- Beranda
- Stories from the Heart
Di Antara Bintang-Bintang
...
TS
astri.beloved
Di Antara Bintang-Bintang
Di Antara Bintang-bintang
Kisahku dengan Perempuan-perempuan Itu
18 +++ (Adult Only)
18 +++ (Adult Only)
Spoiler for intro:
Di Antara Bintang-bintang #2
Polling
870 hari lagi - 0 suara
Apakah RISTA akan kembali bersama NAUFAL (Oval)?
Diubah oleh astri.beloved 07-01-2019 13:42
radorada dan 18 lainnya memberi reputasi
17
1.2M
4.2K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
e.alifiandra.f
#3968
Menikah dengan Sitaa
Seminggu berlalu, hari-hari akhir di Bulan Februari 2014. Oiya kemaren gue dateng ke Pernikahan Siska dengan Juna, ada banyak teman lama juga. Yapp, Siska semakin berubah lebih baik. Diantara kedekatan mereka dengan Intan dan Farah, mereka berdua masih belum bisa berubah, hanya Farah yang masih proses, kalau Intan masih diposisi sama. Biarlah mereka menemukan jalan masing-masing. Sadar diri dengan masa lalu, sadar dengan apa yang seharusnya. Sejarah tidak pernah bohong yang akhirnya membentuk kita menjadi seperti sekarang ini. Dilupakan tentu tidak akan pernah bisa sampai kapanpun.
Hmm, Segala sesuatu untuk minggu depan udah kita siapkan, acara Pernikahan gue di gelar di rumah Bapak dan Ibu. Satu hal yang terpenting, ada keluarga Sitaa yang datang, dan itu maih gue tunggu. Makan siang saja di Kios Rista, sejak pagi gue dan Sitaa ngurus soal Kependudukan. Soal Gue, Rista, Bintang, Yudhis udah jadi 1 Kartu Keluarga, dan sekarang ada Sitaa udah pindah dari warga Jogja menjadi warga sini gabung dengan KK Bapak dan Ibu, sekalian ngurus Surat Kuasa persetujuan Rista kalau gue menikah lagi, alhamdulillah semua beres..
Rista: "Segala sesuatunya udah Val?",
Gue: "Udah, hehehe acara biasa aja, Nil..",

Rista: "Nggak apa-apa Val... Hmm, Sitaa, kehidupan emang seperti ini. Kamu Ikhlas kan dengan seperti ini?",
Sitaa: "Aku?? Iya mbak, Ikhlas.. Kamu?",

Rista: "Sama....",
Gue: "HEhehe, kalian ini.. yang akur yaaa..",
Rista: "Hoooo kalau Aku dan Sita akur, terus bisa setia sama kamu? Kamunya gimana? Hayooooo, haha kan Playboy. Ya nggak Taaa??",

Gue: "Tuh, kan.. Hahahaha.. udah memiliki kalian berdua itu SHEILA ON 7 Banget Nil. ANUGERAH TERINDAH.. Wkkkkk",
Pokoknya antara kedua belah pihak Rista dan Sitaa udah nggak ada masalah apapun. Misal ada masalah antara gue dan Rista, Sitaa tidak berhak tau dan ikut campur atau bahkan terlibat. Dan sebaliknya pula, saat gue dengan Sitaa, Ristapun juga nggak ada hak apapun. Kecuali memang kita bertiga ada masalah SEGITIGA..
***
Sabtu, 8 Maret 2014
Hari terakhir nih di untuk Sitaa menjadi Perawan, dipagi hari dia membuatkanku segelas Kopi. Hari-hari berlalu semakin banyak kesenangan dan juga Ujian didepan mata. Gue harus bisa membagi keadaan apapun dan dimanapun berada. Dari urusan Kuiah, gue lupakan sejenak, urusan kerja, apapun kesibukan gue. Sitaa, dia juga sama melupakan sejenak apa yang menjadi tanggung jawabnya. Disela Bapak dan Ibu berangkat aktifitas dan Bintang ikut mereka karena tidur disini sejak 2 malam ini. Rista pasti sama, dia mengantar Yudhis dan lanjut aktifitas, sore nanti dia kesini.
Sitaa: "Mas, entar siang jadi?",
Gue: "Jadi, Helena tetap sendiri?",
Sitaa: "Enggak Mas, akhirnya dia dengan datang sama RANI Makassar dan Tiara pastinya",
Gue: "Haha, iya udah.. Reno, Papa Mama dan lainnya?",
Sitaa: "Sudahlah Mas, jangan singgung hal itu, hal tentang Mereka. Kita bisa SAH menjadi suami istri, itu yang penting, Kan?? Ya Kan?",

