- Beranda
- Stories from the Heart
[Completed] Hey Fanny
...
TS
monica.ocha
[Completed] Hey Fanny
Quote:
![[Completed] Hey Fanny](https://s.kaskus.id/images/2016/03/05/8417038_20160305062914.jpg)
Quote:
![[Completed] Hey Fanny](https://s.kaskus.id/images/2016/01/25/8417038_20160125102311.png)
Mohon kebijakannya karena cerita ini mengandung bahasa dan adegan yang tidak patut ditiru.
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh monica.ocha 05-03-2016 06:30
efti108 dan 25 lainnya memberi reputasi
22
172.3K
520
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
monica.ocha
#330
PAGE 25
Suara pintu depan terbanting cukup keras, membuat aku mengangkat kepala dan memandang ke arah pintu kamar. Aku tahu bukan pintu kamar yang terbuka, tapi tetap saja aku melihat ke arah pintu kamar. Entah sudah berapa lama aku tertidur di kamar, aku bahkan belum sarapan.
"Kak?" Suara teriakan itu menggema hingga masuk ke kamarku
Aku tidak menjawab. Entah kenapa kurasakan pusing hebat dikepala. Kugapai HP yang berada di meja sebelah tempat tidur. Sekedar ingin melihat pemberitahuan. Suara langkah kaki Violet terdengar mendekati kamarku yang pintunya sengaja aku buka. Violet masuk dan langsung membantingkan badannya yang letih seharian sekolah ke atas kasur, membuat kasur ini bergetar. Ku buka pesan yang berisikan nomor Robby yang Raya berikan padaku pagi hari tadi. Aku belum berani untuk menghubunginya, aku takut.
"Robby? siapa Robby, kak?" Violet mengintip isi pesanku dari belakang
"Ha.. eh.. anu, enggak" Kuletakkan HP itu ke atas meja seperti semula dan mulai bangkit dari tempat tidur
"Cari makan di luar yuk, Vio" Aku sibuk melilit rambutku yang berantakan, terlalu malas untuk menyisir
"Ayuk.. " Balasnya dengan sangat senang
Tak butuh waktu lama untuk mencari restoran di sekitar sini. Aku hanya butuh sepuluh-menit dengan berjalan kaki untuk mendapatkan restoran yang menurutku menarik. Violet yang sudah lapar tidak lagi mau beragumen dengan restoran mana yang lebih baik. Waiters di restoran ini bahkan sangat menarik.
***
Violet yang sudah kekenyangan hanya dapat membantingkan tubuhnya di kamar dan ditambah dia begitu letih. Aku mengistirahatkan badanku di depan TV sambil melihat acara yang bahkan aku tidak mengerti setiap perkataannya. Aku hanya mencoba memahami apa yang meraka katakan dengan bahasa tubuh yang keluar. Bukannya tidak mau untuk belajar bahasa prancis. Hanya saja aku terlalu malas, malas menghapal, malas berusaha dan malas mencoba. Melihat hurufnya saja sudah membuat aku bingung tak karuan. Berkali-kali Violet menawarkanku untuk mengajariku beberapa kata basic dalam bahasa prancis, namun aku selalu menolak karena beberapa alasan tadi, malas.
HPku yang masih berada di saku jelana jeans bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Ukuran jelana jeans yang sempit ini membuat tanganku begitu susah untuk mengambil HP yang terselip didalam.
Quote:
Well, aku tidak bisa berkata banyak, aku memang belum menelfon Robby. Aku tidak begitu yakin apakah Robby masih mau berbicara denganku atau mungkin dia sudah benci kepadaku. Jika aku menjadi Robby, mungkin ya, mungkin aku akan benci. Tidak tahu kenapa, setiap aku mengingat Robby dan berpikir jika aku bisa mendapatkan Robby, selalu nama Tiwi tiba-tiba ikut terlintas di kepalaku, membuat aku tambah ragu untuk menelfonnya. Mungkin saja dia disana serang asik dengan Tiwi, tertawa atau sedang berbahagia bersama, tidak ada yang tahu.
