Sorry para agan-agan reader.. karena kesibukan kantor dan kesibukan lainnya bulan ini sepertinya agak tersendat untuk updatenya tapi ane usahakan selalu update
QUOTE]
Quote:
Mahkota Bidadari
Langit masih gelap ketika Laura mencoba membelai rambutku.
“ you’ve been wake up honey” dengan kepalany yang masih terasa berat antara sadar Dan tidak sadar mengucapkan kalimat itu.
Dalam kegelapan itu aku hanya bias merasakan telapak tangan Laura Di pipiku. Kugerakkan tangan kumeraih air mineral untuk menyegarkan tubuhku yang dehidrasi ini. Kuminum air itu Dan kusodorkan ke Laura. Perlahan kutuangkan botol itu agar tidak tumpah dalam posisinya yang masih tidur.
Pagi itu masih jam 4 Dan kuteringat lampion yang rencananya kuterbangkan malam hari.
“Wait for minute Ra…”segera kuberanjak Dari tenda
“ Where are you going? “
Aku hanya tersenyum memandangi Laura yang tengah bangkit duduk Di mulut tenda.
Segera kuambil lampion Di bagasi Mobil Dan kembali ke tenda. Sesampainya Di tenda aku mencari korek kemudian kugandeng Laura mendekati bibir pantai.
“Let’s fly this lattern “ Dan anggukan yang disertai senyuman Di wajahnya.
Segera kuselipkan beberapa parafin agar lebih cepat terbakar. Setelah lampion itu udaranya benar2 hangat. Maka kutahan lampion ini.
“Ra, close your eyes and make the wishes”kubisikkan kata kata itu ketelinganya sembari kudekap tubuhnya Dari belakang.
Kemudian kami terbangkan lampion itu. Kami terus memandang lampion itu hingga ditengah gelapnya malam.
Kemudian Laura berbalik menghadapku Dan mencium bibirku. Aku masih berdiri mematung sampai kusadari Laura telah berlari sampai Di tenda kami.
Setelah kami menikmati sunrise bersama teman-teman baru kami aku Dan Laura segera membereskan tenda kemudian kami bergegas pulang. Dalam perjalanan itu aku benar2 harusmelawan rasa kantukku. Semalam mungkin hanya dua jam aku tertidur.
Laura juga tak henti hentinya bertanya ataupun mengajak mengobrol seakan tahu bahwa kesunyian tak boleh datang.
Hari belum terlalu siang namun terik matahari sudah menyengat kami ketika Laura meminta untuk berhenti Di salahsatu supermarket Di jalan kaliurang. Hari itu Laura ingin memasak Di rumahsaja. Mungkin Dari mataku sudah terlihat jelas bahwa aku benar-benar ingin tidur.
Kumasuki rumah dengan langkah gontai seolah ingin mencari kasur. Setelah kami membereskan barang2 Dari dalam Mobil aku segera menuju kamar Mandi.
Dengan hanya mengenakan handuk kulihat Laura sedang menyiapkan bahan masalah yang akan ia masak nanti selepas aku beristirahat. Segeraku menuju kamar Lala menyalahkanAC melepas handuk kemudian tidur Dan kudengar Laura juga menutup kamarny sebeluma kubenar-benar tertidur.
“Di, wake up… what time is it?“ sembari Laura memalingkanwajahnya.
Kulihat handuk itu menutupi pusakaku.
“ I have prepare for the meals” denganwajah yang masihdipalingkandariku.
“ Okay, I will be prepared Ra”
Kemudian ia beranjak meninggalkanku.
Sudah jam 4 sore ternyata. Lumayam lama juga aku tidur pikirku. Ketika aku sudah berpakaian aku segera menuju dapur.
Namun Laura hanya menyuruhku diam Di atas mejamakan kuturuti apa maunya. Aku juga segera menyiapkan white wine yang kami beli tadi.
Akhirnya hidangan itu tersaji Di meja kami salmon dengan baluran saos cream Dan mashes potatoes dengan white wine sebagai pelengkap. Laura berkata bahwa white wine lah yang paling tepar untuk minuman ketika menyantap ikan. Memang rasanya mendekati hambar dikarenakan mungkin citarasa eropa yang kurang mengandalkan rempah.
Malam ini aku berniat untuk mengajak Laura bermain di Alun-alun Kidul. Selepas maghrib kami menuju meninggalkan rumah menuju ke Alun Alun kidul.
Sesampainya disana Laura terlihat excited.
“woow cool” ketika Laura melihat sepeda cinta dengan gemerlap lampu yang bewarna warni
“do you want try ride those one Ra”
“hum”
Kami pun memilih sepeda yang menyerupai mobil dengan warna yang sangat beragam. Sesekali Laura mengambil foto selfie kami ketika sedang mengayuh sepeda cinta. Tak pelak pipi kami beberapa kali menempel ketika kami mencoba berfoto selfie. Aroma tubuhnya pun masih tercium dengan jelas.
“Di, what they are doing” sembari menunjuk orang-orang dengan penutup mata mencoba melalui dua beringin itu.
