- Beranda
- Stories from the Heart
AKU, KAMU, DAN LEMON
...
TS
beavermoon
AKU, KAMU, DAN LEMON
SELAMAT DATANG DI RUMAH BEAVERMOON
Hallo semua, salam hangat dari bawah Gorong-gorong Sudirman
Kali ini ane akan coba buat share cerita yang ane buat. Jadi, selamat menikmati cerita ini dan tetap dukung kami meskipun hasilnya ngga banget
Jangan lupa buat RATE jika berkenan di hati kalian dan KOMENG jika ada kritik dan saran

Spoiler for Tanya Jawab:
Tanya Jawab Seputar Cerita
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi
Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri
Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget
Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel
A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja dulu
Q: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi

Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri

Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget

Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel

A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja duluQ: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Spoiler for Pembukaan:
AKU, KAMU, DAN LEMON
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
Spoiler for Index:
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Diubah oleh beavermoon 14-02-2016 13:50
dodolgarut134 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
186.6K
Kutip
823
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beavermoon
#693
Spoiler for Part 72:
Semuanya sudah ku persiapkan, dari mulai baju yang ku bawa hingga perlengkapan yang kecil. Ku periksa kembali barang-barang yang akan ku bawa dan tidak ada yang tertinggal satu pun. Aku bawa koper itu menuju lantai bawah dimana taksi yang sudah ku pesan menunggu. Aku berpamitan dengan Nanda dan juga Dinda.
“Kamu kalo udah selesai cepet pulang, kasian Nanda nanti.” Kata Dinda
Aku memeluknya cukup erat dan ku cium keningnya. Dan setelah itu aku melihat ke arah Nanda yang sudah meneteskan air matanya. Aku memeluknya, dan tangisannya semakin menjadi-jadi. Aku mencoba untuk menenangkanya agar tangisannya mereda
“Jaga rahasia kita...” Bisikku
Ia hanya dapat mengangguk dan kemudian ku lepas pelukannya. Dan terakhir aku menjabat tangan Irfan dan memintanya untuk menjaga Nanda dan juga Dinda selama aku pergi, dan ia menyanggupinya. Ku masukan koper yang ku bawa ke dalam bagasi dan setelah itu aku masuk ke dalam taksi.
Aku melambaikan tangan kepada mereka berdua dan kemudian taksi ini berjalan menuju Bandara. Selama di perjalanan aku hanya bisa melihat pemandangan yang cerah pagi ini. Aku meminta supir taksi ini untuk mematikan ac yang menyala dan kemudian ku nyalakan sebatang rokok untuk yang pertama kalinya hari ini. Dinda, maafkan aku. Aku harus kembali berbohong kepadamu, dan aku tau kalau kau akan membenci ku lagi untuk yang kesekian kalinya. Namun hanya ini yang dapat aku perbuat. Aku tidak punya pilihan lain selain pergi meninggalkan semuanya, termasuk engkau. Aku sudah tidak kuat lagi, aku menyerah dengan keadaan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di Bandara sepagi ini. Ku turunkan koper yang telah aku bawa dan kemudian aku membawanya masuk ke dalam. Aku kembali menyalakan sebatang rokok di luar sini sambil menunggu jam keberangkatanku hari ini. Tidak lama setelah itu berhentilah sebuah taksi dengan penumpangnya. Penumpang tersebut menghampiriku dan kemudian ia tersenyum.
“Hai Bram, udah siap semuanya kan?” Tanya Anindita
“Udah kok semuanya udah beres tinggal berangkat aja.” Jawabku
“Dinda gimana?” Tanyanya lagi
“Aku harus bohong sama dia, kalo dia tau mungkin semuanya bakalan lebih parah.” Jawabku
“Dan lebih parah lagi kalo dia tau kebohongan yang udah kamu buat.” Kata Anindita
“Aku tanggung resikonya.” Jawabku dengan tegas
Ia tersenyum kepadaku dan setelah rokok yang ku hisap habis akhirnya kami masuk ke dalam. Setelah semuanya beres akhirnya kami masuk ke dalam pesawat yang cukup besar. First Class untuk menempuh belasan jam penerbangan tidaklah berlebihan menurut kami. Kami mendapatkan pelayanan yang sangat istimewa dari maskapai ini.
