- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah, gue mati aja
...
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Cover By: kakeksegalatahu
Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.
Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue


----------
----------
PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.
----------
Spoiler for QandA:
WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+
NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY
Spoiler for Ilustrasi:
Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#62
PART 14
Sekitar jam setengah sepuluh malam gue kembali terbangun, tapi kali ini gue bangun bukan gara-gara cewek disebelah gue melainkan gara-gara petugas pemeriksa tiket. Karena cewek di sebelah gue tertidur, setelah tiket gue diperiksa, gue ambil tiket punya cewek itu yang diletakkan di bagian belakang kursi didepannya. Tiket itu gue berikan pada petugas untuk dilakukan pemeriksaan. Sebelum gue kembalikan tiket itu, gue sempatkan membaca data-datanya sekilas. Namanya Emillia Rosa dan dia seumuran sama gue. Sepertinya dia juga mahasiswa baru dan dia ke Jogja buat kuliah.
Setelah mengembalikan tiket pada tempatnya gue pun mematikan netbook gue yang ada di pangkuan itu cewek. Ketika gue ambil netbook di pangkuan dia tiba-tiba tangannya mencengkram tangan gue. Mampus, pasti gue dipikir mau grepein dia. Gue shock, bingung nggak tahu musti gimana. Tapi ternyata pikiran gue salah. Cengkraman tangan dia lama-lama mengendor dan tangan gue langsung menarik netbook gue. Cepat-cepat gue memasukkan netbook ke dalam tas gue. Selanjutnya gue kembali duduk dan berusaha tidur dengan memposisikan badan gue seperti sebelumnya.
Niat gue melanjutkan tidur ternyata sia-sia. Tubuh gue berasa ada yang lagi goyang-goyangin. Sewaktu gue buka mata, ternyata cewek di sebelah gue menggoyang-goyangkan tubuh gue. Cewek itu sekarang kembali terbangun.
“Apaan?” tanya gue.
“Netbooknya nggak ada!” dia terdengar panik.
“Gue masukin ke dalem tas,” jawab gue tanpa membuka mata.
Dia menggoyang-goyangkan tubuh gue lagi.
“Apalagi sih?” gue menengok.
“Laper,” ucapnya lirih.
“Makanlah, malah curhat.”
“Nggak ada makanan,” ucapnya lagi.
“Ha?! Masa iya pergi jauh nggak bawa bekal?” ucap gue setengah membuka mata.
“Laaapeeeeeeerrrr,” dia kembali menggoyang-goyangkan tubuh gue lagi.
“Iyaaaaaa.” Gue bangkit dari kursi.
Gue berdiri mengambil tas gue, dan mengeluarkan bekal gue yang tadi disiapin nyokap. Gue sodorkan bekal gue dan langsung diambilnya. Dia masih diam sambil terus melihat gue yang kembali menaikkan tas.
“Buruan di makan,” kata gue.
“Minumnya?”
“Nanti gue ambilin.”
“Kalo tesedak gimana?”
Nah kan ngerepotin gue lagi. Ini cewek bener-bener ribet banget. Gue ambil botol minum dari dalam tas lalu memberikannya. Sewaktu gue menaikkan tas, gue melihat dia memakan bekal gue dengan lahap, terlihat juga mukanya yang ternyata sedikit pucat. Melihat dia makan begitu lahap tenggorokan gue jadi kering. Gue ambil botol mineral di pangkuan itu cewek dan bermaksud meminumnya. Belum selesai gue membuka botol itu tiba-tiba botol direbut oleh cewek itu.
“Kenapa sih?”
“Cari minum lain lah,” ucapnya.
“Gue cuma minum dikit, lagian itu juga punya gue.” Gue mencoba merebut botol, “Bagi dikit doang kenapa sih, gue haus beneran ini.”
“Nanti bibirnya sentuhan!” tolak dia.
“Ha? Bibir? Sentuhan?” gumam gue.
Setelah yakin bahwa gue menyerah dengan botol mineral itu, dia melanjutkan makannya.
