkus kain velvet berwarna biru laut.
Adam mengambil kotak kecil itu dan membukanya, cincin berwarna silver dari platinum, dihiasi dengan 9 berlian kecil di sekelilingnya, di belakang kotaknya tertulis "will you marry me". Dia menutup kembali kotak itu, tersenyum seakan tidak sabar untuk memberikan kepada pemiliknya. Pandangannya kini tertuju kepada foto sahabat sahabat SMA nya, yang berada diujung meja, berdampingan dengan foto kekasihnya.
Foto itu diambil ketika merayakan hari kelulusan, di halte bus sekolah, lima pemuda saling berangkulan. Paling kiri ada dirinya, di sebelah kanan adalah sahabatnya sejak kecil, Nathan , pria indonesia etnis tionghoa, agak lebih tinggi sedikit dari Adam, bergaya rambut mohawk, sahabat Adam paling lama, 10 tahun semenjak kelas 3 sekolah dasar, ketika Adam menjadi siswa pindahan di sekolah dasar Nathan, Adam yang pendiam dan Nathan yang ceriwis dan pembuat onar saling melengkapi persahabatan mereka, dia adalah sosok adik bagi Adam.
disebelah Nathan, Putra, pria jawa, kulit kuning langsat pipi tembem seperti bakpao dan rambut pendek 3cm, pelawak terhebat, aksi aksi dan candaan konyolnya selalu membuat siapapun yang melihat dan mendengarnya selalu tertawa. spesies yang selalu ada dan dibutuhkan di tengah hangatnya persahabatan. lalu Rio, alien nyasar di tengah gerombolan badut. pemuda metrosexual, orientasi pada penampilan, satu satunya yang bajunya bersih dari corat coretan kelulusan, kulit wajah paling putih diantara teman temannya,namun berlengan paling gelap, setiap 5 menit sekali izin ke toilet hanya untuk merapikan rambut klimisnya yang sudah rapi.
Adam memencet tombol berwarna hijau di laptopnya dan mulai melakukan group video call dengan ke tiga temannya. hampir bersamaan mereka mengangkat telfon.
" ada apa tiba tiba nih Mr Sibuk nelfon?" sapa Nathan
"iya nih berhari hari, setiap gagak lewat diatas rumah gue, gue liatin aja, siapa tau dia bawa surat buat gue dari lo, kirain gue lo lupa kalau ada technology yang namanya telfon, diciptain buat ngabarin temen" putra sarkastik
"haha iya sorry nih, akhir akhir ini gue sibuk, tahun terakhir gue kan, minggu depan gue pulang ke jakarta"
"put, yo, dalam hitungan tiga kita matiin ya telfonnya... satu... dua.. tiga"
Putra dan Nathan bersamaan mematikan telfon..hanya rio yang tetap tersambung
"kenapa?" tanya Adam bingung kepada rio
Rio hanya mengangkat bahu " gak tau.. bentar lagi juga nelfon lagi"
dan betul saja tidak lama kemudian nama Nathan muncul di layar
"dasar orang gila, hampir 6 bulan gak pernah ngabarin, tiba tiba nelfon pagi pagi hari minggu, ngebangunin tidur orang, bilang kalau minggu depan mau pulang, ngabarin tuh seenggaknya dari sebulan sebelum lo balik kek, biar kita bisa prepare buat surprise in lo!" omel Nathan
"malah kita yang di surprise in nih Nat" ujar Rio
"haha sorry nih,gue mau minta tolong sebenernya"
"put, yo, dalam hitungan tiga kita matiin ya telfonnya"
"gak usah dalam hitungan tiga, si Putra dari tadi belum nge call balik"
"pasti tidur lagi nih si gendut ah biarin ajalah, jadi kalau lo ga mau minta tolong, lo ga bakal ngabarin kalau lo mau pulang gitu?" omel Nathan lagi
"haha gak gitu juga kali, kebetulan aja gue mau minta tolong"
"apa tuh?" tanya Rio
"gue mau surprise in Kirana"
"wah bener bener nih anak sociopath, udah 4 tahun pacarnya nungguin sampai jamuran, jadi lo belum ngabarin dia??" tanya Nathan
"belum Nath, tapi itu bagian dari surprise nya"
"maksudnya? jadi lo pulang ke Jakarta bukan satu satunya surprise?" tanya Rio
"ya kalau buat lo semua sih, satu doang, cuman buat Kirana gue udah nyiapin 2 surprises"
"gue telfon Putra dulu ya biar dia join confrence"
setelah putra mengangkat telfon, barulah Adam membuat plan surprise darinya untuk Kirana, lokasi bertempat di depan jalanan rumah Kirana, setiap orang akan mengalungkan Poster dengan tulisan, Nathan dengan poster "Will", Rio dengan "You", karena putra berbadan gempal maka dia orang yang paling pas untuk dikalungkan poster "Marry", dan Adam sendiri akan mengalungkan poster dengan tulisan "me?". sengaja Adam dibuat muncul terakhiran, untuk menambah suasana melankholis, Adam akan berkoordinasi dengan Ibunda kirana, agar Kirana tidak keluar rumah pada hari itu. Adam akan berjalan menuju Kirana, dengan lilin lilin sebagai penerang jalan yang juga sudah di setup dengan sang ibunda, dan propose menggunakan cincin yang dibeli dari hasil tabungan bertahun tahun dan 14 hari gaji Jose.
