Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.
Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.
Hari ini adalah pengumuman kelulusan UN untuk kakak tingkat kelas XII, ya hari ini adalah hari yang spesial untuk Adelia, Steffany, Helen dan Selvy. Salah satu hari yang paling gue benci, karena mungkin setelah ini gue nggak akan bisa lagi melihat, berkumpul, gila-gilaan bersama mereka berempat.
Gue duduk diatas sofa basecamp sambil melamun, pikiran gue saat itu entah kemana. Hari ini sebenernya gue lagi nggak mood buat kesekolah dan juga memang anak-anak kelas X dan XI di liburkan tapi berhubung gue dipaksa oleh Bobby untuk kesekolah alasannya sih dia mau ngeliat gimana ramenya acara kelulusan kelas XII dan juga kamera gue kemarin ketinggalan di basecamp setelah mengambil foto Adelia dkk di seputaran sekolah, makanya gue datang juga ke sekolah bersama diandra – yang juga diajak oleh Bobby.
“Ndre, jangan lupa nanti kita manggung buat anak-anak XII.” Ucap bobby tiba-tiba disaat gue lagi bengong diatas sofa.
“Gue udah nggak ada gairah lagi buat manggung atau ngeband.” Ucap gue yang bener-bener lupa kalau kita diminta anak-anak kelas XII untuk manggung. Setelah debut band kami tempo hari, hampir semua murid-murid sekolah gue menjadi fans kami, terutama fans Diandra. Gue takjub sama ingatan bobby yang masih mengingat janji kami sama anak-anak kelas XII tahun lalu, untuk menghibur mereka saat kelulusan nanti.
“Jangan gitu lah ndre.” ucap bobby menghampiri dan duduk disebelah gue.
“Gue ngerti gimana perasaan lo sekarang ndre, tapi lo tau kan cepat atau lambat kita nggak akan bisa terus bersama, perpisahan itu pastilah terjadi selama masih ada pertemuan. Lo harus bisa nerima ini semua dengan iklas.”
“Lo ngerti perasaan gue? Lo itu nggak ngerti apa-apa sama perasaan gue saat ini bob.”
“Ok gue nggak ngerti perasaan lo sekarang, tapi gue minta lo jangan gini lah. Nggak kasian lo sama Diandra, Adelia, Steffany, Helen sama
Selvy? “
“Gue tau lo masih marah sama mereka, gue juga sama kayak lo ndre, gue masih emosi, marah, dendam tapi gue mohon jangan sampe emosi lo itu merusak kebahagiaan Adelia sama yang lainnya hari ini ndre.”
“Gue nggak bisa bob..” ucap gue menitikkan air mata. “Gue nggak bisa..”
“Lo pasti bisa ndre, lo harus kuat nerima semuanya. Meskipun lo nangis darah pun semua nggak akan bisa kembali lagi.” Bobby memegang erat pundak gue.
Gue bangkit dari sofa dan keluar dari ruangan, pikiran gue bener-bener kacau, emosi gue masih meninggi akibat kematian kipli dua bulan lalu, sebuah kejadian akibat perbuatan gue yang lalu. Gue nggak menyangka kalau kejadian sewaktu bersama Steffany di resto lalu ternyata masih meninggalkan bekas dendam di hati mantan Steffany itu.
Quote:
Sabtu sore, seperti biasanya gue, kipli dan bobby masih betah nongkrong-nongkron di basecamp sesudah latihan rutin. Diandra sudah pulang duluan, seperti biasa diandra selalu menolak untuk diantar pulang, entah kenapa dia seperti nggak mau gue tahu dimana rumahnya, saat gue tanya kenapa nggak pernah mau diantar pulang dia cuma jawab “Nggak apa-apa, aku nggak mau ngerepotin kamu.” Gue paksa juga dia tetep nggak mau. Ya udah deh, daripada ntar ribut akhirnya gue nggak pernah mengantar dia pulang, kecuali kalau dia minta, namun sampai sekarang dia nggak pernah mau dianterin pulang sama gue.
“Eh, ke depan yuk beli minum. Haus nih.” Ucap kipli
“Yuk ah, gue juga agak laper nih.” Jawab bobby
Ditengah perjalanan, tepatnya didepan perpus. Kami dihadang oleh sekumpulan cowo berseragam SMA berjumlah empat orang, dari wajah-wajahnya nggak ada satupun dari mereka yang kami kenal kecuali satu orang yaitu mantannya Steffany. Dia datang menghampiri dengan gayanya yang tengil banget, mentang-mentang bokapnya pejabat.
“Lo mau ngapain?” tanya gue
“Gue mau buat perhitungan sama elo. Gara-gara lo gue putus sama steffy.” Ucapnya.
“Eh, anjing ngaca dong lo. Ngomong seenaknya, kelakuan lo tuh kayak lebih rendah dari anjing. Lo di putusin gara-gara lo selingkuh.” Kipli mulai nyolot karena kiplilah yang tahu pertama kali tentang perselingkuhan mantannya steffany itu.
