PART 22

kita bertiga langsung pulang ketika mas Roni mendapat kabar bahwa di kosan terdapat huru-hara yang disebabkan oleh salah seorang penghuni kos. Entah kenapa muka mas Roni kelihatan sangat cemas setelah mendapat kabar itu. Mungkin orang ini cukup berpengaruh terhadap rumah kos, contohnya bapak kos. Bapak kos membuat keributan di kosannya sendiri, pemikiran bodoh apa yang sudah gue pikirkan.

Pagi hari adalah waktu dimana energi kita kembali pulih setelah beraktifitas dari hari kemarin. Maka dari itu banyak orang yang sangat menggebu-gebu melakukan kegiatan berat di pagi hari. Energi ini bisa disalurkan untuk kegiatan positif yang contohnya olahraga, bersih-bersih atau belajar untuk materi kuliah. Tapi energi ini bisa kita gunakan untuk kegiatan yang negatif juga, contohnya seperti nyolong ayam, kepoin mantan, dan teriak marah-marah nyalahin orang satu kosan. Setidaknya itulah yang sedang dilakukan oleh salah satu penghuni kos gue.

“Kalian ini nggak tau diri banget ya! Aku lagi istirahat enak-enak malah pada teriak-teriak nggak jelas!” penghuni kos itu teriak-teriak.
Mas Roni yang baru masuk kos dari parkir mobil menghampiri orang itu, “Ma, dengerin penjelasan ki—”
“Jangan potong!” teriak orang itu.
“Tapi kan Ma—”
“AKU BILANG JANGAN POTONG!”

Setelah sekian lama orang itu marah-marah akhirnya dia berhenti karena kecapean. Ketika energinya habis tak tersisa, saat itulah mas Roni mencecarnya dengan penjelasan. Dan sepertinya orang itu mulai memahami dan mau mengerti situasi yang tadi dia keluhkan. Orang kos yang akhirnya gue ketahui kalo dia seorang cewek menghampiri Emil dan kemudian memeluknya. Terlihat mereka berdua bisik-bisik kemudian keduanya memandang ke arah gue. Cewek itu memandang gue dengan tatapan ‘Lo harus diberi pelajaran!’ dan Emil memandang gue dengan tatapan ‘Habis lo sekarang!’ sedangkan mas Roni memandang gue dengan tatapan ‘Yang tabah ya bro.’