- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah, gue mati aja
...
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Cover By: kakeksegalatahu
Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.
Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue


----------
----------
PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.
----------
Spoiler for QandA:
WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+
NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY
Spoiler for Ilustrasi:
Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#450
PART 40
Yang namaya keasyikan itu pasti bikin orang lupa waktu, bukan, lebih tepatnya lupa diri. Karena sebuah kegiatan yang membuat kita addict, kita lupa akan semua hal disekeliling kita. Mulai dari lupa angkat jemuran, lupa ada jadwal kuliah dan lupa kalo kita punya hutang dengan orang lain. Bukan, yang terakhir gue bukan ngeles.
Karena keasyikan main, kita lupa kalo ada jadwal kuliah. Karena sudah jam setengah empat sore, dan kuliah sudah hampir selesai. Gue, Bentigo, dan Pepy memutuskan buat naik motor bonceng tiga berangkat ke kampus. Kenapa? Karena parkir mobil letaknya jauh dari kelas. Kita bertiga berangkat ke kampus hanya memakai satu helm dan tidak membawa tas satupun, hanya bawa badan. Bener-bener bawa badan.
Sesampainya di kampus kita bertiga langsung lari menuju kelas. Dosennya udah lumayan tua, jadi kita pikir mungkin bisa pura-pura masuk sehabis dari kamar mandi. Kita hompimpah, untuk memutuskan siapa yang masuk duluan, kedua dan terakhir. Dari hasil hompimpah, Pepy masuk pertama, gue kedua dan Bentigo ketiga. Karena gue sadar bakal mencurigakan kalo ada tiga mahasiswa masuk setelah dari kamar mandi berurutan, gue mencuri kesempatan buat masuk kelas duluan. Good bye Pep, Ben.
Di dalam kelas, bapak dosen tidak menaruh kecurigaan sedikitpun, dan gue dapat duduk dengan aman. Gue lihat dari jendela, Bentigo dan Pepy berjalan menjauhi kelas. Wah, mereka pasti marah sama gue. Gue segera mengeluarkan hape dan mengirim pesan bbm kepada Pepy, ‘Beb, jangan marah dong, ntar gue beliin es oyen deh berdua!’
Pepy membalas, ‘Siip! TA-in kita, ditunggu di es oyen samping kampus.’
Kampret! Kenapa gue nggak TA sama temen gue yang lain aja. Bego bener deh gue ini, udah ke kampus nggak pake helm, nggak bawa tas, masih aja dijalanin. Harusnya gue sadar dari tadi dan menitip absen pada temen gue yang lain. Dan sekarang gue harus bayarin es oyen Pepy dan Bentigo juga.
Selesai kuliah premature, gue segera ke tempat es oyen. Disana terlihat Bentigo dan Pepy menghabiskan mangkok kedua mereka masing-masing.
“Enak ya lo berdua tinggal TA dapet es oyen,” kata gue.
Bentigo dan Pepy tertawa ngakak, “Salah siapa main serobot.”
Selesai memakan semangkuk es oyen dengan harga lima mangkuk es oyen, gue putuskan untuk pulang. Gue langsung ke kos meninggalkan Bentigo dan Pepy karena mereka nantinya akan dijemput oleh Grace.
Pulang dari es oyen, gue disambut dengan halaman parkir kos yang berantakan. Mobil mas Roni diparkir dijalan, mobil koh Wahyu di parkir agak miring maksa masuk, dan satu mobil lagi yang nggak gue kenal.
Gue turun dari motor dan berjalan masuk ke dalam rumah kos.
“Oi… ini yang bener aja parkirnya, aku nggak bisa masukin motor ini.”
“Wi, sini ke atas!” seru suara mas Roni.
Sampai di atas, ada suara rame banget dari kamar gue. Emil, mas Roni, koh Wahyu, mbak Irma, Sintya lagi asik mainan kinect atau sejenisnya di kamar gue.
“Yah elaaahh... ini kamarku jadi tempat ginian? Lagian itu kinect siapa?”
Mas Roni melepas baju, “Hahaha, kamarmu yang paling kosong diantara yang lain Wi, geser kasur dikit jadi deh.”
“Mbak barusan beli kinect Wi, pengin nyobain, eh ini malah keasyikan,” kata mbak Irma.
“Terus itu mobil gimana?” kata gue.
Mas Roni dan koh Wahyu melempar kunci mobil, “Tolong rapihin, lagi asik.”
“Sekalian mobil Masayu yah Wi, kuncinya di kamarku!” tambah mbak Irma.
Kampret! Kamar diberantakin, masih disuruh jadi valet mobil mereka, perfect! Tanpa ba-bi-bu gue bergegas ke halaman depan buat markirin mobil mereka. Karena mobil yang parkirnya mencong dan menutup jalan bukan punya mas Roni sama koh Wahyu, jadi gue beranggapan itu mobil milik Masayu. Buat mindahin mobil Masayu gue butuh kuncinya, jadilah gue pergi ke kamar mbak Irma. Dan ketika gue buka pintu kamarnya, gue terbelalak, dan mulut gue menganga. Gue kehabisan kata-kata, satu kata yang bisa gue ucapin, “Wow!”
