- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah, gue mati aja
...
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Cover By: kakeksegalatahu
Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.
Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue


----------
----------
PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.
----------
Spoiler for QandA:
WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+
NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY
Spoiler for Ilustrasi:
Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#223
PART 29
Sebuah kebodohan, butuh waktu lama buat gue menyadari keadaan yang sedang terjadi. Kalo Emil masuk rumah sakit, dan besok adalah hari pertama Emil ospek, sedangkan perlengkapan ospek belum komplit, siapa yang bakalan diminta buat nyari itu semua? Gue. Begonya gue nggak menyadari itu semua!
“Wi, mbak minta tolong sama kamu ya?” kata mbak Irma.
“….” Gue masih menyesali kebodohan gue.
“Emil harus istirahat buat besok, mbak juga harus jagain si Emil.” Mbak Irma mendehem. “Mmh, terus mas Roni kan lembur, jadi kamu tolong selesaiin belanjanya ya.”
“Tapi kan aku nggak ngerti belinya dimana aja mbak,” gue ngeles.
“Nanti kamu biar ditemenin sama Masayu.”
“Masayu?” ucap gue mengangkat sebelah alis.
“Iya Masayu,” kata mbak Irma. “Belum lama ditinggal lakinya selingkuh, jagain dia.”
Masayu? Siapa itu Masayu? Dari namanya sih cakep. Mungkin salah satu temen seangkatan Emil dan mempunyai kemungkinan suka sama gue, mungkin juga salah satu temennya mbak Irma yang doyan brondong kayak gue, dan mungkin juga mbak-mbak kosan yang ditinggal suaminya.
Serasa di hipnotis mbak Irma, gue udah berada di depan kos. Kos gue? Bukan! Artinya, Masayu ini bukan mbak-mbak kosan yang ditinggal suaminya. Kemungkinan besar dia mbak-mbak temennya mbak Irma yang doyan brondong. Kesempatan buat gue!
“Hei,” sapa seorang cewek sambil membuka pintu mobil. “Udah lama ya nunggunya?”
“Wow,” ucap gue spontan.
“Wow? Apanya?” tanyanya.
“Eh, enggak, cuma … kamu … wow.” Gue salah tingkah.
“Aku? Wow? Serius aku nggak ngerti.”
Dalam kecanggungan cewek itu masuk ke mobil. Ketika dia menutup pintu mobil harum parfumnya ngalahin pengharum mobil mas Roni, karena emang dasarnya mobil mas Roni nggak pake pengharum. Tapi serius ini harum banget, semacam aroma yang bisa bikin gue jatuh cinta saat itu juga.
“So … sori, kamu Masayu?” tanya gue.
“Ya iyalah,” jawabnya. “Kalo bukan, mana mungkin masuk mobil ini.”
“Mobil ini? Emang kamu tau aku siapa?”
“Mama tadi udah bbm kalo aku bakal di jemput Dawi pake mobilnya mas Roni, jadi udah pasti kamu Dawi kan,” jelasnya
“….” Gue mengangguk.
“Dah yuk, jalan,” ajaknya.
Gue turun dari mobil.
“Kenapa turun?” tanya Masayu.
“Ja … jalan kan?” jawab gue penuh kebodohan.
“Kamu mau ninggalin mobil disini?”
Oke, fix! Gue bener-bener nggak bisa fokus ketika deket sama Masayu. Nggak ada satu pun kegiatan yang berjalan dengan benar selama deket dia. Bahkan keringat gue mengucur deras membuat baju gue basah semua.
“Hawanya … panas ya?” ucap gue.
Masayu kelihatan heran, “Panas? ACnya udah mentok gini kamu bilang panas?”
Gue bener-bener kelihatan kayak orang dongo di deket Masayu, tapi untungnya Masayu nggak menyadari kedongoan gue. Mungkin, dia sadar tapi nggak sadar-sadar banget.
“Wi, semua barang udah ke beli,” kata Masayu. “Mau langsung balik?”
“Ya … ya udah, ba … balik, iya balik.” Kaki gue gemeteran nginjek persneling.
“Kamu gugup ya deket aku?” tanya Masayu.
Kampret! Gue ketahuan.
“Yaudah deh, yuk balik!” dia memegang tangan gue. “Aku bakalan pura-pura nggak sadar kalo kamu gugup kok.”
Nah kan, bener dugaan gue kalo dia nggak sadar gue bener-bener gugup. Iya, dia nggak sadar kalo gue gugup. Ok, gue akuin kalo Masayu jelas-jelas sadar tentang kegugupan gue.
Kalo orang-orang bilang jantung berdegup kencang, waktu melambat dan nafas jadi sesak adalah tanda-tanda orang jatuh cinta itu benar, maka, gue jatuh cinta sama Masayu.
Sebuah kebodohan, butuh waktu lama buat gue menyadari keadaan yang sedang terjadi. Kalo Emil masuk rumah sakit, dan besok adalah hari pertama Emil ospek, sedangkan perlengkapan ospek belum komplit, siapa yang bakalan diminta buat nyari itu semua? Gue. Begonya gue nggak menyadari itu semua!
“Wi, mbak minta tolong sama kamu ya?” kata mbak Irma.
“….” Gue masih menyesali kebodohan gue.
“Emil harus istirahat buat besok, mbak juga harus jagain si Emil.” Mbak Irma mendehem. “Mmh, terus mas Roni kan lembur, jadi kamu tolong selesaiin belanjanya ya.”
“Tapi kan aku nggak ngerti belinya dimana aja mbak,” gue ngeles.
“Nanti kamu biar ditemenin sama Masayu.”
“Masayu?” ucap gue mengangkat sebelah alis.
“Iya Masayu,” kata mbak Irma. “Belum lama ditinggal lakinya selingkuh, jagain dia.”
Masayu? Siapa itu Masayu? Dari namanya sih cakep. Mungkin salah satu temen seangkatan Emil dan mempunyai kemungkinan suka sama gue, mungkin juga salah satu temennya mbak Irma yang doyan brondong kayak gue, dan mungkin juga mbak-mbak kosan yang ditinggal suaminya.
Serasa di hipnotis mbak Irma, gue udah berada di depan kos. Kos gue? Bukan! Artinya, Masayu ini bukan mbak-mbak kosan yang ditinggal suaminya. Kemungkinan besar dia mbak-mbak temennya mbak Irma yang doyan brondong. Kesempatan buat gue!
“Hei,” sapa seorang cewek sambil membuka pintu mobil. “Udah lama ya nunggunya?”
“Wow,” ucap gue spontan.
“Wow? Apanya?” tanyanya.
“Eh, enggak, cuma … kamu … wow.” Gue salah tingkah.
“Aku? Wow? Serius aku nggak ngerti.”
Dalam kecanggungan cewek itu masuk ke mobil. Ketika dia menutup pintu mobil harum parfumnya ngalahin pengharum mobil mas Roni, karena emang dasarnya mobil mas Roni nggak pake pengharum. Tapi serius ini harum banget, semacam aroma yang bisa bikin gue jatuh cinta saat itu juga.
“So … sori, kamu Masayu?” tanya gue.
“Ya iyalah,” jawabnya. “Kalo bukan, mana mungkin masuk mobil ini.”
“Mobil ini? Emang kamu tau aku siapa?”
“Mama tadi udah bbm kalo aku bakal di jemput Dawi pake mobilnya mas Roni, jadi udah pasti kamu Dawi kan,” jelasnya
“….” Gue mengangguk.
“Dah yuk, jalan,” ajaknya.
Gue turun dari mobil.
“Kenapa turun?” tanya Masayu.
“Ja … jalan kan?” jawab gue penuh kebodohan.
“Kamu mau ninggalin mobil disini?”
Oke, fix! Gue bener-bener nggak bisa fokus ketika deket sama Masayu. Nggak ada satu pun kegiatan yang berjalan dengan benar selama deket dia. Bahkan keringat gue mengucur deras membuat baju gue basah semua.
“Hawanya … panas ya?” ucap gue.
Masayu kelihatan heran, “Panas? ACnya udah mentok gini kamu bilang panas?”
Gue bener-bener kelihatan kayak orang dongo di deket Masayu, tapi untungnya Masayu nggak menyadari kedongoan gue. Mungkin, dia sadar tapi nggak sadar-sadar banget.
“Wi, semua barang udah ke beli,” kata Masayu. “Mau langsung balik?”
“Ya … ya udah, ba … balik, iya balik.” Kaki gue gemeteran nginjek persneling.
“Kamu gugup ya deket aku?” tanya Masayu.
Kampret! Gue ketahuan.
“Yaudah deh, yuk balik!” dia memegang tangan gue. “Aku bakalan pura-pura nggak sadar kalo kamu gugup kok.”
Nah kan, bener dugaan gue kalo dia nggak sadar gue bener-bener gugup. Iya, dia nggak sadar kalo gue gugup. Ok, gue akuin kalo Masayu jelas-jelas sadar tentang kegugupan gue.
Kalo orang-orang bilang jantung berdegup kencang, waktu melambat dan nafas jadi sesak adalah tanda-tanda orang jatuh cinta itu benar, maka, gue jatuh cinta sama Masayu.
End of chapter 4
Diubah oleh dasadharma10 09-02-2016 19:01
oray.galakci678 dan JabLai cOY memberi reputasi
0