"eh, ngomong ngomong Kirana asuransi gak sih? gue perlu nyiapin Ambulance gak? kalau anak orang tiba tiba jantungan? iih gemes deh lo so sweet banget cih" canda putra di tengah penjelasan Adam, dan dibalas gelak tawa oleh teman temannya.
setelah berbincang, tentang surprise, mereka melanjutkan perbincangan tentang rencana masa depan, untuk melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi atau langsung bekerja, Nathan akan membuka Law Firm di jakarta, Putra akan melanjutkan S2 ke jerman, dan Rio saat ini sudah bekerja sebagai sales dan marketing di salah satu perusahaan besar dijakarta.
setelah menutup telfon dan meletakkan laptopnya kembali ke meja, Adam berdiam sejenak di sofa nya, memandangi sudut setiap kamarnya, 4 tahun lamanya dia beratap di sana, melindunginya dari badai dan salju, mengalihkan pandangan ke kiri dibalik jendela, ia melihat hijaunya pohon dan Gunung Rainier, tidak dibantahkan lagi keindahan provinsi Washington mendapatkan julukan "EverGreen" ,suatu pemandangan yang coba dinikmati sebelum meninggalkannya untuk Jakarta.
hanya saja, seindah apapun pemandangan dari balik jendela itu, ada pemandangan yang lebih indah untuknya, keindahan wajah dan senyum kekasihnya di belahan dunia sana. kembali dia memangku laptopnya, dan menelfon Kirana.
Kirana mengangkat video call, rambutnya yang masih acak acakan, khas baru bangun tidur. dia masih berada di kasurnya sprei berwarna pink yang dipenuhi dengan boneka Hello Kitty di setiap sudut kasurnya.
"morning honey" sapanya diujung sana
"kamu kebo lagi ya"
"nggaaaak, aku tuh semalem habis nilai ujian anak anak" bela Kirana
kirana setelah lulus setengah tahun yang lalu, langsung mengejar cita citanya menjadi guru SD, dia sangat terobsesi untuk mengajar dan juga anak kecil, maka dari itu menjadi guru SD sangat cocok untuknya.
"ngomong ngomong, kan kamu sudah selesai, kenapa gak pulang aja ke jakarta?" tanya Kirana
"sepertinya aku bakal kerja disini deh, baru summer depan aku pulang"
Kirana tidak dapat menymbunyikan kesedihan dari mukanya, namun selama beberapa saat dia kembali tersenyum
"oh baiklah, bang toyibku, kamu kerja yang bener ya, cari duit yang banyak, pulang pulang nikahin aku ya, capek tau setiap pertemuan keluarga ditanyain melulu"
mendengar pernyataan itu Adam tersenyum, Kirana yang selalu berpura pura kuat, mengalah untuk kebaikan pria yang disayanginya, mengenyampingkan egonya sendiri untuk kebahagian prianya. ketika pertama kali mendengar kabar Adam akan pergi ke negeri Paman Sam, Kirana sangat mendukung, menemani Adam mengurusi setiap dokumen yang diperlukan, mondar mandir kedutaan, namun setiap malam bersandar dibahu ibundanya menangisi kepergian Adam.
