Kaskus

Story

kesshouAvatar border
TS
kesshou
Mr.Mars & Miss.Venus
Mr.Mars & Miss.Venus

Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.


Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.



Spoiler for Index:


Diubah oleh kesshou 17-05-2016 19:35
yusuffajar123Avatar border
SANTO.0281Avatar border
mahrsmello5680Avatar border
mahrsmello5680 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
677.8K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
kesshouAvatar border
TS
kesshou
#642



Sabtu siang, dua hari setelah pertandingan sepakbola antar kelas. Gue duduk disofa didalam basecamp sambil mendengarkan alunan lagu dari Sheila on 7 yang berjudul Tunjukkan Padaku, album 7 Desember, melalui hape gue yang gue colok ke speaker kepunyaan cewe-cewe. Gue memang ngefans banget sama lagu-lagunya Sheila on 7, menurut gue lagu-lagu yang mereka ciptakan itu amazing dan nggak ngebosenin untuk didengerin. Tiba-tiba saat gue sedang asik bernyanyi adelia masuk kedalam dan duduk disamping gue.

“Eh, del. Mau ngapain ke sini?” tanya gue

“Memangnya nggak boleh kalau aku kesini? Apa sekarang semua yang harus kesini harus laporan dulu sama kamu?” ucap adelia jutek

“Ya, nggak sih.” Gue agak gelagapan menghadapi tingkah adelia yang sedang masa-masa memberontak kayak gitu. Kalau udah gini sih lebih baik diem dan turutin apa maunya, kalau dilawan makin dianiaya pasti gue.emoticon-Takut (S)

Diem-dieman kayak gini membuat perasaan gue jadi nggak nyaman lagi, lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Duta jadi terasa hambar.

“Mau kemana elo.!!!” Ucap adelia ketus saat melihat gue berusaha untuk berdiri dari sofa.

“Eh, gue nggak salah denger kan? Adelia ngomong ELO. ?? wah..wah..wah.” batin gue. perasaan gue bener-bener nggak enak, pasti adelia lagi bete mampus nih kalau ucapannya udah main kata ELO…ELO.. Jujur aja, baru pertama ini gue mendengar adelia menggunakan kata ELO buat manggil orang, biasanya pakai kata Kamu.

“DUDUK..!!!” perintahnya. Badan gue otomatis mengikuti perintah adelia itu, gue bingung banget kok bisa-bisanya gue nurut kayak gini. Mungkin badan gue udah terbiasa menghadapi kejadian kayak gini.

PLAKK..!!!!

Tiba-tiba pipi gue ditampar oleh adelia. Gue kaget, kenapa tiba-tiba gue ditampar gini. muka gue sampai nggak bisa diatur lagi, gue mangap sambil memegang pipi bekas tamparan adelia.

“Lo kenapa sih nggak ngomong ke gue kalau lo jadian sama diandra.”

“Gini del, sebenernya tuh ya gue…”

PLAKK…!!!

Sebuah tamparan mendarat lagi di pipi gue.

“Siapa yang nyuruh lo ngejawab..!!!!” ucap adelia kasar

“Kamu jahat ndre.”

Gila…maunya apa sih ini cewe tiba-tiba marah terus nampar, eh sekarang gue dibilang jahat tanpa alasan yang logis. Gue pasrah, gue diem, gue nggak mau lagi gara-gara kata-kata gue, gue bakalan dapet triple combo tamparan dari adelia. Gue diem sambil memperhatikan adelia yang terduduk murung, tidak terlihat adanya gairah dimata dia, yang gue lihat cuma tatapan sayu, lelah. Ya gue cuma bisa berpikir kalau adelia saat ini mungkin lagi mengalami masalah yang berat dan gue ada di tempat dan waktu yang salah.

“Ndre, aku sama diandra cantikan mana?” tanya adelia tiba-tiba.

Gue kaget adelia menanyakan hal seperti itu.

“Jawab ndre, jangan diem.”

“Cantikan kamu del.” Jawab gue jujur

“Bohong.”

“Sumpah del, cantikan kamu.”

“Kalau gitu baikan mana aku sama diandra.”

“Kamu sama diandra sama-sama cewe baik del.”

“Aku nggak mau disamain, aku minta kamu jawab baikan aku atau diandra.”Ucap adelia

“Kamu del.”

“Bohong.”

“Aku nggak bohong del, kamu itu memang baik malah baik banget. Kamu perhatian banget sama aku dan yang lainnya, kalau aku atau yang lainnya lagi kesulitan kamu langsung menolong. Sumpah del, kamu itu cewe paling baik yang pernah aku temuin.”