Gue: "Hmm, .........",
Sebenernya gue mulai menyadari hal itu. Hal dimana gue "seolah" dan "seperti" merebut Sitaa dari keluarganya, dan menggugurkan Imannya, di mata Mereka semua gue telah menghancurkan hidup Sitaa. Tapi, menurut gue itu sama sekali TIDAK. Gue akan bertanggung jawab apapun yang terjadi dengan Sitaa dan Rista, dan semua tentang kehidupan kita. Teruss.. Beberapa undangan dan segala sesuatu soal besok pagi udah beres. Acara sederhana saja seperti saat gue Ijab dengan si Cunil.
Oiya ngomong-ngomong soal Nikah, apa sih artinya Nikah??. Apa harus dengan kemewahan? banyak makanan dan tamu undangan? harus dengan adat Jawa yang pake Temon pecah telor segala?. Memang sih itu semua ada kesan, tapi menurut gue bukan itu yang di maksud. Banyak orang yang mencibir pernikahan gue karena nggak ada acara apapun. Nggak masalah, intinya.. Inti dari Pernikahan itu ada pada pasangan yang melakukan Ijab itu sendiri. Bukan pula kita tidak mampu untuk bermewah-mewahan, di gedung ini itu lah, makanan ini itu.
Untuk kalian yang sudah menikah, jaga rumah tangga kalian dari segala godaan dan kehancuran. Karena, "IBLIS adalah KOKI yang Paling Jenius, Lincah dan Cerdas dalam memasak, mulai dari Resep bumbu sampai menjadi makanan. Hingga pada akhirnya Manusia akan KETAGIHAN.." Jadi, kalian yang belum Nikah pikir ulang acara pernikahan kalian. Manfaat dari semua yang akan terjadi di Hari ijab itu apa? Nggak lucu kan kalau resepsinya mewah ujung-ujungnya setelah itu pusing mikir Balik Modal, mikir Amplop dan lainnya, apalagi mikir Mengembalikan Hutang.
Haha, Nikah itu Ibadah, Nikah itu ikatan Janji untuk sehidup semati, bahkan menurut gue Nikah itu WAJIB dan bukan Sunnah lagi, suatu keharusan manusia Normal. LAki-laki dan perempuan berjodoh, terlepas dari sebuah takdir soal jodoh kedua mempelai, jelas kan di Ar-Ruum ayat 21. Dan, Nikah maknanya begitu luas, Nikah bukan Mainan, yang biasanya disuatu hari nanti salah satunya akan ada yang keluar jalur, disinilah tugas kita masing-masing.
Malam mulai datang, gue dan Sitaa menjemput Helena dan Rani yang datang bertiga dengan Tiara juga, naik Mobil dari Jogja entah mobil siapa. Langsung berkenalan saja dengan yang disini dan mereka disambut baik lalu istirahat.. Belum ada obrolan apapun dengan mereka, karena gue pulang, dan mereka bareng Sitaa..
***
Minggu, 9 Maret 2014
Semalem gue cuma bantu-bantu Rista dan Sitaa yang nyiapin buat Ijab. Ada beberapa anggota keluarga gue pula, dan menjelang malam pulang ke rumah sendiri. Dan pagi ini dibangunkan Rista yang sudah menyiapkan segala sesuatunya. Anakku dengan Bapak Ibu disana, Anak Rista sama Mbahnya, kita berdua siap berangkat.
Rista: "Val. hehehe udah rapi, yuk.. Kasihan Sitaa pasti udah menunggu yaa. Hmm.. gue nggak tega sebenernya karena Papa Mamanya nggak dateng ya?",
Gue: "Sama, Nil.. Tapi mau gimana lagi, semua udah diputuskan dan udah didepan mata.",
Rista: "Iya Val, semoga cita-cita kita tercapai dan bahagia bersama. Berusaha Adil yaa, denganku dan dia..",