“Selamat Pagi Bapak dan juga Ibu, ada yang bisa kami bantu untuk sarapan pagi?” Tanya Pramugari tersebut
“Aku mau pancake caramel sama teh hangat ya Mba, buat tunangan saya kopi hitam gulanya terpisah ya.” Kata Anindita
“Baiklah kami akan menyiapkannya, mohon ditunggu sebentar ya.” Kata Pramugari itu kemudian meninggalkan kami
“Tunangan?” Tanyaku melihatnya
Ia mengangguk dan tersenyum kepadaku. Penerbangan sudah dimulai dan pesanan kami sudah datang. Tidak banyak yang kami perbincangkan karena kami terlalu sibuk dengan tontonan yang disediakan oleh maskapai ini. Anindita bersandar di pundakku dan kuusap kepalanya dengan pelan.
Belum lama perjalanan kami, Anindita sudah tertidur dan kemudian ku atur bangkunya menjadi tempat tidur. Ku ambil selimut yang ada di bawah bangkunya dan kubentangkan agar menutupi seluruh tubuhnya. Dan kemudian aku kembali memikirkan apa yang telah aku lakukan kepada Dinda, aku tidak habis pikir setelah aku membuatnya celaka dan sekarang aku harus meninggalkannya untuk pergi bersama dengan Anindita.
“Permisi Mba...” Kataku pada Pramugari yang lewat di sampingku
“Iya Bapak ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya dengan ramah
“Saya boleh minta satu botol Corona?” Tanyaku
“Baik Pak akan segera saya ambilkan. Mau dengan tambahan lemonnya?” Tanyanya lagi
“Ngga usah Mba...” Kataku
Tidak lama pesananku datang, sudah cukup lama aku tidak meminum ini. Terakhir saat-saat bersama dengan Reza dan sekarang ia sudah berada di Bangkok dengan kapal pelayarannya. Aku ingat ketika ia mengirimkan beberapa foto kepadaku saat kapalnya bersandar di sana. Ia banyak berfoto dengan orang luar dan juga ia mencoba beberapa makanan yang cukup ekstrim, mulai dari kecoa, jangkrik, hingga kalajengking hitam yang rasanya pedas katanya.
Aku merasa bersyukur hubunganku dengan Reza kembali membaik, aku tidak habis pikir bagaimana aku bisa sejahat itu kepada sahabatku. Dan untungnya kami bisa saling mengerti satu sama lain
“Bram...” Kata Anindita
“Iya kenapa Nin?” Tanyaku sambil melihat ke arahnya
“Aku tidur udah berapa lama deh?” Tanyanya lagi
“Baru berapa jam, tidur lagi aja kalo emang masih ngantuk.” Kataku
Ia tersenyum kepadaku, ia sempat bangun dari tidurnya dan kemudian mencium bibirku
“Aku bangga sama kamu, kamu udah berani ngambil keputusan dengan bijak.” Katanya
Aku tersenyum membalasnya dan ia kembali ke posisi tidurnya. Dan sepertinya ia sudah kembali dalam tidurnya dan aku memilih untuk menonton film yang lain. Tidak terasa matahari sudah semakin tinggi, dan kemudian datanglah makan siang kami.
“Aku tidur lama juga ya berarti, hampir enam jam...” Kata Anindita kembali dari kamar mandi
“Ya nggapapa, sekarang makan aja dulu abis itu kamu tidur lagi.” Kataku
Selesai dengan makan siang kami, aku memilih untuk berbaring. Badanku sudah cukup pegal dengan posisi duduk. Anindita mendekatkan tubuhnya kepadaku dan ia kembali menciumku, kali ini cukup lama. Kedatangan Pramugari tidak membuat kami canggung, entah kenapa kami bisa mengatasi kondisi seperti ini
“Maaf ya Bapak dan Ibu saya menganggu waktunya...” Kata Pramugari itu mengambil piring dan juga gelas yang ada di meja kami
“Nggapapa Mba, aku kangen banget sama dia. Abisan kerja mulu makanya sekarang liburan.” Kata Anindita
“Oh memang Bapak kerja sebagai apa kalo boleh tau?” Tanya Pramugari itu
“Dia abis nyelesaiin proyek apartemen Mba, liburnya aja ngga nentu. Makanya kita liburan duluan sebelum nikah nanti, selesai nikah udah ada proyek yang nunggu dia.” Kata Anindita lagi
Aku hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Anindita. Setelah Pramugari itu pergi aku melihat ke arah Anindita dan ia juga melihat ke arahku. Aku bangun dari tidurku dan ku cium lagi bibirnya. Setelah itu ia tersenyum kepadaku, dan aku memutuskan untuk tidur sejenak.