“ if the could passed through those two trees, their wishes will be come true”
“really” sembari Laura menatapku
“Lets try Ra”
Setelah menyelesaikan 2 lap kami mengembalikan sepeda dan menuju ke lapangan. Setelah kubeli slayer Laura menutup mataku, mempersilahkan untuk aku mencobanya terlebih dahulu. Laura mencoba memanduku namun aku tanpa ragu-ragu berjalan cepat
“yaaay, you have benn passed Di” sembari menahanku agar tidak melangkah kemudian melepas slayer itu.
“now, its your turn Ra”
Kemudian ku pasangkan kalung yang kubeli di kota gede ketika menemaninya ke Kota Gede. Kalung yang diam-diam kubeli ketika Laura tengah sibuk memilih cincin dan gelang. Kami ke kota gede setelah mengantarkan Rara ke lokasi KKN-nya.
Ketika itu aku melihat kalung dengan mata berbentuk hati dengan guratan yang menyerupai L di tengahnya. Kalung itu seolah menarikku agar membelinya.
“what it is Di”
Segera kutahan tangan Laura yang hendak meraba kalung itu.
“don’t touch until you have been passed those trees”
“now, make your wishes” kubisikkan kata kata itu ke telinganya.
Kemudian secara perlahan kukomando Laura supaya jalannya lurus melewati kedua pohon beringin itu.
“come on Ra.. just little time”
Ketika tepat sudah melewati dua pohon itu entah salah melangkah atau terantuk gundukan tanah laura kehilangan
keseimbangan. Kemudian dengan secepat kilat segera kutangkap dan kudekap tubuhnya sebelum jatuh ke tanah.
“Don’t worry, I’ve hold you” sembari kubuka slayer Laura
Kemudian ketika posisi kami saling menghadap danlaura mencoba untuk melihat mata dari kalung tersebut.
“It’s very beautiful Di, thak you” sembari mengecup bibirku.
“eh.. Ra” sembari mataku memberikan kode bahwa kita sedang di tempat yang ramai.
“ah. Sorry..”. Kemudian melepaskan rangkulan itu dan kami menuju mobil.
Di sepanjang perjalanan Laura selalu mencuri pandanganku sembari menggigit bibirnya. Malam itu kami berjalan-jalan mengelilingi kota Jogja hingga akhirnya Laura benar-benar tertidur di dalam mobil dan segera saja kuarahkan mobil ini menuju rumah. Benar benar unik gadis ini.
Sesampainya di rumah seperti biasa kupapah Laura menuju kamarnya. Ketika sudah kuletakkan Laura di tempat tidur dan mencopot sandalnya sejenak kupandangi dirinya kemudian timbul niatku untuk mengecup bibirnya itu. Ketika kuresapi kecupan antar bibir kami tiba-tiba kepalaku direngkuh. Kubuka mataku dan melihatnya kedua tangannya sudah merangkulku. Kami saling bertatapan dibawah bayang-bayang malam.
Kemudian bibir kami berpagutan kembali.
“Please do it Di” masih kuingat jelas tatapan kepasrahannya.
Kemudian nafsu itu sudah merayapi tubuh kami. Helai demi helai pakaian telah kami lepas hingga akhirnya tiada lagi yang menghalangi kami. Kemudian kucium dirinya inchi demi inchi menuju ke bawah.
Hingga akhirnya pada titik itu ku tersadar.
“what are you waiting for Di?”
Kutatap dirinya yang menatapku mengiba untuk segera melakukannya.
“please, be slowly Di, it hurts”
Masih teringat jelas bagaimana Laura menahan perih yang diselingi beberapa air mata kala dirinya terpejam. Malam itu seorang bidadari telah menyerahkannya kepada seorang sepertiku. Seiring dengan gerakan itu bidadari tersebut berubah menjadi sosok yang haus akan hasrat. Seperti halnya Rara kala itu.
Akhirnya Laura merasakan kenikmatan yang sesungguhnya.
Peluh keringat kami belum kering malam itu. Aku dan Laura sama – sama terengah karena pertempuran ini. Pada malam itu Laura menikmati ledakannya pertama. Ledakan kami yang bersama-sama menyudahi pertempuran itu. Kusandarkan kepalanya ke dadaku sembari kubelai rambutnya. Kami hanya terdiam mencoba menngenang apa yang telah kami lakukan. Kulihat beberapa bercak darah di sprei maupun di bagian bawah tubuhku. Laura tampak masih terdiam.
“are you fine Ra?” sembari kuusap rambutnya.
“ Di, how if im pregnant?” ucapnya sayu sembari mendekap tubuhku lebih erat.
Nafsu yang membara menggelincirkan akal sehatku dalam jurang kebodohan demi memiliki Laura.
“I will be Dad for our kid ” sembari kukecup bibirnya.
Laura hanya tersenyum kemudian dalam kesunyian itu kubelai rambutnya hingga ia benar benar tertidur . sementara aku masih terjaga dan mengutuk kebodohanku sendiri. Sembari berpikir tentang benih-benihku yang mungkin telah ada di dalam rahimnya.