Berangkat dengan motor yang semakin nggak karuan larinya, kurang terawat sih. Sampai di rumah Bapak Ibu, Sitaa yang ternyata menangis entah apa yang dia rasa karena sejak semalem gue nggak kontak dengannya. Nampak banyak tamu sekitar rumah saja, ada banyak temen gue pula, jelasnya Mbak Tari dan beberapa yang penting, yang lain memang hanya mengucapkan lewat Sosial Media atau HP saja.
Sudahlah, gue memang harus meninggalkan dan melupakan masa lalu, orang-orang di masa lalu, melupakan kejadian yang memang belum sampai dengan mereka, belum bisa terwujud. Karena aku yakin mereka semua akan Bahagia dengan orang yang memang ditakdirkan berdamping dengan masing-masing dari mereka..
Gue: "Taaa, kenapa? Ayo siap-siap, Ijabnya mau dimulai kan, itu semua udah siap..",
Sitaa: "Mas, aku seneng banget..",

Gue: "Iyaa, sama...",
Rista: "Sitaa, hehehhee..", berpelukan
Sitaa: "Mbak.. makasih..",
Rista: "Iyaaa, udah yuk jangan nangis, kamu senang?",
Sitaa: "Iya mbak, aku terharu. Jangan nakal denganku ya Mbak..",

Rista: "Heyy apa ya Taaa, enggak akan lah, hehe kita saling berdampingan, berusaha bersama yaa.",
Sitaa: "..........",
Gue: "aaa, mana Helena dan Rani? kok cuma Tiara aja?",
Sitaa: "...............",
Gue: "Sitaaa...",
Sitaa: "Mereka lagi jemput Papa dan Mama, di Jalan Nasional",
Gue: "Haaaaaaaaaaa?",

Sejenak gue diem bingung, Papa dan Mama Sitaa? nggak salah nih? Apa iya sih?? Kok mereka bisa dan mau datang ya? berarti ini settingan Helena mungkin. Yang jelas mereka sedang menjemput didampingi Darmanto anak buah gue yang jelas orang sini. Sudahlah, hanya berharap sekarang ini lancar.
Tapi, sampai sejam lebih dari Penghulu dan tamu sudah cukup ada semua, gue dan Sitaa serta saksi dan orangtua udah siap, perlahan gelisah. Dan gue bingung acara ini mau gimana? apa kita tinggal saja, tapi Sitaa yang masih menangis itu tetap memohon ditunda dulu menunggu Papa dan Mamanya datang. Rencana Ijab jam 08.00, akhirnya Molor menjadi jam 10an lebih, apa yang ditunggu itu datang, benar itu Papa dan Mama berdua tanpa Reno, Mbak Via atau lainnya, hanya 1 sopir dan ini mungkin Sopir rental dari Jogja atau gimananya, gue belum tau.
Setelah mereka datang tanpa menyapa siapapun, dan orang disini hanya bingung mengikuti alur.
Sitaa: "Pak, sudah... itu Papa dan Mama saya",
Penghulu: "Karena mereka non Muslim dan sudah saya Pastikan Ananda Sitaa sudah Islam, nggeh kan panjennengan sampun Muslim?"..
Sitaa: "Iyaa pak.. sudah!",
, berusaha tegar ..
Penghulu: "Jadi, Papa dan Mamamu hanya bersifat "Mengetahui"",
Sitaa: "..........",
Detik demi detik, Papa dan Mamanya yang tetap menatap dengan pandangan kosong bercampur sedikit benci, didampingi Helena dan juga Rani. Ijab di mulai, sambutan singkat dan pra acara, sepanjang ini pula Sitaa masih terus menangis, disebelahnya dipeluk Ibuku, tanpa sadar pula gue ikut menangis, Rista dan lainnya pula. Yang dinanti itu tiba..
Penghulu: "Sudah siap ya semuanya, mohon maaf apabila saya sebagai Penghulu ada kesalahan dalam memimpin Walimatul 'Ursy ini. Semua sudah siap menerima dan setuju",
Sitaa: ".............",
Semua menjawab "IYA", kecuali Papa dan Mamanya yang diam dan kosong.
Sitaa: "Papa.........",
Papa: "..........",
Sitaa: "Mama...........",
Papa menangis pelan, Mamanya juga nggak mau kalah..
Sitaa: "Mama........ Papa...... ijinkan Sitaa dengan dia..",

Papa+Mama: ".......",
Penghulu: "Maaf, bisa dilanjutkan??",
Sitaa: "Papa....... Mama.....",