Sebenarnya aku memiliki hubungan yang tidak jelas dengan Anindita. Aku hanyalah temannya, namun perlakuan kami sudah seperti bukan teman. Mengkhianati adalah kata-kata yang tepat untuk menunjukkan apa yang telah aku lakukan kepada Dinda, aku bukan lah laki-laki yang baik seperti dulu lagi. Aku bukan lah Bram yang hanya mencintai satu wanita lagi. Aku bukan lah Bram yang akan menggoreng seorang laki-laki dengan adonan bakwan jika ia telah menyakiti hati wanita, karena kali ini aku lah yang akan menggoreng diriku sendiri dengan adonan bakwan beserta irisan wortel, kol dan bawang.
Aku bangun dari tidurku dan melihat Anindita yang sudah tertidur kembali. Aku menarik selimutnya untuk menutupi badannya agar ia merasa hangat selama perjalanan. Aku bangun dari tidurku untuk ke kamar mandi sekedar mencuci mukaku. Kemudian aku kembali ke tempat dudukku dan meminta Pramugari membawakan secangkir kopi hitam lagi untukku
“Kira-kira landing berapa jam lagi ya Mba?” Tanyaku
“Sekitar dua sampai tiga jam lagi Pak.” Kata Pramugari itu
Aku mengangguk dan kemudian pramugari itu pergi meninggalkanku. Ku nikmati secangkir kopi hitam ini lagi dan meningatanku pada suatu kejadian dimana aku mengenal Dinda dari secangkir kopi pahit ini. Aku kembali mengingat bagaimana aku diperkenalkan oleh Barista di Kafe langgananku. Bagaimana aku bertemu dengannya di kampus dan di sebuah pusat perbelanjaan. Bagaimana aku bertemu dengannya juga di warung pecel langgananku, dan di situlah Nanda berkata bahwa ia lebih baik dari Zahra. Dan ada satu nama lagi yang ku ingat jika berbicara mengenai kopi hitam ini, seorang wanita yang telah membuatku mengerti apa artinya mencintai dan dicintai dan juga berkatnya lah aku mencintai kopi pahit ini.
Secangkir kopi ini sudah habis bersamaan dengan film yang aku tonton. Anindita terbangun dari tidurnya dan ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku mengusap kepalanya dengan pelan dan kemudian ia melihatku dan tersenyum kepadaku. Dan benar saja, sebentar lagi pesawat akan landing. Setelah melalui proses landing yang lancar akhirnya kami tiba di sebuah Bandara yang cukup besar dan banyak orang berbincang yang aku sendiri belum terlalu paham apa yang mereka bicarakan.
Kami menaiki sebuah taksi menuju tempat penginapan yang sudah kami tentukan sebelumnya. Sekitar satu jam di perjalanan akhirnya kami tiba di sebuah hotel yang cukup menarik mataku. Kami diantarkan menuju kamar yang sudah kami pesan dan setelah itu kami menaruh barang bawaan kami. Sebuah kasur King Size yang sangat cukup untuk kami berdua, LCD TV 42”, dan beberapa fasilitas lain yang sangat cukup untuk kami.
“Mau istirahat apa gimana?” Tanya Anindita
“Mandi dulu deh bentar...” Kataku
Aku segera menuju kamar mandi dan setelah selesai aku menunggu Anindita selesai dengan urusan mandinya. Setelah semuanya siap akhirnya kami keluar dari hotel menuju sebuah kedai kopi yang direkomendasikan oleh Anindita. Kami hanya perlu berjalan sebentar untuk tiba di kedai tersebut. Kedai yang berdekatan dengan pinggiran sungai ini sangat membuatku kagum dengan pemandangan sekitarnya. Setelah memesan kopi dan beberapa cemilan akhirnya kami duduk dekat sungai tersebut.
