Bagian 17
Quote:
“Yang pertama, ada kemungkinan beliau sekarang lagi kasmaran dan punya pacar, sehingga beliau ingin bertemu dengannya. Dan kemungkinan yang ke dua adalah...” Ucapku dengan ragu meneruskan.
“Adalah apa Dhik !?” Tanya Ikhsan penasaran, di ikuti dengan Ryan dan juga Chaca yang penasaran.
“Ah sudahlah bro... Mending kita ganti topik lain aja deh ! hehehe” Kataku lagi yang enggan meneruskan cerita.
Dengan rasa sedikit kecewa, maka teman-temanku pun memaklumi permasalahan pribadi yang sedang ku alami. Mungkin nanti pada saat yang tepat aku akan bercerita pada mereka semua. Tinggal menunggu waktunya saja.
Quote:
“O iya ! menurut gue lagu yang di bawakan tadi saat latihan, kurang begitu bagus ! Dan jujur saja, gue gak begitu menjiwai lagu tersebut. Mungkin lebih baik kita membuat sebuah lagu aja kali ya ketimbang membawakan lagu orang di acara nanti.” Ucapku pada mereka dengan mengganti topik pembicaraan tadi.
“Masa sih !? menurut gue fine-fine aja kok ! Bagus dan gak ada yang kurang.” Ucap Ryan sambil mengingat kembali permainan musik kami tadi barusan.
“Iya Dhik ! Gak ada masalah kok... Dan kalau menurut elu kurang bagus, dimananya ?” Kata Ikhsan sambil bertanya balik padaku.
Sambil terus memperhatikanku yang terus menjelaskan dimana letak kurangnya dari latihan tadi, rupanya Chaca yang dari tadi diam dan tanpa banyak bicara, ternyata ia terus memperhatikanku tanpa mengalihkan pandangannya, terlihatlah sebuah senyuman menghiasi wajah cantiknya itu.
Quote:
“Maksud gue di sini bro...” Kataku sambil menunjukkan jari ke arah dada.
“Maksudnya ?” Ryan bertanya balik dan gak ngerti maksudku.
“Maksud gue... Gue emang gak sepenuhnya bilang kalau lagu tadi yang kita bawakan saat latihan itu jelek... Kalian mungkin pasti bisa ngerasa hal yang sama dengan gue. Lagu itu tadi memang bagus. Tapi apa kalian merasakan juga ? Kalau hati kalian merasakan senang dan begitu lepas saat bermain ? Gue rasa sih tidak. Saat dimana kita tadi latihan, kita semua hanya terfokus pada pembawaan lagu itu, maksudnya jangan sampai diantara kita ada yang salah. Dan perasaan kita semua di tuntut untuk sempurna, tanpa memikirkan permainan kita dan menjadi diri kita sendiri. Dan juga seolah-olah kita lah yang sedang di mainkan oleh lagu tersebut, dan bukan kita yang memainkannya.”Terangku pada mereka,
“ Dengar bro semua ! bukankah kita dulu pernah memiliki moto, atau slogan kita, kalau yang namanya musik dari band kita bukan saja menghasilkan sebuah lagu yang dapat di nikmati. Tapi musik kita itu juga bisa menghasilkan sebuah lagu yang bisa di nyanyikan semua orang...! Itulah nilai yang kita pegang selama ini bersama-sama.” Kataku lagi.
Dari ucapanku tadi membuat mereka semua terhenyak dan diam sesaat, terpikir oleh mereka semua dengan apa yang kukatakan tadi.
Quote:
“Elu benar Dhik ! Kali ini gue gak menyangkal apa yang elu bilang tadi... Saat gue bermain tadi, gue juga ngerasain yang sama dengan apa yang elu omongin. Gue ngerasa gak jadi diri sendiri, dan gue ngerasa... yah ! gak enak gitu lah... pokoknya permainan gue gak lepas seutuhnya.” Kata Ryan yang setuju dengan apa yang kukatakan.
“Terus !? Untuk selanjutnya apa yang akan kalian rencanakan untuk bisa memenangkan pertandingan di acara itu ntar ?” Tanya Chaca yang mulai tertarik dengan perdebatan dan perbincangan kami tadi.
“Iya Dhik... Sekarang apa elu udah punya rencana untuk kita semua ?” Tanya Ikhsan.
“Gue gak tau juga bro... Tapi untuk saat ini yang terlintas dalam benak gue adalah...” Kataku sambil berpikir dan menghela napas panjang. “Kita membawakan lagu ciptaan kita sendiri...” Sambungku lagi.
“Wuiiih... Bener tuh bro ! Kayaknya kita bawain lagu ciptaan kita aja kali ya ?” Kata Ikhsan setuju dengan pendapatku.