"bagaimana hari kamu kemarin?" Adam bertanya
mulailah Kirana bercerita tentang satu murid nakal, yang namanya Ziyad yang selalu mengusili teman perempuannya. tiba tiba HP Adam berbunyi tanda email masuk, Adam meminta izin sebentar pada kirana untuk membukanya.Kirana mengizinkan namun tetap melanjutkan ceritanya.
pesan dari cappucino.lover@gmail.com, tidak pernah meng-email sebelumnya, namun satu baris pesan email ini, menghancurkan segala bayangan, imajinasi dan cita cita nya. isi pesan itu adalah.
"yakin lo mau nikahin dia?"
tapi bukan pesannya yang menghancurkan dan meluluh lantakkan hatinya, namun lampiran di dalam surat elektronik itu. foto foto Kirana dan Nathan, terlampir 3 foto, foto pertama terlihat Nathan menggandeng tangan Kirana, foto kedua Nathan dan Kirana dinner di restaurant mewah dengan pakaian yang sangat rapi, Nathan menggunakan jas dan Kirana memakai Dress hitam tampak elegant, mereka berdua terlihat bahagia bersama dan tertawa, dan foto ketiga mereka berdua terlihat sedang di lobby hotel bercengkrama dengan petugas receptionist seperti hendak memesan kamar bersama sama.
Adam diam sejenak, menatap Kirana yang masih berbicara di ujung sana, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat, perempuan yang dinantikan, diimpikan dan akan dinikahinya telah mengkhianatinya dengan sahabat baiknya.
"honey?" kirana menyadarkannya
"minggu depan aku ke Jakarta" jawab Adam singkat
kemudian Adam menutup laptop nya. menaruhnya kembali di meja, dan tidak sengaja menyenggol kotak kecil berwarna biru hingga jatuh ke lantai, di ambil dan dibuka olehnya, isinya masih sama hanya saja, benda ditangannya tidak memiliki arti sama sekali lagi. setetes demi setetes air mata menjatuhi cincin itu, hingga dia tidak bisa menahannya lagi, dan menangis sejadi jadinya.
Disofa itu Adam selalu duduk, membaca buku, mendengarkan musik, posisi sofa yang berada di sudut ruangan di samping kaca jendela kamar yang dibuat memanjang sampai menyentuh garis lantai, agar pemandangan indahnya pepohonan dan siluet Gunung Rainier bisa terlihat dari baliknya. Disamping sofa terletak meja minimalis tempatnya menaruh foto foto orang yang disayanginya, semuanya dibingkai dengan rapi. Namun ada satu hal yang tidak biasanya ada di meja tersebut, kotak kecil yang terbungkus kain velvet berwarna biru laut.
Adam mengambil kotak kecil itu dan membukanya, cincin berwarna silver dari platinum, dihiasi dengan 9 berlian kecil di sekelilingnya, di belakang kotaknya tertulis "will you marry me". Dia menutup kembali kotak itu, tersenyum seakan tidak sabar untuk memberikan kepada pemiliknya. Pandangannya kini tertuju kepada foto sahabat sahabat SMA nya, yang berada diujung meja, berdampingan dengan foto kekasihnya.
Foto itu diambil ketika merayakan hari kelulusan, di halte bus sekolah, lima pemuda saling berangkulan. Paling kiri ada dirinya, di sebelah kanan adalah sahabatnya sejak kecil, Nathan , pria indonesia etnis tionghoa, agak lebih tinggi sedikit dari Adam, bergaya rambut mohawk, sahabat Adam paling lama, 10 tahun semenjak kelas 3 sekolah dasar, ketika Adam menjadi siswa pindahan di sekolah dasar Nathan, Adam yang pendiam dan Nathan yang ceriwis dan pembuat onar saling melengkapi persahabatan mereka, dia adalah sosok adik bagi Adam.
disebelah Nathan, Putra, pria jawa, kulit kuning langsat pipi tembem seperti bakpao dan rambut pendek 3cm, pelawak terhebat, aksi aksi dan candaan konyolnya selalu membuat siapapun yang melihat dan mendengarnya selalu tertawa. spesies yang selalu ada dan dibutuhkan di tengah hangatnya persahabatan. lalu Rio, alien nyasar di tengah gerombolan badut. pemuda metrosexual, orientasi pada penampilan, satu satunya yang bajunya bersih dari corat coretan kelulusan, kulit wajah paling putih diantara teman temannya,namun berlengan paling gelap, setiap 5 menit sekali izin ke toilet hanya untuk merapikan rambut klimisnya yang sudah rapi.