“Terus kenapa kamu pilih diandra ndre..?? kenapa bukan aku ?”

Gue kaget mendengar pengakuan dari adelia itu, jujur aja sekilas gue kira kuping gue salah denger, tapi perkataan adelia berikutnya membuat gue sadar kalau gue memang nggak salah denger.

“Jawab ndre.” ucap adelia sambil memandang gue dengan tatapan tajam.

“Aku juga nggak tau del, kenapa aku lebih suka sama diandra dibanding kamu. Aku cuma ngerasa waktu bersama diandra aku jadi lebih deket sama Allah del, aku jadi rajin ngaji, aku jadi rajin baca buku tentang islam dan itu membuat gue nyaman del.”

“Memangnya waktu sama aku kamu nggak nyaman ndre?”

“Sama kamu juga aku ngerasa nyaman del, sama kamu malah aku merasa bahagia banget, kamu bisa memberiku kesenangan dunia yang selama ini cuma bisa aku mimpiin del. Tapi aku merasa kalau semua itu membuat gue jadi makin cinta dunia, gue jadi jauh sama Allah dan akhirat del. Gue takut del, gue takut banget.” Entah kenapa waktu itu gue merasakan ketakutan yang amat sangat, sampai air mata gue tiba-tiba menetes.

“Jadi kamu beneran yakin sama hubungan kamu dengan diandra?” tanya adelia

“Insya Allah yakin del.”

“Kamu yakin bakalan sanggup menjalanin hubungan itu kedepannya?”

“Insya Allah sanggup del.”

“Meskipun diandra bukan muslim?”

Ucapan adelia barusan itu seperti ribuan jarum yang menusuk badan gue, sampai sekarang gue bener-bener nggak tau kalau selama ini diandra berbeda dengan gue. Gue bener-bener bingung menerima kenyataan itu, gue nggak tau lagi harus gimana. Marah, sedih, takut, kecewa semua bercampur aduk jadi satu, otak gue mencoba untuk menyangkal ucapan Adelia tadi tapi nggak bisa merubah kalau diandra memang berbeda sama gue. Jadi ini sebabnya diandra dulu menolak gue.

" LO EMANG bodoh NDRE..!! " umpat gue dalam hati

IYA,

Gue bodoh banget, padahal jelas-jelas diandra waktu itu ngasih tau gue, tapi gue nggak menyadarinya karena hawa nafsu gue yang besar telah membutakan akal pikiran gue. Sekarang gue udah terlanjur sayang banget sama Diandra, malahan gue serius jalanin hubungan gue ini, bukan cuma pacaran main-main.

“Jawab ndre..” ucap adelia tiba-tiba.

Gue saat itu bener-bener ke skaK dengan ucapan adelia tadi, gue nggak bisa ngasih jawaban apa-apa, otak gue bener-bener nggak bisa lagi berpikir jernih. Yang ada di otak gue cuma emosi.

Gue lalu pergi begitu saja meninggalkan adelia, gue nggak mau mendengar satu kata pun dari adelia. Gue takut kalau satu kata dari adelia itu bakalan membuat gue kehilangan kontrol emosi yang mungkin bakalan mencelakakan Adelia dan gue nggak mau hal itu terjadi.

Gue bener-bener sayang dan cinta dengan Diandra dan gue serius untuk menjadikannya sebagai yang pertama dan yang terakhir bagi gue. Namun, yang jadi permasalahannya adalah ini, KEYAKINAN. Ini masih dalam perdebatan antar boleh atau tidak pernikahan beda agama ini, bukan itu aja yang gue pusingin, tapi juga pandangan keluarganya ke gue, ataupun pandangan keluarga gue ke Diandra. Apa mereka bakalan menerima atau mensetujui? OK, kalau misalnya keluarga diandra nggak setuju dan akhirnya kami nekad menikah, gue yakin diandra bakalan sedih banget. Wanita mana sih yang nggak mau kalau dihari bahagianya ternyata keluarganya tidak bersama dengan dia dan berbahagia bersama begitu pula dengan gue sebagai pria. Dan lagi pernikahan itu kan tujuannya juga menyatukan keluarga besar, bukannya memisahkan atau menghancurkan keluarga. Gue nggak bisa begitu aja dong menculik anak perempuan orang yang dibesarkan dengan keringat dan perjuangan orang tuanya, kebayangkan gimana sakit dan sedihnya. Gue teringat kata-kata ustad gue, kalau kebahagiaan di dunia ini singkat, bisa saja hari ini kita berbahagia namun besok kebahagian akan hilang tak berbekas.

