She finds it hard to trust someone,
She's heard the words cause they've all been sung.
She's the girl in the corner,
She's the girl nobody loved.
But I can't, I can't, can't stop thinking about you everyday,
And you can't, you can't,
you can't listen to what people say.
They don't know you baby,
Don't know that you're amazing,
But I'm here to stay.
When you lose your way and the fight is gone,
Your heart starts to break
And you need someone around now.
Just close your eyes while I put my arms above you,
And make you unbreakable.
She stands in the rain, just to hide it all.
If you ever turn around,
I won't let you fall down now.
I swear I'll find your smile,
And put my arms above you,
And make you unbreakable.
I'll make you unbreakable.
Cause she's the girl that I never had,
She's the heart that I wanted bad.
The song I heard on the radio
That made me stop and think of her.
And I can't, I can't, I can't concentrate anymore.
And I need, I need,
Need to show her what her heart is for,
It's been mistreated badly,
Now her world has started falling apart,
Falling apart.
When you lose your way and the fight is gone,
Your heart starts to break
And you need someone around now.
Just close your eyes while I put my arms above you,
And make you unbreakable.
She stands in the rain, just to hide it all.
If you ever turn around,
I won't let you fall down now.
I swear I'll find your smile,
And put my arms above you,
And make you unbreakable.
You need to know that somebody's there all the time,
I'd wait in line, and I hope it yours.
I can't walk away 'til your heart knows,
That it's beautiful.
Oh, I hope it knows, It's beautiful.
When you lose your way and the fight is gone,
Your heart starts to break
And you need someone around now.
Just close your eyes while I put my arms above you
And make you unbreakable.
She stands in the rain, just to hide it all.
If you ever turn around,
I won't let you fall down now.
I swear I'll find your smile,
And put my arms above you,
And make you unbreakable.
Cause I love, I love, I love, I love you darling.
Yes I love, I love, I love, I love you darling.
And I'll put my arms around you,
And make you unbreakable.
"Eh.. Baru mau berangkat?"Gua bertanya ke Fani yang terlihat tengah berjalan melintas, sementara gua tengah menuruni anak tangga.
"Iya nih.. Bareng yuk" Fani mengajak gua sambil melambaikan tangannya.
"Duluan deh, gua mau nyari sarapan dulu..."
"Yaudah ayo sekalian, gue juga belom sarapan..." Fani bicara kemudian menghentikan langkahnya, menunggu gua.
Kami lalu berjalan keluar dan mulai menyusuri jalan menuju ke kampus berdua. Fani dengan ramah menunjukkan satu persatu lokasi-lokasi penting seperti warung nasi paling murah, tempat laundry paling higienis, sampai tempat rental playstation dengan controller paling oke.
"Lu suka maen ps?" Gua bertanya ke Fani begitu dia selesai menunjukkan lokasi rental Playstation.
"Nggak hobby sih.. Tapi kadang kalo lagi bosen suka maen.."
"Di rental itu?" Gua bertanya lagi sambil menunjuk ke arah rental yang baru saja kami lalui.
Fani lalu mengangguk.
Perempuan ini terlihat begitu ceria dan bersemangat. Padahal baru saja semalam dia terlihat panik dan terdengar menangis. Awalnya sih gua berniat untuk bertanya tentang kejadian semalam. Tapi, rasanya terlalu sayang untuk merusak keceriaan dia untuk saat ini.
Fanindya namanya. Perempuan bertubuh mungil ini merupakan senior gua di kampus, usia-nya lebih tua setahun dari gua. Tubuh mungilnya, terbalut sweater bergaria vertikal dipadukan dengan celana denim biru muda, sebuah tas ransel cokelat tergantung di bahu-nya. Fani memiliki mata bulat yang indah, rambutnya panjang sebahu dengan poni lurus menutupi dahi. Hidungnya yang mungil terasa serasi dengan bibir tipisnya yang menarik. Kalau dibandingkan dengan beberapa cewek yang tinggal di kos-kosan, bisa jadi Fani merupakan primadona-nya.