Aku tidak membalas pesan singkat dari Raya. Akan muncul beberapa kemungkinan jika aku membalas pesannya. Salah satunya adalah dia akan mengejekku, dia pasti akan menyebutku dengan cewek lemah atau pengecut. Aku tidak ingin dipanggil seperti itu, tapi aku memang lemah dan pengecut. Aku tidak punya mental yang siap atas apa yang sudah aku lakukan. Salah satu alasan aku kesini adalah untuk melupakan Robby. Tapi semua itu selalu gagal, semua itu sia-sia. Satu hal yang bisa aku pastikan sekarang, aku cinta dan sayang sama Robby. Tapi bagaimana mungkin aku bisa cinta dan sayang kepada orang yang bahkan aku tidak tahu jika dia memikirkanku.
Suasana malam yang hening membuat niatku semakin besar untuk menelfon Robby. Namun setiap kali aku menekan tombol panggilaku dengan cepatnya langsung menakan tombol akhiri, bahkan suara nada tunggu belum terdengar.
"Bodoh...bodoh...bodoh...." Ku jatuhkan kepalaku ke atas bantal yang ada di sofa, membuat sepenuhnya wajahku tertutup di bantal segi empat itu "ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh........." Bantal menjadi peredam teriakkan ku
Shit, aku kacau. Andai saja keberanianku besar, aku tidak akan seperti ini. Tapi apalah daya, aku hanya wanita lemah yang takut dengan kemarahan seorang pria. Aku percaya jika pria itu adalah pemimpin, aku percaya pria adalah orang yang sanggup mengarahkan wanita dan aku sangat menghormati pria yang menghormati wanita.
***
Kudengar suara yang cukup keras di dapur, membuat aku terbangun. Jam di atas TV menunjukkan pukul 7:30, tapi Violet sudah bangun dan sedang memasak sarapannya. TV yang tadi malam menemaiku belum juga mati tapi acaranya sudah menjadi berita pagi. Badanku menjadi agak pegal setelah tertidur di sofa semalaman.
"Kok cepetan bgt?" Ucapku dari sofa, terlalu malas untuk berjalan
"Eh, sorry ya kak kalau kebangun gara-gara aku. Iya nih aku mau dateng cepetan dikit, ada janji sama temen" Suara Violet terdengar dari dapur
"Janji apaan?" Sembari Violet datang ke dekatku dan duduk di sofa, dia meletakkan dua buah piring berisi nasi goreng di atas meja
"Minta temenin ke kelas cowonya, mau minta maaf gitu" Ucap Violet ringan "Makan deh kak, udah aku buatin, jangan bilang ga enak ya" Vilet tersenyum manis
Sambil memakan nasi gereng buatan Vilolet, aku bertanya "Emang ada masalah apa sih?"
"Setau aku, kemarin itu cowo nembak Chloe, temen aku, terus dia ga nerima. Eh sekarang pas itu cowo deket sama cewe lain, Chloe malah sakit hati" Ujar Violet yang masih sibuk dengan makanannya
Tak lama kemudian Violet pergi untuk berangkat kesekolah. Kembali ku lihat dia keluar dari apartemen dari kaca jendela. Cerita Violet tadi sungguh kena di hatiku, merasa hal yang sama dengan apa yang teman Violet rasakan.
Ku kumpulkan seluruh keberanian dan ku coba untuk membaut hal-hal negatif yang sekiranya akan menggoyangkan keberaian singkat ini. Kuambil HP yang sudah terselit di dekat pinggiran sofa. Tanpa mencoba untuk berpikir, aku langsung menekan tombil panggilke nomor Robby. Jantungku berdetak sangat cepat dan nafasku tidak teratur, aku menjadi semakin gelisah. Ingin rasanya aku mematikan panggilan ini, tapi sungguh sudah terlambat, nomorku sudah masuk ke dalam HPnya. Berkali-kali aku menelan air ludah setiap kali mendengar suara nada tunggu, tapi Robby belum juga mengangkat.
"Hallo? ini siapa ya?" Suara itu terdengar agak serak, jantungku berdetak tambah cepat
Aku belum berbicara, ingin rasanya aku mengakhiri panggilan ini. Aku terlalu takut.
"Eh ini siapa woi? Tau malem gak?" Robby berteriak
Bodoh banget lo fanny, lo tau perbedaan jam gak sih!
Ku kumpulkan semua keberanian tadi dan mencoba untuk menghilangkan semua rasa takut yang menganjal "Rob, ini gw Fanny.."
< TO THE PREVIOUS PAGE

Diubah oleh monica.ocha 23-02-2016 05:41
g.gowang. dan 2 lainnya memberi reputasi
3