Bukan cuma itu aja yang gue takutin, gue juga takut nanti kalau nasib anak-anak gue bakalan sama dengan nasib Ega, gue nggak mau itu terjadi. Ya memang sih nggak semua orang begitu dan juga yakin Diandra dan gue mungkin nggak bakalan kayak gitu tapi namanya hidup kan memang nggak bisa berjalan mulus, hidup itu nggak bisa di prediksi. Bisa aja semakin tua gue sama diandra semakin takut menjemput kematian dan menjadi semakin rajin beribadah sesuai keyakinan masing-masing, dan juga gue pastilah pengen anak-anak gue nanti bisa gue didik dengan agama yang gue anut. Karena cuma mereka yang bisa menyelematkan gue kelak di hari akhir. Begitu pula Diandra, pasti dia akan berpikiran yang sama dengan gue.

Ya Allah kenapa engkau memberikan hambaMu ini cobaan yang berat seperti ini.

Gue udah coba minta pendapat gue ke Ega, Kipli, Bobby, Steffany, Reza dan lain-lain yang gue anggap otaknya waras. Tapi jawaban mereka semua hampir sama, yaitu

Quote:


Kecewa banget gue sama jawaban dari mereka, dikiranya segampang itu memutuskan hubungan sama orang yang bener-bener sangat di cintai. Gue yakin mereka kalau berada diposisi gue bakalan nggak segampang itu ngasih jawaban putus seperti itu.

Mungkin cuma jawaban Ega yang masih bisa memberi harapan ke gue.

“Lo jalanin aja ndre, namanya juga jodoh nggak ada yang tau kecuali Tuhan. Gue cuma bisa doa in lo ndre, kalau misalnya lo memang jodoh sama diandra, semoga aja kalian bisa menikah tanpa adanya perbedaan seperti ini. Gue cuma bisa bantu lo dengan doa supaya nanti kalau lo dan Diandra beneran jadi nikah, keluarga lo nggak seperti keluarga gue ini ndre. Gue nggak mau ya ndre, Elo yang sahabat terbaik gue ini merasakan kepedihan kayak gue."

Gue bersyukur punya sahabat seperti Ega, semenjak obrolan kita dulu kini ega pikirannya sekarang lebih terbuka dan dewasa, gue salut banget sama dia. Malah kini gue yang sering minta masukan dari dia dan Ega juga terkadang membantu gue jika gue berantem sama Adelia atau Diandra.

Gue menuruti nasihat yang diberikan Ega, gue sekarang mencoba untuk menikmati hubungan gue dengan Diandra saat ini namun tetap gue tetep pura-pura nggak tahu dan nggak pernah menanyakan atau mengungkit-ungkit tentang perbedaan keyakinan antara gue dan diandra, gue juga nggak pernah mencoba memaksa dia untuk belajar tentang agama gue, karena menurut gue agama ini adalah hak pribadi setiap individu dan juga dalam agama gue tidak diperbolehkan untuk menghina agama lain, melecehkan agama lain atau memaksa seseorang untuk masuk agama gue dan yang terpenting menurut gue saat ini bisa berdua dengan diandra sudah lebih dari cukup dan gue nggak mau kebahagian gue saat ini rusak akibat itu, meskipun pada akhirnya DIandra juga mengetahuinya,

Gue juga mencoba belajar untuk ikhlas melepas Diandra sewaktu-waktu, karena takdir itu terkadang tidak bisa kita ketahui, tidak bisa dihalangi dan tidak bisa diprediksi. Jujur sampai sekarang gue belum pernah menggerayangi tubuh Diandra dengan sengaja atau hanya sekedar mencium bibirnya ( yah cuma pegang-pegangan tangan sama cium keningnya, itu juga cuma sesekali sih emoticon-Smilie) terkadang gue juga kepikiran untuk melakukan hal-hal terlampau jauh itu, yah namanya juga masa-masa labil, emosi sama jiwa terkadang masih naik turun, namun entah kenapa saat ada kesempatan untuk melakukan itu tiba-tiba aja tubuh gue kaku, gemeteran dan tiba-tiba gue membayangkan sesuatu hal tentang diandra yang membuat gue sedih, apa mungkin ini yang namanya mencintai dengan hati bukan nafsu?


Quote:





Spoiler for Doping Galau:

khodzimzz
khodzimzz memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.