Adam memencet tombol berwarna hijau di laptopnya dan mulai melakukan group video call dengan ke tiga temannya. hampir bersamaan mereka mengangkat telfon.
" ada apa tiba tiba nih Mr Sibuk nelfon?" sapa Nathan
"iya nih berhari hari, setiap gagak lewat diatas rumah gue, gue liatin aja, siapa tau dia bawa surat buat gue dari lo, kirain gue lo lupa kalau ada technology yang namanya telfon, diciptain buat ngabarin temen" putra sarkastik
"haha iya sorry nih, akhir akhir ini gue sibuk, tahun terakhir gue kan, minggu depan gue pulang ke jakarta"
"put, yo, dalam hitungan tiga kita matiin ya telfonnya... satu... dua.. tiga"
Putra dan Nathan bersamaan mematikan telfon..hanya rio yang tetap tersambung
"kenapa?" tanya Adam bingung kepada rio
Rio hanya mengangkat bahu " gak tau.. bentar lagi juga nelfon lagi"
dan betul saja tidak lama kemudian nama Nathan muncul di layar
"dasar orang gila, hampir 6 bulan gak pernah ngabarin, tiba tiba nelfon pagi pagi hari minggu, ngebangunin tidur orang, bilang kalau minggu depan mau pulang, ngabarin tuh seenggaknya dari sebulan sebelum lo balik kek, biar kita bisa prepare buat surprise in lo!" omel Nathan
"malah kita yang di surprise in nih Nat" ujar Rio
"haha sorry nih,gue mau minta tolong sebenernya"
"put, yo, dalam hitungan tiga kita matiin ya telfonnya"
"gak usah dalam hitungan tiga, si Putra dari tadi belum nge call balik"
"pasti tidur lagi nih si gendut ah biarin ajalah, jadi kalau lo ga mau minta tolong, lo ga bakal ngabarin kalau lo mau pulang gitu?" omel Nathan lagi
"haha gak gitu juga kali, kebetulan aja gue mau minta tolong"
"apa tuh?" tanya Rio
"gue mau surprise in Kirana"
"wah bener bener nih anak sociopath, udah 4 tahun pacarnya nungguin sampai jamuran, jadi lo belum ngabarin dia??" tanya Nathan
"belum Nath, tapi itu bagian dari surprise nya"
"maksudnya? jadi lo pulang ke Jakarta bukan satu satunya surprise?" tanya Rio
"ya kalau buat lo semua sih, satu doang, cuman buat Kirana gue udah nyiapin 2 surprises"
"gue telfon Putra dulu ya biar dia join confrence"
setelah putra mengangkat telfon, barulah Adam membuat plan surprise darinya untuk Kirana, lokasi bertempat di depan jalanan rumah Kirana, setiap orang akan mengalungkan Poster dengan tulisan, Nathan dengan poster "Will", Rio dengan "You", karena putra berbadan gempal maka dia orang yang paling pas untuk dikalungkan poster "Marry", dan Adam sendiri akan mengalungkan poster dengan tulisan "me?". sengaja Adam dibuat muncul terakhiran, untuk menambah suasana melankholis, Adam akan berkoordinasi dengan Ibunda kirana, agar Kirana tidak keluar rumah pada hari itu. Adam akan berjalan menuju Kirana, dengan lilin lilin sebagai penerang jalan yang juga sudah di setup dengan sang ibunda, dan propose menggunakan cincin yang dibeli dari hasil tabungan bertahun tahun dan 14 hari gaji Jose.
"eh, ngomong ngomong Kirana asuransi gak sih? gue perlu nyiapin Ambulance gak? kalau anak orang tiba tiba jantungan? iih gemes deh lo so sweet banget cih" canda putra di tengah penjelasan Adam, dan dibalas gelak tawa oleh teman temannya.
setelah berbincang, tentang surprise, mereka melanjutkan perbincangan tentang rencana masa depan, untuk melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi atau langsung bekerja, Nathan akan membuka Law Firm di jakarta, Putra akan melanjutkan S2 ke jerman, dan Rio saat ini sudah bekerja sebagai sales dan marketing di salah satu perusahaan besar dijakarta.
setelah menutup telfon dan meletakkan laptopnya kembali ke meja, Adam berdiam sejenak di sofa nya, memandangi sudut setiap kamarnya, 4 tahun lamanya dia beratap di sana, melindunginya dari badai dan salju, mengalihkan pandangan ke kiri dibalik jendela, ia melihat hijaunya pohon dan Gunung Rainier, tidak dibantahkan lagi keindahan provinsi Washington mendapatkan julukan "EverGreen" ,suatu pemandangan yang coba dinikmati sebelum meninggalkannya untuk Jakarta.
hanya saja, seindah apapun pemandangan dari balik jendela itu, ada pemandangan yang lebih indah untuknya, keindahan wajah dan senyum kekasihnya di belahan dunia sana. kembali dia memangku laptopnya, dan menelfon Kirana.