Akibat omongan kipli yang nyolot itu suasan manjadi memanas, bobby dan kipli terlibat adu bacot dengan mereka, gue cuma diam melihat mereka. Memang kebiasaan gue kalau udah muak sama seseorang gue pasti diam sambil melihat doang, namun kali ini entah kenapa tiba-tiba saja tangan gue bergerak sendiri dan melayangkan sebuah tinju ke muka cowo tengil itu.
BRUK…
Mantan Steffany itu tersungkur ke tanah yang dilapisi batako.
“Wah, parah lo ndre. Udah mulai duluan.” Ucap kipli
“Kalau udah kayak gini mah, habisin sekalian BRO.!!!”teriak bobby semangat sambil menerjang salah seorang dari mereka yang berbadan besar.
Sebenernya untuk melawan mereka semua sih gue rasa cukup bobby sendiri, tapi berhubung gue udah kesel melihat ketengilan anak pejabat itu makanya gue juga ikutan dan gue rasa kipli juga berpikir yang sama dengan gue. Target gue anak pejabat itu, gue datengin dia dan gue tampol lagi, dia balas memukul gue tapi bisa gue hindarin, namun tiba-tiba dari belakang salah seorang temannya memukul kepala gue. Seketika gue merasakan pandangan mata gue agak sedikit kabur dan kepala gue terasa nyeri.
“WOI..ANJING LO YA.” teriak kipli menerjang cowo yang memukul gue itu. “baik LO, BERANINYA MAIN BELAKANG.” Umpat kipli
“Lo nggak apa-apa ndre?” tanya kipli sambil membantu gue untuk bangkit.
“Pusing pli.” Ucap gue
Tiba-tiba saja kipli mengerang.
“Cabut WOI.!!!” Teriak cowo tengil itu tiba-tiba sambil berlari menuju mobilnya yang diparkir tidak jauh dari tempat gue duduk dan pergi.
“Lo kenapa pli?” tanya gue yang penasaran dengan erangan dari kipli
“Punggung gue kok rasanya sakit ya ndre.” ucap kipli pucat.
Gue merasakan tangan gue basah, gue kira itu keringat kipli tapi gue merasakan kejanggalan dengan keringat itu, soalnya terasa lengket, kental dan hangat. Tiba-tiba saja kipli ambruk di atas badan gue. Gue langsung menahan tubuhnya, saat itu gue melihat tangan kiri gue sudah berlumuran darah segar, gue bingung dan panik.
“BOBBY…KIPLI BOB..KIPLI..!!!!” teriak gue sekuat tenaga, mendengar teriakan gue, bobby kemudian dengan cepat menghabisi lawannya itu dan mematahkan kakinya, kebiasaan buruk yang nggak pernah hilang.
“Kipli kenapa ndre.” tanya bobby khawatir.
“Kipli berdarah bob.” Ucap gue panic.
“Buruan ndre, bantuin gue ngangkat kipli. Kita bawa langsung ke rumah sakit.” Ucap bobby panic sambil mengangkat kaki kipli sedangkan gue mengangkat bagian atas tubuhnya.
“Eh, itu kenapa temennya.” Ucap ibu-ibu pemilik warung makan didepan sekolah yang biasa kami datangi sewaktu kantin sekolah tutup.
“Di tusuk orang bu.” Jawab bobby.
“Astagfirullah alazim. Pak..bapak.” teriak ibu itu sambil berlari masuk kedalam. Tiba-tiba saja muncul suami ibu itu dan membantu kami untuk menyetop kendaraan yang melintas.
Alhmadulilah ada mobil yang mau berhenti dan membawa kami kerumah sakit.
“Temennya kenapa itu?” tanya pria separuh baya pemilik mobil
“Tadi ditusuk sama orang pak.” Jawab bobby.
“Astagfirullah alazim.” Ucap pria itu
“Pak tolong cepet pak.” Ucap gue.
“Iya..iya dek.” ucap pria itu sambil menambah laju kendaraannya.
Di tengah jalan kipli mengigau.
“Dingin ndre,..dingin..” igaunya dengan suara yang sangat kecil.
Gue yang mendengar itu langsung meminta pria itu untuk mematikan ac didalam mobilnya.
Sampainya di rumah sakit, kipli langsung dibawa oleh petugas medis ke sebuah ruangan. Gue, kipli hanya bisa menunggu di lorong rumah sakit sedangkan pria itu menuju ke loket administrasi, gue lihat pria itu seperti sedang menulis sesuatu diselembar kertas dan menyerahkan kembali bersama dengan sebuah kartu. Gue pun menghampiri pria itu.
“Pak, terima kasih sudah mau menolong saya membawa teman saya kerumah sakit.” Ucap gue sambil bersujud kepadanya
“Udah-udah jangan seperti itu.” ucap pria itu sambil membantu gue untuk bangun.
“Kalau boleh, saya mau minta nama dan alamat bapak.”
“Untuk apa?” tanya pria itu yang kelihatan bingung
“Udah-udah kamu nggak usah mikirin itu. Sana kamu temenin temen kamu itu.” ucap pria itu menunjuk kearah bobby.