“Kamu kenapa Bram?” Tanyanya
“Aku ngga percaya aja bisa ke sini juga. Impian sejak aku SMP, semenjak aku tau ini dari pelajaran Geografi dan aku bener-bener cinta sama kota ini.” Jelasku
Ia tersenyum kepadaku dan kemudian ia kembali menciumku
“Selamat datang di Venesia...” Bisiknya
“Kamu kalo udah selesai cepet pulang, kasian Nanda nanti.” Kata Dinda
Aku memeluknya cukup erat dan ku cium keningnya. Dan setelah itu aku melihat ke arah Nanda yang sudah meneteskan air matanya. Aku memeluknya, dan tangisannya semakin menjadi-jadi. Aku mencoba untuk menenangkanya agar tangisannya mereda
“Jaga rahasia kita...” Bisikku
Ia hanya dapat mengangguk dan kemudian ku lepas pelukannya. Dan terakhir aku menjabat tangan Irfan dan memintanya untuk menjaga Nanda dan juga Dinda selama aku pergi, dan ia menyanggupinya. Ku masukan koper yang ku bawa ke dalam bagasi dan setelah itu aku masuk ke dalam taksi.
Aku melambaikan tangan kepada mereka berdua dan kemudian taksi ini berjalan menuju Bandara. Selama di perjalanan aku hanya bisa melihat pemandangan yang cerah pagi ini. Aku meminta supir taksi ini untuk mematikan ac yang menyala dan kemudian ku nyalakan sebatang rokok untuk yang pertama kalinya hari ini. Dinda, maafkan aku. Aku harus kembali berbohong kepadamu, dan aku tau kalau kau akan membenci ku lagi untuk yang kesekian kalinya. Namun hanya ini yang dapat aku perbuat. Aku tidak punya pilihan lain selain pergi meninggalkan semuanya, termasuk engkau. Aku sudah tidak kuat lagi, aku menyerah dengan keadaan.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di Bandara sepagi ini. Ku turunkan koper yang telah aku bawa dan kemudian aku membawanya masuk ke dalam. Aku kembali menyalakan sebatang rokok di luar sini sambil menunggu jam keberangkatanku hari ini. Tidak lama setelah itu berhentilah sebuah taksi dengan penumpangnya. Penumpang tersebut menghampiriku dan kemudian ia tersenyum.
“Hai Bram, udah siap semuanya kan?” Tanya Anindita
“Udah kok semuanya udah beres tinggal berangkat aja.” Jawabku
“Dinda gimana?” Tanyanya lagi
“Aku harus bohong sama dia, kalo dia tau mungkin semuanya bakalan lebih parah.” Jawabku
“Dan lebih parah lagi kalo dia tau kebohongan yang udah kamu buat.” Kata Anindita
“Aku tanggung resikonya.” Jawabku dengan tegas
Ia tersenyum kepadaku dan setelah rokok yang ku hisap habis akhirnya kami masuk ke dalam. Setelah semuanya beres akhirnya kami masuk ke dalam pesawat yang cukup besar. First Class untuk menempuh belasan jam penerbangan tidaklah berlebihan menurut kami. Kami mendapatkan pelayanan yang sangat istimewa dari maskapai ini.
“Selamat Pagi Bapak dan juga Ibu, ada yang bisa kami bantu untuk sarapan pagi?” Tanya Pramugari tersebut
“Aku mau pancake caramel sama teh hangat ya Mba, buat tunangan saya kopi hitam gulanya terpisah ya.” Kata Anindita
“Baiklah kami akan menyiapkannya, mohon ditunggu sebentar ya.” Kata Pramugari itu kemudian meninggalkan kami
“Tunangan?” Tanyaku melihatnya
Ia mengangguk dan tersenyum kepadaku. Penerbangan sudah dimulai dan pesanan kami sudah datang. Tidak banyak yang kami perbincangkan karena kami terlalu sibuk dengan tontonan yang disediakan oleh maskapai ini. Anindita bersandar di pundakku dan kuusap kepalanya dengan pelan.
Belum lama perjalanan kami, Anindita sudah tertidur dan kemudian ku atur bangkunya menjadi tempat tidur. Ku ambil selimut yang ada di bawah bangkunya dan kubentangkan agar menutupi seluruh tubuhnya. Dan kemudian aku kembali memikirkan apa yang telah aku lakukan kepada Dinda, aku tidak habis pikir setelah aku membuatnya celaka dan sekarang aku harus meninggalkannya untuk pergi bersama dengan Anindita.