Gue ambil tas gue lagi lalu mengambil susu kotak yang tadi dibeliin nyokap. Setelah meminum secukupnya gue meletakkan susu di bagian belakang kursi di depan gue. Gue lihat dia melohat ke arah susu kotak gue.
"Kenapa lagi? mau susu kotak juga?"
Dia diam saja.
"Ga usah, nanti bibirnya sentuhan."
Gue berusaha untuk tidur lagi, tapi lagi-lagi usaha gue digagalkan oleh makhluk itu. Dia menyodorkan bekal gue yang kemudian gue terima. Karena gue pikir dia udahan makannya jadi gue berniat menghabiskan sisa makanan di tempat makanan itu.
Sewaktu sendok pertama hampir masuk ke mulut gue, dia menarik tangan gue dan menjauhkannya dari mulut gue. Bisa ditebak, dia nggak mau bibir dia yang ada disendok itu bersentuhan sama bibir gue. Rasanya gue pengin teriak sekeras-kerasnya lalu lompat keluar kereta terus gue dorong itu kereta sampe terguling. Dengan hati dongkol gue memasukkan tempat makan itu ke dalam tas yang ada diatas.
“Kok dimasukin sih!” ucapnya. “Kan cuma minta tolong buat pegangin sebentar!”
“Lhah, gue kira lo udahan makannya,” ujar gue.
“Orang cuma mau minum doang,” kata dia manyun.
“Iyaaaaaa, gue ambilin lagi,” gue ambil tempat makan itu lalu menyerahkannya.
“Udah nggak nafsu!” dia memalingkan muka.
Ya Tuhan! Hamba sadar bahwa hamba bersalah hari ini sholat subuh kesiangan! Tapi apakah hukuman yang Engkau berikan ini tidak terlalu kejam! Harusnya tadi sebelum gue memberi dia makanan dan minuman ada baiknya gue campur dengan racun, paling tidak obat tidur. Tapi sayangnya hati nurani gue nggak sampai hati melakukan semua itu.
Sekitar jam setengah sepuluh malam gue kembali terbangun, tapi kali ini gue bangun bukan gara-gara cewek disebelah gue melainkan gara-gara petugas pemeriksa tiket. Karena cewek di sebelah gue tertidur, setelah tiket gue diperiksa, gue ambil tiket punya cewek itu yang diletakkan di bagian belakang kursi didepannya. Tiket itu gue berikan pada petugas untuk dilakukan pemeriksaan. Sebelum gue kembalikan tiket itu, gue sempatkan membaca data-datanya sekilas. Namanya Emillia Rosa dan dia seumuran sama gue. Sepertinya dia juga mahasiswa baru dan dia ke Jogja buat kuliah.
Setelah mengembalikan tiket pada tempatnya gue pun mematikan netbook gue yang ada di pangkuan itu cewek. Ketika gue ambil netbook di pangkuan dia tiba-tiba tangannya mencengkram tangan gue. Mampus, pasti gue dipikir mau grepein dia. Gue shock, bingung nggak tahu musti gimana. Tapi ternyata pikiran gue salah. Cengkraman tangan dia lama-lama mengendor dan tangan gue langsung menarik netbook gue. Cepat-cepat gue memasukkan netbook ke dalam tas gue. Selanjutnya gue kembali duduk dan berusaha tidur dengan memposisikan badan gue seperti sebelumnya.
Niat gue melanjutkan tidur ternyata sia-sia. Tubuh gue berasa ada yang lagi goyang-goyangin. Sewaktu gue buka mata, ternyata cewek di sebelah gue menggoyang-goyangkan tubuh gue. Cewek itu sekarang kembali terbangun.
“Apaan?” tanya gue.
“Netbooknya nggak ada!” dia terdengar panik.
“Gue masukin ke dalem tas,” jawab gue tanpa membuka mata.
Dia menggoyang-goyangkan tubuh gue lagi.
“Apalagi sih?” gue menengok.
“Laper,” ucapnya lirih.
“Makanlah, malah curhat.”
“Nggak ada makanan,” ucapnya lagi.
“Ha?! Masa iya pergi jauh nggak bawa bekal?” ucap gue setengah membuka mata.
“Laaapeeeeeeerrrr,” dia kembali menggoyang-goyangkan tubuh gue lagi.
“Iyaaaaaa.” Gue bangkit dari kursi.
Gue berdiri mengambil tas gue, dan mengeluarkan bekal gue yang tadi disiapin nyokap. Gue sodorkan bekal gue dan langsung diambilnya. Dia masih diam sambil terus melihat gue yang kembali menaikkan tas.
“Buruan di makan,” kata gue.
“Minumnya?”
“Nanti gue ambilin.”
“Kalo tesedak gimana?”
Nah kan ngerepotin gue lagi. Ini cewek bener-bener ribet banget. Gue ambil botol minum dari dalam tas lalu memberikannya. Sewaktu gue menaikkan tas, gue melihat dia memakan bekal gue dengan lahap, terlihat juga mukanya yang ternyata sedikit pucat. Melihat dia makan begitu lahap tenggorokan gue jadi kering. Gue ambil botol mineral di pangkuan itu cewek dan bermaksud meminumnya. Belum selesai gue membuka botol itu tiba-tiba botol direbut oleh cewek itu.
“Kenapa sih?”
“Cari minum lain lah,” ucapnya.
“Gue cuma minum dikit, lagian itu juga punya gue.” Gue mencoba merebut botol, “Bagi dikit doang kenapa sih, gue haus beneran ini.”
“Nanti bibirnya sentuhan!” tolak dia.
“Ha? Bibir? Sentuhan?” gumam gue.
Setelah yakin bahwa gue menyerah dengan botol mineral itu, dia melanjutkan makannya.
Gue ambil tas gue lagi lalu mengambil susu kotak yang tadi dibeliin nyokap. Setelah meminum secukupnya gue meletakkan susu di bagian belakang kursi di depan gue. Gue lihat dia melohat ke arah susu kotak gue.
"Kenapa lagi? mau susu kotak juga?"
Dia diam saja.
"Ga usah, nanti bibirnya sentuhan."
Gue berusaha untuk tidur lagi, tapi lagi-lagi usaha gue digagalkan oleh makhluk itu. Dia menyodorkan bekal gue yang kemudian gue terima. Karena gue pikir dia udahan makannya jadi gue berniat menghabiskan sisa makanan di tempat makanan itu.
Sewaktu sendok pertama hampir masuk ke mulut gue, dia menarik tangan gue dan menjauhkannya dari mulut gue. Bisa ditebak, dia nggak mau bibir dia yang ada disendok itu bersentuhan sama bibir gue. Rasanya gue pengin teriak sekeras-kerasnya lalu lompat keluar kereta terus gue dorong itu kereta sampe terguling. Dengan hati dongkol gue memasukkan tempat makan itu ke dalam tas yang ada diatas.
“Kok dimasukin sih!” ucapnya. “Kan cuma minta tolong buat pegangin sebentar!”
“Lhah, gue kira lo udahan makannya,” ujar gue.
“Orang cuma mau minum doang,” kata dia manyun.
“Iyaaaaaa, gue ambilin lagi,” gue ambil tempat makan itu lalu menyerahkannya.
“Udah nggak nafsu!” dia memalingkan muka.
Ya Tuhan! Hamba sadar bahwa hamba bersalah hari ini sholat subuh kesiangan! Tapi apakah hukuman yang Engkau berikan ini tidak terlalu kejam! Harusnya tadi sebelum gue memberi dia makanan dan minuman ada baiknya gue campur dengan racun, paling tidak obat tidur. Tapi sayangnya hati nurani gue nggak sampai hati melakukan semua itu.
Diubah oleh dasadharma10 03-02-2016 23:10
JabLai cOY memberi reputasi
1