Sejenak diam, dan hening. Tak ada satupun suara dari siapapun. Tapi akhirnya Papa dan mama mengangguk dan berusaha tersenyum untuk Sitaa. Disela ini pula, antara Bapak dan Ibuku berusaha menyapa Papa dan Mama, merekapun senyum dan saling berjabat tangan tanpa bahasan apapun. Sungguh pernikahan yang sangat berkesan buatku dan Sitaa, dimana tinggal hitungan detik mau Ijab itu Papa dan Mamanya baru meng"IYA"kan.
..
Seminggu berlalu, hari-hari akhir di Bulan Februari 2014. Oiya kemaren gue dateng ke Pernikahan Siska dengan Juna, ada banyak teman lama juga. Yapp, Siska semakin berubah lebih baik. Diantara kedekatan mereka dengan Intan dan Farah, mereka berdua masih belum bisa berubah, hanya Farah yang masih proses, kalau Intan masih diposisi sama. Biarlah mereka menemukan jalan masing-masing. Sadar diri dengan masa lalu, sadar dengan apa yang seharusnya. Sejarah tidak pernah bohong yang akhirnya membentuk kita menjadi seperti sekarang ini. Dilupakan tentu tidak akan pernah bisa sampai kapanpun.
Hmm, Segala sesuatu untuk minggu depan udah kita siapkan, acara Pernikahan gue di gelar di rumah Bapak dan Ibu. Satu hal yang terpenting, ada keluarga Sitaa yang datang, dan itu maih gue tunggu. Makan siang saja di Kios Rista, sejak pagi gue dan Sitaa ngurus soal Kependudukan. Soal Gue, Rista, Bintang, Yudhis udah jadi 1 Kartu Keluarga, dan sekarang ada Sitaa udah pindah dari warga Jogja menjadi warga sini gabung dengan KK Bapak dan Ibu, sekalian ngurus Surat Kuasa persetujuan Rista kalau gue menikah lagi, alhamdulillah semua beres..
Rista: "Segala sesuatunya udah Val?",

Gue: "Udah, hehehe acara biasa aja, Nil..",

Rista: "Nggak apa-apa Val... Hmm, Sitaa, kehidupan emang seperti ini. Kamu Ikhlas kan dengan seperti ini?",

Sitaa: "Aku?? Iya mbak, Ikhlas.. Kamu?",

Rista: "Sama....",

Gue: "HEhehe, kalian ini.. yang akur yaaa..",

Rista: "Hoooo kalau Aku dan Sita akur, terus bisa setia sama kamu? Kamunya gimana? Hayooooo, haha kan Playboy. Ya nggak Taaa??",

Gue: "Tuh, kan.. Hahahaha.. udah memiliki kalian berdua itu SHEILA ON 7 Banget Nil. ANUGERAH TERINDAH.. Wkkkkk",

Pokoknya antara kedua belah pihak Rista dan Sitaa udah nggak ada masalah apapun. Misal ada masalah antara gue dan Rista, Sitaa tidak berhak tau dan ikut campur atau bahkan terlibat. Dan sebaliknya pula, saat gue dengan Sitaa, Ristapun juga nggak ada hak apapun. Kecuali memang kita bertiga ada masalah SEGITIGA..
***
Sabtu, 8 Maret 2014
Hari terakhir nih di untuk Sitaa menjadi Perawan, dipagi hari dia membuatkanku segelas Kopi. Hari-hari berlalu semakin banyak kesenangan dan juga Ujian didepan mata. Gue harus bisa membagi keadaan apapun dan dimanapun berada. Dari urusan Kuiah, gue lupakan sejenak, urusan kerja, apapun kesibukan gue. Sitaa, dia juga sama melupakan sejenak apa yang menjadi tanggung jawabnya. Disela Bapak dan Ibu berangkat aktifitas dan Bintang ikut mereka karena tidur disini sejak 2 malam ini. Rista pasti sama, dia mengantar Yudhis dan lanjut aktifitas, sore nanti dia kesini.
Sitaa: "Mas, entar siang jadi?",

Gue: "Jadi, Helena tetap sendiri?",

Sitaa: "Enggak Mas, akhirnya dia dengan datang sama RANI Makassar dan Tiara pastinya",

Gue: "Haha, iya udah.. Reno, Papa Mama dan lainnya?",

Sitaa: "Sudahlah Mas, jangan singgung hal itu, hal tentang Mereka. Kita bisa SAH menjadi suami istri, itu yang penting, Kan?? Ya Kan?",