“Permisi Mba...” Kataku pada Pramugari yang lewat di sampingku
“Iya Bapak ada yang bisa saya bantu?” Tanyanya dengan ramah
“Saya boleh minta satu botol Corona?” Tanyaku
“Baik Pak akan segera saya ambilkan. Mau dengan tambahan lemonnya?” Tanyanya lagi
“Ngga usah Mba...” Kataku
Tidak lama pesananku datang, sudah cukup lama aku tidak meminum ini. Terakhir saat-saat bersama dengan Reza dan sekarang ia sudah berada di Bangkok dengan kapal pelayarannya. Aku ingat ketika ia mengirimkan beberapa foto kepadaku saat kapalnya bersandar di sana. Ia banyak berfoto dengan orang luar dan juga ia mencoba beberapa makanan yang cukup ekstrim, mulai dari kecoa, jangkrik, hingga kalajengking hitam yang rasanya pedas katanya.
Aku merasa bersyukur hubunganku dengan Reza kembali membaik, aku tidak habis pikir bagaimana aku bisa sejahat itu kepada sahabatku. Dan untungnya kami bisa saling mengerti satu sama lain
Spoiler for Flashback:
“Gimana kabar lu di Bangkok? Sehat kan ngga ketemu usus sama kikil?” Tanyaku
“Lumayan, masih ada telor balado jadi masih aman. Gimana sama yang lain?” Tanyanya
“Dinda sama Nanda baik-baik aja. Eh lu beneran baliknya masih lama?” Tanyaku
“Ya paling berapa bulan lagi, kangen lu ya sama gue?” Tanyanya
“Udah lama ngga lempar orang make bantal gue, makanya lu buruan balik.” Kataku
“Santai aja, emang seorang Kamen Rider Eja pasti banyak yang ngangenin.” Katanya
“Oh iya gue mau ngomong sesuatu sama lu, mumpung gue masih di sini.” Kataku
“Mau ngomong apaan? Ini kan kita lagi ngomong di Skype.” Tanyanya
“Lumayan, masih ada telor balado jadi masih aman. Gimana sama yang lain?” Tanyanya
“Dinda sama Nanda baik-baik aja. Eh lu beneran baliknya masih lama?” Tanyaku
“Ya paling berapa bulan lagi, kangen lu ya sama gue?” Tanyanya
“Udah lama ngga lempar orang make bantal gue, makanya lu buruan balik.” Kataku
“Santai aja, emang seorang Kamen Rider Eja pasti banyak yang ngangenin.” Katanya
“Oh iya gue mau ngomong sesuatu sama lu, mumpung gue masih di sini.” Kataku
“Mau ngomong apaan? Ini kan kita lagi ngomong di Skype.” Tanyanya
“Bram...” Kata Anindita
“Iya kenapa Nin?” Tanyaku sambil melihat ke arahnya
“Aku tidur udah berapa lama deh?” Tanyanya lagi
“Baru berapa jam, tidur lagi aja kalo emang masih ngantuk.” Kataku
Ia tersenyum kepadaku, ia sempat bangun dari tidurnya dan kemudian mencium bibirku
“Aku bangga sama kamu, kamu udah berani ngambil keputusan dengan bijak.” Katanya
Aku tersenyum membalasnya dan ia kembali ke posisi tidurnya. Dan sepertinya ia sudah kembali dalam tidurnya dan aku memilih untuk menonton film yang lain. Tidak terasa matahari sudah semakin tinggi, dan kemudian datanglah makan siang kami.
“Aku tidur lama juga ya berarti, hampir enam jam...” Kata Anindita kembali dari kamar mandi
“Ya nggapapa, sekarang makan aja dulu abis itu kamu tidur lagi.” Kataku
Selesai dengan makan siang kami, aku memilih untuk berbaring. Badanku sudah cukup pegal dengan posisi duduk. Anindita mendekatkan tubuhnya kepadaku dan ia kembali menciumku, kali ini cukup lama. Kedatangan Pramugari tidak membuat kami canggung, entah kenapa kami bisa mengatasi kondisi seperti ini
“Maaf ya Bapak dan Ibu saya menganggu waktunya...” Kata Pramugari itu mengambil piring dan juga gelas yang ada di meja kami
“Nggapapa Mba, aku kangen banget sama dia. Abisan kerja mulu makanya sekarang liburan.” Kata Anindita
“Oh memang Bapak kerja sebagai apa kalo boleh tau?” Tanya Pramugari itu
“Dia abis nyelesaiin proyek apartemen Mba, liburnya aja ngga nentu. Makanya kita liburan duluan sebelum nikah nanti, selesai nikah udah ada proyek yang nunggu dia.” Kata Anindita lagi
Aku hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Anindita. Setelah Pramugari itu pergi aku melihat ke arah Anindita dan ia juga melihat ke arahku. Aku bangun dari tidurku dan ku cium lagi bibirnya. Setelah itu ia tersenyum kepadaku, dan aku memutuskan untuk tidur sejenak.
