- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah, gue mati aja
...
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Cover By: kakeksegalatahu
Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.
Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue


----------
----------
PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.
----------
Spoiler for QandA:
WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+
NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY
Spoiler for Ilustrasi:
Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#340
PART 34
Malemnya, sewaktu gue lagi asik-asiknya browsing di kamar tiba-tiba Emil masuk ke dalam kamar. Dia menyalakan TV dan langsung duduk di kasur deket gue.
“Lagi ngapain Wi?” tanya Emil.
“Internetan doang ini.”
“Bokep?”
“Ha? Bo … bokep?!” gue panik. “Bukanlah!”
Emil mulai tiduran di kasur gue.
“Lo mau ngapain?” tanya gue.
“Tidur disini.”
Gue menggoyangkan tubuhnya, “Gue musti angkat lo lagi ntar?”
Tidak ada jawaban, dia sudah tidur.
Sudah tiga kali ini dia tiduran di kasur gue. Waktu ketiduran pertama, dia gue biarin tidur di kasur gue dan gue tidur di sofa ruang tamu bareng mas Roni. Tapi setelah gue tau kalo mas Roni ngoroknya terlalu kencang, gue putuskan untuk menbawa Emil kembali ke kamarnya. Dan ini yang ketiga kalinya, haruskah gue mengangkatnya kembali ke kamar? Gue rasa tidak! Dia sudah terlalu tua untuk main gendong-gendongan. Gue harus segera mengusirnya dari kamar gue sebelum dia doyan tidur di kasur gue.
Sewaktu gue mematikan netbook dan bersiap membangunkan Emil, tiba-tiba hape gue bunyi. Ada telepon dari Bentigo.
‘Apaan? Ganggu waktu istirahat orang aja lo.’ Ucap gue
‘Buruan keluar, aku di depan.’ Dia menutup teleponnya.
Gue segera membangunkan Emil, tapi sayangnya nggak gampang buat dibangunin. Gue segera bangkit dari tempat tidur meninggalkan Emil tertidur di kasur gue. Malam ini bakalan berbaur dengan ngoroknya mas Roni lagi gue. Keluar dari kamar, gue berjalan keluar kos menghampiri Bentigo yang katanya udah ada di depan kos. Bener aja dia udah berada di depan kos bersama beberapa temannya.
“Kenapa sih Ben?” ucap gue.
“Buruan naik! Kita ke tempat billiard!” kata Bentigo.
“Nggak ah, gue nggak bisa, males,” tolak gue.
Bentigo menarik gue ke dalam mobil, “Ini emergency Wi, kamu harus ikut kita!”
Gue meronta mencoba keluar dari mobil, “Paling nggak biarin gue ganti baju dulu!”
Terlambat mobil sudah terlanjut berjalan meninggalkan kosan gue. Gue diculik! Diculik cowok! Temen kampus gue sendiri! Tuhan tolong!
Malemnya, sewaktu gue lagi asik-asiknya browsing di kamar tiba-tiba Emil masuk ke dalam kamar. Dia menyalakan TV dan langsung duduk di kasur deket gue.
“Lagi ngapain Wi?” tanya Emil.
“Internetan doang ini.”
“Bokep?”
“Ha? Bo … bokep?!” gue panik. “Bukanlah!”
Emil mulai tiduran di kasur gue.
“Lo mau ngapain?” tanya gue.
“Tidur disini.”
Gue menggoyangkan tubuhnya, “Gue musti angkat lo lagi ntar?”
Tidak ada jawaban, dia sudah tidur.
Sudah tiga kali ini dia tiduran di kasur gue. Waktu ketiduran pertama, dia gue biarin tidur di kasur gue dan gue tidur di sofa ruang tamu bareng mas Roni. Tapi setelah gue tau kalo mas Roni ngoroknya terlalu kencang, gue putuskan untuk menbawa Emil kembali ke kamarnya. Dan ini yang ketiga kalinya, haruskah gue mengangkatnya kembali ke kamar? Gue rasa tidak! Dia sudah terlalu tua untuk main gendong-gendongan. Gue harus segera mengusirnya dari kamar gue sebelum dia doyan tidur di kasur gue.
Sewaktu gue mematikan netbook dan bersiap membangunkan Emil, tiba-tiba hape gue bunyi. Ada telepon dari Bentigo.
‘Apaan? Ganggu waktu istirahat orang aja lo.’ Ucap gue
‘Buruan keluar, aku di depan.’ Dia menutup teleponnya.
Gue segera membangunkan Emil, tapi sayangnya nggak gampang buat dibangunin. Gue segera bangkit dari tempat tidur meninggalkan Emil tertidur di kasur gue. Malam ini bakalan berbaur dengan ngoroknya mas Roni lagi gue. Keluar dari kamar, gue berjalan keluar kos menghampiri Bentigo yang katanya udah ada di depan kos. Bener aja dia udah berada di depan kos bersama beberapa temannya.
“Kenapa sih Ben?” ucap gue.
“Buruan naik! Kita ke tempat billiard!” kata Bentigo.
“Nggak ah, gue nggak bisa, males,” tolak gue.
Bentigo menarik gue ke dalam mobil, “Ini emergency Wi, kamu harus ikut kita!”
Gue meronta mencoba keluar dari mobil, “Paling nggak biarin gue ganti baju dulu!”
Terlambat mobil sudah terlanjut berjalan meninggalkan kosan gue. Gue diculik! Diculik cowok! Temen kampus gue sendiri! Tuhan tolong!
Diubah oleh dasadharma10 14-02-2016 09:39
JabLai cOY memberi reputasi
1