Tiba-tiba saja seorang wanita muncul dari dalam ruangan itu dan berteriak panik “Apa ada yang bergolongan darah AB?”
Gue sama bobby kebingungan karena golongan darah gue B sedangkan bobby A dan pria itu pun golongan darahnya sama dengan bobby. Wanita itupun kemudian berlari menyesuri lorong rumah sakit dan kembali lagi kedalam ruangan. Gue panik banget saat itu, tidak henti-hentinya gue berdoa agar kipli bisa selamat. Sampai gue bernazar akan puasa dua bulan untuk keselamatan kipli.
Tidak lama kemudian seorang pria keluar dari dalam ruangan itu dan memberitahukan kalau nyawa kipli tidak dapat diselamatkan, kipli meninggal akibat kehilangan banyak darah.
“Yang tabah ya dik.” Ucap dokter itu ke gue dengan raut wajah sedih
Badan gue langsung lemes, gue pun terjatuh kelantai.
Bohong..ini bohong kan bob. Nggak mungkin kan, manusia mesum itu mati.
Bobby terdiam disamping gue, terdengar suara isak tangis darinya. Semenit kemudian gue pun meneteskan air mata, namun tatapan gue hanya bisa memandang kebawah lantai rumah sakit, gue masih nggak percaya akan ucapan yang barusan gue denger dari dokter itu.
ANJING…ANJING…BANGS*T.!!!
Bobby mengumpat sambil memukul lantai berulang kali sampai tangannya berdarah.
“Buat apa gue belajar bela diri kalau akhirnya gue nggak bisa nyelamatin temen sendiri.” Ucap bobby sambil menangis. “ANJING.” Umpatnya.
Beberapa saat kemudian datanglah keluarga kipli. Mendengar vonis dari dokter, ibunya kipli menjerit histeris dan menangis sampai akhirnya pingsan. Melihat itu gue semakin sedih karena gue sadar kalau yang terjadi sekarang itu bukanlah mimpi. Gue tersadar kalau sekarang gue udah kehilangan seorang sahabat..bukan seorang saudara terbaik gue.
Seseorang yang mau menolong gue tanpa pamrih, seorang yang rela berkorban untuk gue, seseorang yang rela datang kerumah gue menerjang dinginnya subuh, mengayuh sepedah dari rumahnya yang jauh dan menunggu didepan rumah hanya untuk membantu gue berjualan koran mengumpulkan uang untuk membayar SPP gue. Seseorang yang selalu menghibur gue dan nggak pernah pergi disaat gue berduka karena kehilangan kakak perempuan gue. Sekarang gue cuma bisa meratapi kepergiannya tanpa bisa membalas semua yang diberikannya ke gue. Teman macam apa gue ini?
Kini rasa sedih itu telah berubah menjadi sebuah emosi, emosi yang nggak bisa gue tahan lagi. Emosi kami semakin meluap saat mendengar cowo itu berhasil melarikan diri karena bantuan dari ayahnya yang orang penting itu. Gue dan bobby berjanji untuk mencari orang itu dan menyeret dia kekuburan kipli yang masih basah ini. Sebuah janji yang akan tetap bertahan sampai jantung kami atau jantung dia berhenti berdetak.
Spoiler for Miss u bro:
Hai bro? gimana kabar lo sekarang? Gara-gara lo pergi tiba-tiba, koleksi DVD gue nggak nambah kan
Lo disana udah ketemu sama bidadari yang mirip Akira Watase, Aino Kishi atau Julie Estelle?
Betah nggak lo disana?
Kayaknya sih nggak ya
Soalnya setau gue disana nggak ada sabun
Eh iya, sekarang lo pasti kepanasan di neraka ya
Makanya dulu dibilangin jangan suka ngebokep, malah ngeyel.
Gue rindu sama elo kampret, lo jahat bener ninggalin gue sama bobby duluan.
Padahal lo janji nggak bakal mati duluan sebelum bisa ngencingin kuburan gue sama bobby
Dasar kampret emang lo...
Spoiler for Ucapan terima kasih khusus untuk Malaikat gue:
Diandra, kamu memang seorang malaikat penjaga buat aku. Kata-katamu waktu itu bener-bener menolong gue untuk bisa mengiklaskan kepergian saudaraku. Aku masih inget kata-kata kamu waktu itu.
Quote:
"Ndre, kalau misalnya ada dua buah pot berisi mawar dan pot satunya berisi kaktus dihalaman kamu terus tiba-tiba ada banjir datang, tapi kamu hanya bisa menyelamatkan satu pot bunga. Kamu pilih selamatin pot yang mana?"
"Yang mawar."
"Kenapa?"
"Karena mawar itu indah dan aku suka."
"Begitu pun tuhan ndre, tuhan mencintai dan menyukai kipli jadinya dia menyelamatkan kipli dan membawanya untuk berada disisinya supaya dia tidak tenggelam karena dosa-dosa di dunia ini"