Sebenarnya aku memiliki hubungan yang tidak jelas dengan Anindita. Aku hanyalah temannya, namun perlakuan kami sudah seperti bukan teman. Mengkhianati adalah kata-kata yang tepat untuk menunjukkan apa yang telah aku lakukan kepada Dinda, aku bukan lah laki-laki yang baik seperti dulu lagi. Aku bukan lah Bram yang hanya mencintai satu wanita lagi. Aku bukan lah Bram yang akan menggoreng seorang laki-laki dengan adonan bakwan jika ia telah menyakiti hati wanita, karena kali ini aku lah yang akan menggoreng diriku sendiri dengan adonan bakwan beserta irisan wortel, kol dan bawang.
Aku bangun dari tidurku dan melihat Anindita yang sudah tertidur kembali. Aku menarik selimutnya untuk menutupi badannya agar ia merasa hangat selama perjalanan. Aku bangun dari tidurku untuk ke kamar mandi sekedar mencuci mukaku. Kemudian aku kembali ke tempat dudukku dan meminta Pramugari membawakan secangkir kopi hitam lagi untukku
“Kira-kira landing berapa jam lagi ya Mba?” Tanyaku
“Sekitar dua sampai tiga jam lagi Pak.” Kata Pramugari itu
Aku mengangguk dan kemudian pramugari itu pergi meninggalkanku. Ku nikmati secangkir kopi hitam ini lagi dan meningatanku pada suatu kejadian dimana aku mengenal Dinda dari secangkir kopi pahit ini. Aku kembali mengingat bagaimana aku diperkenalkan oleh Barista di Kafe langgananku. Bagaimana aku bertemu dengannya di kampus dan di sebuah pusat perbelanjaan. Bagaimana aku bertemu dengannya juga di warung pecel langgananku, dan di situlah Nanda berkata bahwa ia lebih baik dari Zahra. Dan ada satu nama lagi yang ku ingat jika berbicara mengenai kopi hitam ini, seorang wanita yang telah membuatku mengerti apa artinya mencintai dan dicintai dan juga berkatnya lah aku mencintai kopi pahit ini.
Secangkir kopi ini sudah habis bersamaan dengan film yang aku tonton. Anindita terbangun dari tidurnya dan ia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku mengusap kepalanya dengan pelan dan kemudian ia melihatku dan tersenyum kepadaku. Dan benar saja, sebentar lagi pesawat akan landing. Setelah melalui proses landing yang lancar akhirnya kami tiba di sebuah Bandara yang cukup besar dan banyak orang berbincang yang aku sendiri belum terlalu paham apa yang mereka bicarakan.
Kami menaiki sebuah taksi menuju tempat penginapan yang sudah kami tentukan sebelumnya. Sekitar satu jam di perjalanan akhirnya kami tiba di sebuah hotel yang cukup menarik mataku. Kami diantarkan menuju kamar yang sudah kami pesan dan setelah itu kami menaruh barang bawaan kami. Sebuah kasur King Size yang sangat cukup untuk kami berdua, LCD TV 42”, dan beberapa fasilitas lain yang sangat cukup untuk kami.
“Mau istirahat apa gimana?” Tanya Anindita
“Mandi dulu deh bentar...” Kataku
Aku segera menuju kamar mandi dan setelah selesai aku menunggu Anindita selesai dengan urusan mandinya. Setelah semuanya siap akhirnya kami keluar dari hotel menuju sebuah kedai kopi yang direkomendasikan oleh Anindita. Kami hanya perlu berjalan sebentar untuk tiba di kedai tersebut. Kedai yang berdekatan dengan pinggiran sungai ini sangat membuatku kagum dengan pemandangan sekitarnya. Setelah memesan kopi dan beberapa cemilan akhirnya kami duduk dekat sungai tersebut.
“Kamu kenapa Bram?” Tanyanya
“Aku ngga percaya aja bisa ke sini juga. Impian sejak aku SMP, semenjak aku tau ini dari pelajaran Geografi dan aku bener-bener cinta sama kota ini.” Jelasku
Ia tersenyum kepadaku dan kemudian ia kembali menciumku
“Selamat datang di Venesia...” Bisiknya
Diubah oleh beavermoon 03-02-2016 15:07
khuman dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas