natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
I Am (NOT) Your Sister
Dear Warga SFTH.

Sebelumnya ijinkan gue untuk menulis sepenggal kisah hidup gue di SFTH. Cerita ini bersumber dari pengalaman pribadi yang gue modifikasi sedemikian rupa sehingga membentuk cerita karangan gue sendiri. Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang berbeda dari kedua tokohnya.
So... langsung saja.




Big thanks to quatzlcoatlfor cover emoticon-Smilie

Quote:
Diubah oleh natashyaa 20-01-2018 16:32
tukangdjagal
makola
imamarbai
imamarbai dan 6 lainnya memberi reputasi
7
461.8K
3K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
natashyaaAvatar border
TS
natashyaa
#1430
F Part 58
Belakangan ini gue tidak bicara dengan orang yang berada di rumah. Sepertinya gue sudah kembali menjadi gue sebenarnya, yang apatis dan anti sosial. Gue lebih suka menghabiskan waktu sendirian di kamar. Sudah tiga hari gue melakukan hal ini, berangkat sekolah pagi sekali , sarapan di luar, pulang lebih awal, lalu mengunci kamar agar tidak seorang pun yang bisa masuk. Gue tidak keluar kamar sekali, gue keluar kalau sekolah saja pas pagi hari. Gue menahan lapar dengan membeli makan yang gue bungkus atau cemilan yang gue beli di jalan pas pulang sekolah ke rumah. Yang gue lakukan di kamar selama beberapa hari ini hanya mengerjakan PR, membaca buku, mendengarkan musik, dan melamun. Di sekolah pun begitu, gue menghabiskan waktu di kelas, duduk di bangku gue sendiri. Jam istirahat pun gue tidak keluar sama sekali, gue hanya diam saja di kelas.

Semua orang peduli sama gue, tapi sayangnya gue tidak peduli. Di rumah, ibu sudah beberapa kali mencoba usaha untuk mengobrol dengan gue mengenai apa yang sedang terjadi, tapi gak gue tanggapi. Gue hanya mendengar suaranya di balik pintu. Kasihan memang, cuman ya begitulah, gue gak peduli. Begitu juga dengan si Ani yang hampir setiap saat, mengetuk, berteriak memanggil nama gue, bahkan ketika malam hari ini pas dia kebangun atau belum tidur dia selalu mencoba memanggil nama gue dari luar. Gue hanya pura-pura budek aja. Si Ani memang selalu berusaha. Dia menyelipkan surat ke kamar gue lewat celah di bawah pintu. Ketika gue membacanya, isinya:

“Kak Felisha cantik, kenapa? Kakak marah padaku ya? Salah aku apa kak? . Maafkan aku kak, bila aku membuat kakak marah. Aku mau kakak jangan marah padaku lagi dan kembali lagi. Kasihan mama kak, dia pengen ngobrol sama kakak. Teman-teman di sekolah juga nanyain ke aku, tentang kakak. Kenapa katanya kata mereka…
Kak maafin aku yah, nanti aku bikinin kue permintaan maaf.

By Ani.”

Ih geli, gue langsung merobek surat itu dan membuangnya ke luar lewat jendela.

***
Jam 4.45 adalah waktu gue berangkat keluar rumah untuk pergi ke sekolah. Biasanya jam segitu belum pada bangun. Tapi, sial ketika gue mencoba membuka pintu keluar, pintunya dikunci dan gue gak tau kuncinya dimana. Biasanya kuncinya suka digantung di tempat gantungan kunci rumah, tapi kali ini gak ada.

“Hayoloh, mau kemana.” Kata ibu gue yang tiba-tiba muncul memergoki gue yang sedang mencari kunci. Gue kaget mendengar suara ibu gue itu, gue seperti maling yang ketahuan. Di sana juga tiba-tiba ada Ani yang muncul membawa kue black forrest dengan tulisan permintaan maaf diatasnya.

“Pantes saja gak ketauan, ternyata jam segini berangkatnya.” Kata ibu ke Ani.
“Iya, pantes bu.”
“Tenang saja Ni, malingnya sudah ketangkep basah ini mah.”
“Hooh”

Gue cuman bisa memandangi mereka dengan risih. Gue merasa terkepung oleh mereka berdua. Untung saja cuma mereka berdua, satu lagi, yang lakinya sedang dinas keluar.

“Sayang kamu kenapa? Kamu mah seperti biasa dari dulu selalu gini kalau ada apa-apa the.” Kata ibu gue yang mengeluhkan gue.
Gak gue jawab, karena gak perlu gue jawab juga, lagian gue juga mau jawab apa, gue juga gak ngerti gue sendiri kenapa.

“Salah ibu apa? Maafin ibu atuh kalau ibu banyak salah sama kamu..” Kata ibu gue lagi.

“Maafin aku juga kak, aku tau aku banyak salah sama kakak.” Tambah si Ani.

“Kunci pintunya mana, aku mau sekolah!!” Bentak gue kepada mereka.

Mereka berdua saling memandang dan mengangkat bahu mereka masing-masing. Hal itu membuat gue semakin kesal, gue pun langsung bergegas kembali ke kamar gue dan tidak lupa menguncinya kembali. Gue pun akhirnya meliburkan diri dari sekolah.

***

Gara-gara mengunci diri di kamar, gue kelaparan. Dari pagi sampai jam 12 siang gue belum makan sama sekali. Selain itu gue juga kehausan. Rasa haus bisa terobati karena gue minum air dari kran kamar mandi gue. Gila memang, gue pun juga menganggap diri gue seperti itu. Tapi karena terpaksa aja gue minum air dari kran. Yah, berdoa aja semoga gue gak sakit perut atau muntah-muntah. Mungkin saking gilanya, gue mencoba mengganjal perut gue dengan tisu, gue mencoba makan tisu karena teringat berita yang lihat/baca kalau model untuk menjaga bentuk tubuhnya dengan cara makan tisu, tapi sebelum tisu yang gue makan masuk ke saluran pencernaan gue, gue keburu memuntahkan kembali karena rasanya tidak enak.

Pada akhirnya, gue dengan terpaksa keluar dari kamar gue. Gue juga punya sakit maag dan gue sendiri pun tidak ingin mati konyol karena kelaparan. Siang seperti ini si Ani sudah pasti di sekolah dan ibu paling-paling di kamarnya. Gue pun bergerak perlahan ke dapur, membuka kulkas mencari sesuatu untuk di makan, tapi nihil, gak ada makanan yang bisa gue makan dengan instan, semuanya masih berupa bahan dan harus di masak.. Kalau masak sesuatu misalnya menggoreng daging pasti ketahuan ibu. Lagian kalaupun masak sesuatu belum tentu juga kalau gue bisa. Lalu mata gue tertuju kepada sesuatu yang ada di meja makan, yaitu kue permintaan maaf dari Ani. Yah, mau gimana lagi, gue terpaksa memotong sebagian kue itu dan membawanya ke kamar untuk di makan. Sekali lagi, gue terpaksa memakannya, tapi harus diakui kuenya cukup enak.
***

Keesokan harinya adalah hari Minggu dan gue masih belum berdamai dengan siapapun. Kemarin gue bertahan hidup dengan makan kue dan minum air kran. Sudah empat hari juga gue bergerilya melakukan ini, gak tau deh gue turun berapa kg, tapi ya semoga aja kiloan gue turun, karena gue senang kalau kiloan gue turun.
Tapi gue bingung dasar pemikiran gue tentang hal yang sedang gue lakukan ini , gue malah merasa menyiksa diri sendiri sebenarnya. Kalau dipikir dengan akal sehat, gue mempunyai keluarga yang baik. Ibu gue baik, si Ani juga baik dan gue juga mempunyai teman-teman yang perhatian sama gue juga, tapi akibat kebastrakan yang ada di dalam diri gue, gue malah menjauhkan diri dari mereka.

“Bu…?”

“Ani….?”

Gue memanggil mereka. Tidak ada sautan dari mereka, kamar mereka masing-masing di kunci. Suasana rumah sepi. Gue sudah memeriksa seluruh rumah dan mereka berdua tidak ada. Gue tidak tahu keberadaan mereka dan sepertinya sekarang gue benar-benar ditinggal di rumah sendirian.
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.