- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah, gue mati aja
...
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Cover By: kakeksegalatahu
Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.
Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue


----------
----------
PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.
----------
Spoiler for QandA:
WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+
NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY
Spoiler for Ilustrasi:
Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#262
PART 31
Kopi gue abis dan gue segera berangkat ke kampus. Pagi hari di Jogja jalanan masih sepi, kendaraan di jalan masih bisa di hitung pake jari. Berbeda sekali dengan Bekasi yang sejak subuh jalanan sudah dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Meski begitu, jalanan di Bekasi juga masih bisa dihitung pake jari, setidaknya jari orang satu komplek.
Sesampainya di kampus gue segera menuju ke parkiran, duduk di kursi dan memantau kendaraan mahasiswa yang berdatangan. Nggak, gue bukan tukang parkir. Di kampus gue segera menuju ke kelas gue, ruang TS 2/4 untuk kelas A. Di depan kelas sudah kelihatan beberapa orang yang kemarin sempat gue temuin disaat acara ospek, diantaranya ada beberapa yang gue kenal. Dan salah satunya ada orang yang gue taksir, Arin.
Nama lengkapnya Arin Bakti Kamampa. Seperti namanya, dia orangnya cantik. Menurut kabar yang gue dengar Arin ini anaknya orang kaya. Dia berangkat ke kampus naik mobil dan diantar oleh seorang sopir. Berbeda dengan kebanyakan cewek lainnya, dia nggak sombong. Selain itu Arin juga memiliki hati yang baik. Buktinya kemarin waktu ospek gue dia memberi gue sepotong roti dan air mineral tanpa gue minta. Meski belakangan gue tau kalo ternyata setiap peserta ospek memang dijatah seperti itu. Dan satu hal yang terpenting yang bikin gue naksir sama Arin, dia adalah orang Minang. Rasanya pengin gue memperkenalkan diri dan berkata, “Arin, nikahin gue sekarang juga! SEKARANG ARIN!! NIKAHIIIN GUEE SEKARAAANG!”
Bagaimana dengan Masayu? Masalah jatuh cinta sama dia, gue cuma bercanda. Gue bukan orang yang percaya dengan jatuh cinta pada pandangan pertama. Setidaknya itu prinsip yang gue pegang beberapa menit setelah gue melihat wallpaper hape Masayu ada foto seorang cowok.
Karena gue nggak kebagian tempat duduk di koridor, gue putuskan untuk mencari tempat duduk di dalam ruang kelas. Belum lama gue duduk, gue didatangi oleh seorang cewek dengan senyuman manis yang kemudian duduk di kursi disebelah gue.
“Hei, Dawi ya?” kata cewek itu.
“Ah, iya.” Gue menengok. “Gue Dawi.”
“Aku perhatiin tadi di koridor kamu ngeliatin Arin terus.”
Mampus! Gue ketahuan.
“Kamu suka sama Arin?” tanyanya.
“Eh, enggak!” bantah gue. “Lagipula gue nggak lagi ngeliatin Arin kok!”
“Masa sih?” tanyanya lagi. “Terus ngeliatin apa?”
“Gue lagi ngeliatin yang di belakangnya Arin,” kata gue.
“Di belakangnya Arin?”
“Iya, tadi ada semacam bayangan gitu,” kata gue. “Gue emang bisa ngeliat yang nggak kelihatan gitu.”
“….”
bodohnya gue! Gimana ceritanya gue kepikiran buat bohong tentang bisa ngeliat setan?! Ya, semua orang emang pernah berbohong, tapi setidaknya kebohongan mereka jauh lebih rasional dari yang barusan. Gue yakin kebohongan gue kali ini bakalan berbuntut panjang.
Tidak lama setelah gue berbincang dengan cewek tadi, dosen pun datang, dan para mahasiswa segera masuk ke dalam ruang kelas. Gimana dengan cewek itu? Dia pindah kursi dan menjauh dari gue. Mungkin semacam ilfeel sama gue.