“Kalau gue sih setuju-setuju aja... Tapi, jujur ! Gue gak bisa bikin lagu... Gue angkat tangan deh kalau soal itu.” Ucap Ryan.
“Gue juga Dhik ! Gue gak bisa... Soalnya gue bukan seorang penyair... kalau di suruh ngegombal sih oke-oke aja. Hehehe” Kata Ikhsan sambil ngebanyol dan nyengir.
“Ckckck... Ah kalau itu mah emang elu sudah bawaan dari lahir kali, San !” Ucap Ryan sambil tertawa.
“Hahaha... bener banget tuh !” Kata Chaca sambil tertawa dan membenarkan ucapan Ryan.
“Mm... kalau gitu nanti biar gue aja deh yang bikin lagunya.” Kataku lagi dengan serius.
“Hah !? Beneran lu Dhik ? Serius ?” Kata Ikhsan bertanya untuk memastikan.
“Iyaaa...!!! Tapi gak sekarang juga sih. Gue juga butuh waktu dan konsentrasi yang tinggi buat bikin lagu tuh ntar.” Jawabku dengan mantap.
“Sip dah kalau gitu ! Eh... Tapi jangan kelamaan juga lu Dhik ! Ntar yang ada malah acara musiknya keburu kelar lagi.” Kata Ikhsan mengingatkan.
“Iyaaaa.... Elu tenang aja sih napa !?” Balasku dengan nada sewot.
Melihat mereka semua tadi, kali ini membuat Chaca kembali tertawa kecil melihat tingkah kami. Terasa begitu hangat jalinan persahabatan di antara kami semua. Walaupun juga terkadang kami sering ada perbedaan atau selisih pendapat gitu, tak membuat kami menjadi retak ataupun renggang.
Quote:
“Eh ! Sekarang kita balik yuk... Udah lumayang sore banget nih !!!” Kata Ryan mengajak kami untuk pulang.
“Oh iya ! Yuk kalau gitu kita balik...” Ajakku juga.
“Oh iya...!!! Elu ntar pulang ama siapa, Cha ?” Tanya Ikhsan seketika pada Chaca.
Dengan penuh harap pada jawaban Chaca, aku pun berharap kalau Chaca gak di jemput atau di antar sama Ikhsan atau Ryan. Maunya sih aku aja yang ngantar dia pulang. hehehe
Quote:
“Mm... Biar Dhika aja ya yang nganter lu pulang, gimana ? hehehe” Kata Ikhsan dengan tanpa di duga olehku, dan membuatku tersedak dan salah tingkah di depannya.
“Uhuuk... Uhuuk !!! Hah !? Kenapa meski gue, San ?” Tanyaku dengan tampang yang cool untuk menutupi rasa grogi.
“Aaah.. Udah lah Dhik ! Gue tau kok apa yang elu rasakan dan inginkan... hehehe” Ucap Ikhsan yang sok tau.
“Sotoy banget lu san...!!!” Kataku.
“Udah deeh... Sekarang elu nya mau gak nganter Chaca pulang ?” Kata Ikhsan lagi sambil bertanya padaku.
“Dia sendiri mau gak ? Malah tanya gue...” Kataku sewot.
“Kalau gue yang tanya ama dia, dan dia mau, gimana ? Elu mau kan ?” Kata Ikhsan lagi dengan tersenyum dan menantangku.
Melihat aku yang terpojok karna ulah Ikhsan, Chaca pun tersenyum dan tertawa kecil. Apalagi melihat mukaku yang sudah berubah merah seperti tomat. Membuatnya hendak tertawa sekeras-kerasnya. Namun, ia tahan karna gak mau membuat orang tersinggung.
Quote:
“Eh !!! Gak usah, San !!! Gue bentar lagi di jemput kok ama sopir gue...” Kata Chaca memotong perdebatan kami dengan senyum manisnya.
“Yaah... Gagal deh rencana dan harapan gue.” Ucapku dalam hati dengan rasa kecewa.
“Tet... Tet... Tet !!!” Suara klakson mobil di depan studio Musik.
“Nah tuh kan... Gue duluan ya teman-teman” Ucapnya lagi sambil menunjuk kearah mobil jemputannya.
“Oke deh... Hati-hati ya Cha !” Kata Ikhsan sambil melambaikan tangan.
“Dah Dhika... Dah semuanya” Teriak Chaca dari dalam mobil yang mulai beranjak pergi dan melambaikan tangannya kearah kami dengan tersenyum.
“Woooy Cha !!! Kok Cuma Dhika aja yang di sebutin ? Gue ama Ryan gak...” Kata Ikhsan dengan nada suara yang keras ke arah perginya Chaca dengan mobilnya.