Gue: "Hmm, .........",

Sebenernya gue mulai menyadari hal itu. Hal dimana gue "seolah" dan "seperti" merebut Sitaa dari keluarganya, dan menggugurkan Imannya, di mata Mereka semua gue telah menghancurkan hidup Sitaa. Tapi, menurut gue itu sama sekali TIDAK. Gue akan bertanggung jawab apapun yang terjadi dengan Sitaa dan Rista, dan semua tentang kehidupan kita. Teruss.. Beberapa undangan dan segala sesuatu soal besok pagi udah beres. Acara sederhana saja seperti saat gue Ijab dengan si Cunil.
Oiya ngomong-ngomong soal Nikah, apa sih artinya Nikah??. Apa harus dengan kemewahan? banyak makanan dan tamu undangan? harus dengan adat Jawa yang pake Temon pecah telor segala?. Memang sih itu semua ada kesan, tapi menurut gue bukan itu yang di maksud. Banyak orang yang mencibir pernikahan gue karena nggak ada acara apapun. Nggak masalah, intinya.. Inti dari Pernikahan itu ada pada pasangan yang melakukan Ijab itu sendiri. Bukan pula kita tidak mampu untuk bermewah-mewahan, di gedung ini itu lah, makanan ini itu.
Untuk kalian yang sudah menikah, jaga rumah tangga kalian dari segala godaan dan kehancuran. Karena, "IBLIS adalah KOKI yang Paling Jenius, Lincah dan Cerdas dalam memasak, mulai dari Resep bumbu sampai menjadi makanan. Hingga pada akhirnya Manusia akan KETAGIHAN.." Jadi, kalian yang belum Nikah pikir ulang acara pernikahan kalian. Manfaat dari semua yang akan terjadi di Hari ijab itu apa? Nggak lucu kan kalau resepsinya mewah ujung-ujungnya setelah itu pusing mikir Balik Modal, mikir Amplop dan lainnya, apalagi mikir Mengembalikan Hutang.
Haha, Nikah itu Ibadah, Nikah itu ikatan Janji untuk sehidup semati, bahkan menurut gue Nikah itu WAJIB dan bukan Sunnah lagi, suatu keharusan manusia Normal. LAki-laki dan perempuan berjodoh, terlepas dari sebuah takdir soal jodoh kedua mempelai, jelas kan di Ar-Ruum ayat 21. Dan, Nikah maknanya begitu luas, Nikah bukan Mainan, yang biasanya disuatu hari nanti salah satunya akan ada yang keluar jalur, disinilah tugas kita masing-masing.
Malam mulai datang, gue dan Sitaa menjemput Helena dan Rani yang datang bertiga dengan Tiara juga, naik Mobil dari Jogja entah mobil siapa. Langsung berkenalan saja dengan yang disini dan mereka disambut baik lalu istirahat.. Belum ada obrolan apapun dengan mereka, karena gue pulang, dan mereka bareng Sitaa..
***
Minggu, 9 Maret 2014
Semalem gue cuma bantu-bantu Rista dan Sitaa yang nyiapin buat Ijab. Ada beberapa anggota keluarga gue pula, dan menjelang malam pulang ke rumah sendiri. Dan pagi ini dibangunkan Rista yang sudah menyiapkan segala sesuatunya. Anakku dengan Bapak Ibu disana, Anak Rista sama Mbahnya, kita berdua siap berangkat.
Rista: "Val. hehehe udah rapi, yuk.. Kasihan Sitaa pasti udah menunggu yaa. Hmm.. gue nggak tega sebenernya karena Papa Mamanya nggak dateng ya?",

Gue: "Sama, Nil.. Tapi mau gimana lagi, semua udah diputuskan dan udah didepan mata.",

Rista: "Iya Val, semoga cita-cita kita tercapai dan bahagia bersama. Berusaha Adil yaa, denganku dan dia..",

Berangkat dengan motor yang semakin nggak karuan larinya, kurang terawat sih. Sampai di rumah Bapak Ibu, Sitaa yang ternyata menangis entah apa yang dia rasa karena sejak semalem gue nggak kontak dengannya. Nampak banyak tamu sekitar rumah saja, ada banyak temen gue pula, jelasnya Mbak Tari dan beberapa yang penting, yang lain memang hanya mengucapkan lewat Sosial Media atau HP saja.
Sudahlah, gue memang harus meninggalkan dan melupakan masa lalu, orang-orang di masa lalu, melupakan kejadian yang memang belum sampai dengan mereka, belum bisa terwujud. Karena aku yakin mereka semua akan Bahagia dengan orang yang memang ditakdirkan berdamping dengan masing-masing dari mereka..
Gue: "Taaa, kenapa? Ayo siap-siap, Ijabnya mau dimulai kan, itu semua udah siap..",