Yang namaya keasyikan itu pasti bikin orang lupa waktu, bukan, lebih tepatnya lupa diri. Karena sebuah kegiatan yang membuat kita addict, kita lupa akan semua hal disekeliling kita. Mulai dari lupa angkat jemuran, lupa ada jadwal kuliah dan lupa kalo kita punya hutang dengan orang lain. Bukan, yang terakhir gue bukan ngeles.
Karena keasyikan main, kita lupa kalo ada jadwal kuliah. Karena sudah jam setengah empat sore, dan kuliah sudah hampir selesai. Gue, Bentigo, dan Pepy memutuskan buat naik motor bonceng tiga berangkat ke kampus. Kenapa? Karena parkir mobil letaknya jauh dari kelas. Kita bertiga berangkat ke kampus hanya memakai satu helm dan tidak membawa tas satupun, hanya bawa badan. Bener-bener bawa badan.
Sesampainya di kampus kita bertiga langsung lari menuju kelas. Dosennya udah lumayan tua, jadi kita pikir mungkin bisa pura-pura masuk sehabis dari kamar mandi. Kita hompimpah, untuk memutuskan siapa yang masuk duluan, kedua dan terakhir. Dari hasil hompimpah, Pepy masuk pertama, gue kedua dan Bentigo ketiga. Karena gue sadar bakal mencurigakan kalo ada tiga mahasiswa masuk setelah dari kamar mandi berurutan, gue mencuri kesempatan buat masuk kelas duluan. Good bye Pep, Ben.
Di dalam kelas, bapak dosen tidak menaruh kecurigaan sedikitpun, dan gue dapat duduk dengan aman. Gue lihat dari jendela, Bentigo dan Pepy berjalan menjauhi kelas. Wah, mereka pasti marah sama gue. Gue segera mengeluarkan hape dan mengirim pesan bbm kepada Pepy, ‘Beb, jangan marah dong, ntar gue beliin es oyen deh berdua!’
Pepy membalas, ‘Siip! TA-in kita, ditunggu di es oyen samping kampus.’
Kampret! Kenapa gue nggak TA sama temen gue yang lain aja. Bego bener deh gue ini, udah ke kampus nggak pake helm, nggak bawa tas, masih aja dijalanin. Harusnya gue sadar dari tadi dan menitip absen pada temen gue yang lain. Dan sekarang gue harus bayarin es oyen Pepy dan Bentigo juga.
Selesai kuliah premature, gue segera ke tempat es oyen. Disana terlihat Bentigo dan Pepy menghabiskan mangkok kedua mereka masing-masing.
“Enak ya lo berdua tinggal TA dapet es oyen,” kata gue.
Bentigo dan Pepy tertawa ngakak, “Salah siapa main serobot.”
Selesai memakan semangkuk es oyen dengan harga lima mangkuk es oyen, gue putuskan untuk pulang. Gue langsung ke kos meninggalkan Bentigo dan Pepy karena mereka nantinya akan dijemput oleh Grace.
Pulang dari es oyen, gue disambut dengan halaman parkir kos yang berantakan. Mobil mas Roni diparkir dijalan, mobil koh Wahyu di parkir agak miring maksa masuk, dan satu mobil lagi yang nggak gue kenal.
Gue turun dari motor dan berjalan masuk ke dalam rumah kos.
“Oi… ini yang bener aja parkirnya, aku nggak bisa masukin motor ini.”
“Wi, sini ke atas!” seru suara mas Roni.
Sampai di atas, ada suara rame banget dari kamar gue. Emil, mas Roni, koh Wahyu, mbak Irma, Sintya lagi asik mainan kinect atau sejenisnya di kamar gue.
“Yah elaaahh... ini kamarku jadi tempat ginian? Lagian itu kinect siapa?”
Mas Roni melepas baju, “Hahaha, kamarmu yang paling kosong diantara yang lain Wi, geser kasur dikit jadi deh.”
“Mbak barusan beli kinect Wi, pengin nyobain, eh ini malah keasyikan,” kata mbak Irma.
“Terus itu mobil gimana?” kata gue.
Mas Roni dan koh Wahyu melempar kunci mobil, “Tolong rapihin, lagi asik.”
“Sekalian mobil Masayu yah Wi, kuncinya di kamarku!” tambah mbak Irma.
Kampret! Kamar diberantakin, masih disuruh jadi valet mobil mereka, perfect! Tanpa ba-bi-bu gue bergegas ke halaman depan buat markirin mobil mereka. Karena mobil yang parkirnya mencong dan menutup jalan bukan punya mas Roni sama koh Wahyu, jadi gue beranggapan itu mobil milik Masayu. Buat mindahin mobil Masayu gue butuh kuncinya, jadilah gue pergi ke kamar mbak Irma. Dan ketika gue buka pintu kamarnya, gue terbelalak, dan mulut gue menganga. Gue kehabisan kata-kata, satu kata yang bisa gue ucapin, “Wow!”
Diubah oleh dasadharma10 17-02-2016 15:59
JabLai cOY memberi reputasi
1