Kirana mengangkat video call, rambutnya yang masih acak acakan, khas baru bangun tidur. dia masih berada di kasurnya sprei berwarna pink yang dipenuhi dengan boneka Hello Kitty di setiap sudut kasurnya.
"morning honey" sapanya diujung sana
"kamu kebo lagi ya"
"nggaaaak, aku tuh semalem habis nilai ujian anak anak" bela Kirana
kirana setelah lulus setengah tahun yang lalu, langsung mengejar cita citanya menjadi guru SD, dia sangat terobsesi untuk mengajar dan juga anak kecil, maka dari itu menjadi guru SD sangat cocok untuknya.
"ngomong ngomong, kan kamu sudah selesai, kenapa gak pulang aja ke jakarta?" tanya Kirana
"sepertinya aku bakal kerja disini deh, baru summer depan aku pulang"
Kirana tidak dapat menymbunyikan kesedihan dari mukanya, namun selama beberapa saat dia kembali tersenyum
"oh baiklah, bang toyibku, kamu kerja yang bener ya, cari duit yang banyak, pulang pulang nikahin aku ya, capek tau setiap pertemuan keluarga ditanyain melulu"
mendengar pernyataan itu Adam tersenyum, Kirana yang selalu berpura pura kuat, mengalah untuk kebaikan pria yang disayanginya, mengenyampingkan egonya sendiri untuk kebahagian prianya. ketika pertama kali mendengar kabar Adam akan pergi ke negeri Paman Sam, Kirana sangat mendukung, menemani Adam mengurusi setiap dokumen yang diperlukan, mondar mandir kedutaan, namun setiap malam bersandar dibahu ibundanya menangisi kepergian Adam.
"bagaimana hari kamu kemarin?" Adam bertanya
mulailah Kirana bercerita tentang satu murid nakal, yang namanya Ziyad yang selalu mengusili teman perempuannya. tiba tiba HP Adam berbunyi tanda email masuk, Adam meminta izin sebentar pada kirana untuk membukanya.Kirana mengizinkan namun tetap melanjutkan ceritanya.
pesan dari cappucino.lover@gmail.com, tidak pernah meng-email sebelumnya, namun satu baris pesan email ini, menghancurkan segala bayangan, imajinasi dan cita cita nya. isi pesan itu adalah.
"yakin lo mau nikahin dia?"
tapi bukan pesannya yang menghancurkan dan meluluh lantakkan hatinya, namun lampiran di dalam surat elektronik itu. foto foto Kirana dan Nathan, terlampir 3 foto, foto pertama terlihat Nathan menggandeng tangan Kirana, foto kedua Nathan dan Kirana dinner di restaurant mewah dengan pakaian yang sangat rapi, Nathan menggunakan jas dan Kirana memakai Dress hitam tampak elegant, mereka berdua terlihat bahagia bersama dan tertawa, dan foto ketiga mereka berdua terlihat sedang di lobby hotel bercengkrama dengan petugas receptionist seperti hendak memesan kamar bersama sama.
Adam diam sejenak, menatap Kirana yang masih berbicara di ujung sana, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat, perempuan yang dinantikan, diimpikan dan akan dinikahinya telah mengkhianatinya dengan sahabat baiknya.
"honey?" kirana menyadarkannya
"minggu depan aku ke Jakarta" jawab Adam singkat
kemudian Adam menutup laptop nya. menaruhnya kembali di meja, dan tidak sengaja menyenggol kotak kecil berwarna biru hingga jatuh ke lantai, di ambil dan dibuka olehnya, isinya masih sama hanya saja, benda ditangannya tidak memiliki arti sama sekali lagi. setetes demi setetes air mata menjatuhi cincin itu, hingga dia tidak bisa menahannya lagi, dan menangis sejadi jadinya.
0
Kutip
Balas