Sitaa: "Mas, aku seneng banget..",

Gue: "Iyaa, sama...",

Rista: "Sitaa, hehehhee..", berpelukan

Sitaa: "Mbak.. makasih..",

Rista: "Iyaaa, udah yuk jangan nangis, kamu senang?",

Sitaa: "Iya mbak, aku terharu. Jangan nakal denganku ya Mbak..",

Rista: "Heyy apa ya Taaa, enggak akan lah, hehe kita saling berdampingan, berusaha bersama yaa.",

Sitaa: "..........",

Gue: "aaa, mana Helena dan Rani? kok cuma Tiara aja?",

Sitaa: "...............",

Gue: "Sitaaa...",

Sitaa: "Mereka lagi jemput Papa dan Mama, di Jalan Nasional",

Gue: "Haaaaaaaaaaa?",

Sejenak gue diem bingung, Papa dan Mama Sitaa? nggak salah nih? Apa iya sih?? Kok mereka bisa dan mau datang ya? berarti ini settingan Helena mungkin. Yang jelas mereka sedang menjemput didampingi Darmanto anak buah gue yang jelas orang sini. Sudahlah, hanya berharap sekarang ini lancar.
Tapi, sampai sejam lebih dari Penghulu dan tamu sudah cukup ada semua, gue dan Sitaa serta saksi dan orangtua udah siap, perlahan gelisah. Dan gue bingung acara ini mau gimana? apa kita tinggal saja, tapi Sitaa yang masih menangis itu tetap memohon ditunda dulu menunggu Papa dan Mamanya datang. Rencana Ijab jam 08.00, akhirnya Molor menjadi jam 10an lebih, apa yang ditunggu itu datang, benar itu Papa dan Mama berdua tanpa Reno, Mbak Via atau lainnya, hanya 1 sopir dan ini mungkin Sopir rental dari Jogja atau gimananya, gue belum tau.
Setelah mereka datang tanpa menyapa siapapun, dan orang disini hanya bingung mengikuti alur.
Sitaa: "Pak, sudah... itu Papa dan Mama saya",

Penghulu: "Karena mereka non Muslim dan sudah saya Pastikan Ananda Sitaa sudah Islam, nggeh kan panjennengan sampun Muslim?"..
Sitaa: "Iyaa pak.. sudah!",
, berusaha tegar ..Penghulu: "Jadi, Papa dan Mamamu hanya bersifat "Mengetahui"",

Sitaa: "..........",

Detik demi detik, Papa dan Mamanya yang tetap menatap dengan pandangan kosong bercampur sedikit benci, didampingi Helena dan juga Rani. Ijab di mulai, sambutan singkat dan pra acara, sepanjang ini pula Sitaa masih terus menangis, disebelahnya dipeluk Ibuku, tanpa sadar pula gue ikut menangis, Rista dan lainnya pula. Yang dinanti itu tiba..
Penghulu: "Sudah siap ya semuanya, mohon maaf apabila saya sebagai Penghulu ada kesalahan dalam memimpin Walimatul 'Ursy ini. Semua sudah siap menerima dan setuju",

Sitaa: ".............",

Semua menjawab "IYA", kecuali Papa dan Mamanya yang diam dan kosong.
Sitaa: "Papa.........",

Papa: "..........",

Sitaa: "Mama...........",

Papa menangis pelan, Mamanya juga nggak mau kalah..
Sitaa: "Mama........ Papa...... ijinkan Sitaa dengan dia..",

Papa+Mama: ".......",
Penghulu: "Maaf, bisa dilanjutkan??",

Sitaa: "Papa....... Mama.....",

Sejenak diam, dan hening. Tak ada satupun suara dari siapapun. Tapi akhirnya Papa dan mama mengangguk dan berusaha tersenyum untuk Sitaa. Disela ini pula, antara Bapak dan Ibuku berusaha menyapa Papa dan Mama, merekapun senyum dan saling berjabat tangan tanpa bahasan apapun. Sungguh pernikahan yang sangat berkesan buatku dan Sitaa, dimana tinggal hitungan detik mau Ijab itu Papa dan Mamanya baru meng"IYA"kan.
..
Diubah oleh e.alifiandra.f 30-01-2016 14:02
0