Kopi gue abis dan gue segera berangkat ke kampus. Pagi hari di Jogja jalanan masih sepi, kendaraan di jalan masih bisa di hitung pake jari. Berbeda sekali dengan Bekasi yang sejak subuh jalanan sudah dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Meski begitu, jalanan di Bekasi juga masih bisa dihitung pake jari, setidaknya jari orang satu komplek.
Sesampainya di kampus gue segera menuju ke parkiran, duduk di kursi dan memantau kendaraan mahasiswa yang berdatangan. Nggak, gue bukan tukang parkir. Di kampus gue segera menuju ke kelas gue, ruang TS 2/4 untuk kelas A. Di depan kelas sudah kelihatan beberapa orang yang kemarin sempat gue temuin disaat acara ospek, diantaranya ada beberapa yang gue kenal. Dan salah satunya ada orang yang gue taksir, Arin.
Nama lengkapnya Arin Bakti Kamampa. Seperti namanya, dia orangnya cantik. Menurut kabar yang gue dengar Arin ini anaknya orang kaya. Dia berangkat ke kampus naik mobil dan diantar oleh seorang sopir. Berbeda dengan kebanyakan cewek lainnya, dia nggak sombong. Selain itu Arin juga memiliki hati yang baik. Buktinya kemarin waktu ospek gue dia memberi gue sepotong roti dan air mineral tanpa gue minta. Meski belakangan gue tau kalo ternyata setiap peserta ospek memang dijatah seperti itu. Dan satu hal yang terpenting yang bikin gue naksir sama Arin, dia adalah orang Minang. Rasanya pengin gue memperkenalkan diri dan berkata, “Arin, nikahin gue sekarang juga! SEKARANG ARIN!! NIKAHIIIN GUEE SEKARAAANG!”
Bagaimana dengan Masayu? Masalah jatuh cinta sama dia, gue cuma bercanda. Gue bukan orang yang percaya dengan jatuh cinta pada pandangan pertama. Setidaknya itu prinsip yang gue pegang beberapa menit setelah gue melihat wallpaper hape Masayu ada foto seorang cowok.
Karena gue nggak kebagian tempat duduk di koridor, gue putuskan untuk mencari tempat duduk di dalam ruang kelas. Belum lama gue duduk, gue didatangi oleh seorang cewek dengan senyuman manis yang kemudian duduk di kursi disebelah gue.
“Hei, Dawi ya?” kata cewek itu.
“Ah, iya.” Gue menengok. “Gue Dawi.”
“Aku perhatiin tadi di koridor kamu ngeliatin Arin terus.”
Mampus! Gue ketahuan.
“Kamu suka sama Arin?” tanyanya.
“Eh, enggak!” bantah gue. “Lagipula gue nggak lagi ngeliatin Arin kok!”
“Masa sih?” tanyanya lagi. “Terus ngeliatin apa?”
“Gue lagi ngeliatin yang di belakangnya Arin,” kata gue.
“Di belakangnya Arin?”
“Iya, tadi ada semacam bayangan gitu,” kata gue. “Gue emang bisa ngeliat yang nggak kelihatan gitu.”
“….”
bodohnya gue! Gimana ceritanya gue kepikiran buat bohong tentang bisa ngeliat setan?! Ya, semua orang emang pernah berbohong, tapi setidaknya kebohongan mereka jauh lebih rasional dari yang barusan. Gue yakin kebohongan gue kali ini bakalan berbuntut panjang.
Tidak lama setelah gue berbincang dengan cewek tadi, dosen pun datang, dan para mahasiswa segera masuk ke dalam ruang kelas. Gimana dengan cewek itu? Dia pindah kursi dan menjauh dari gue. Mungkin semacam ilfeel sama gue.
Diubah oleh dasadharma10 09-02-2016 19:27
0