Sebagai pria normal, kalau ditanya pendapat gua tentang penampilan nya, gua pasti menjawab; Luar biasa.
Fani memang nggak memiliki bodi yang aduhai, nggak tinggi semampai, nggak juga punya suara seksi. Tapi, dia punya pesona yang mampu menggoda semua pria, semuaa tanpa terkecuali. Termasuk gua. Tapi, saat berada diposisi seperti ini, gua punya cara ampuh untuk menangkalnya; Marcella. Begitu hati sedikit naksir dengan Fani atau wanita lain dimanapun gua lantas membayangkan Marcella. Marcella yang tengah berdiri dihadapan gua, memberikan senyuman terbaiknya yang rupawan dan sulit dilupakan. Dan, bagusnya cara seperti ini belum pernah gagal.
Nggak begitu jauh sebelum tiba di kampus, Fani menghentikan langkahnya.
"Mau sarapan apaan, rif?"
"Apa aja..."
"Ketupat sayur doyan?"
Gua lalu mengangguk setuju.
Kemudian Fani mengajak gua berbelok sedikit dari jalan utama ke arah barat, melalui jalan ber-aspal yang lebih kecil. Nggak sampai 2 menit kami akhirnya tiba di sebuah kios kecil yang terlihat ramai, dengan kain berbahan flexi yang dibentangkan sebagai penutup.
"Ayo..." Fani mengajak gua sambil menguak penutup warung dari spanduk.
Gua lantas mengikutinya menerobos kerumunan orang yang tengah berdiri mengantri. Posisi kios yang kecil nggak memungkinkan untuk menampung begitu banyak orang seperti sekarang ini, makanya beberapa pelanggan lebih memilih duduk dan makan di emperan trotoar. Fani lalu memesan dua porsi ketupat sayur dan mulai berdiri mengikuti antrian. Kurang lebih 10 menit berikutnya, setelah sedikit berebut dengan pelanggan lainnya, akhirnya semangkuk ketupat sayur telah tersedia ditangan kami berdua.
"Lo nggak buru buru kan?” Fani bertanya ke gua sambil duduk di atas trotoar disamping banyak orang lain bernasib sama; nggak dapet tempat duduk.
"Oh, nggak kok, baru ntar jam 10 ada kuliah.."
"Hah, kuliah jam 10, kok jalan pagi banget?" Fani bertanya lagi, kali ini sambil memasukan suapan pertama ke mulutnya yang mungil.
"Ya biar nggak buru buru, sekalian nyari sarapan"
"Ooh..." Fani menjawab singkat lalu meneruskan sarapannya.
Entah bagaimana awalnya, ketupat sayur khas Padang ini bisa sampai di tanah jawa ini. Tapi, alasan kenapa ketupat sayur ini ramai tentu saja gua sudah punya jawabannya; Rasanya uenak! Nggak lama berselang, Fani telah menyelesaikan sarapannya, wew what the hell? Cewek cantik kayak gini, makannya cepet banget, entah langsung di telan atau nggak dikunyah.
Fani tersenyum, senyumnya terlihat lucu saat masih ada makanan yang tengah dikunyahnya. Buru-buru dia menelannya kemudian mulai bicara; "Orang yang makannya cepet, biasanya kerjanya juga cepet"
"Alah, teori dari mana?"
"Bukan teori, tapi penelitian..."
"Gua makannya lama tapi kerja gua cepet kok.." Gua memberikan pembelaan. Sedikit mengoreksi dalam hati dengan memberikan pengecualian dalam hal membaca.
"Eh.. Rif.. Lu pasti punya pacar ua di Jakarta?" Fani tiba tiba bertanya perihal pacar.
"Ooh.. Iya, kalo elu? Punya pacar juga di Jakarta? Eh lu dari Jakarta juga kan?"
"Iya, sama kaya lo, dari Jakarta dan punya pacar juga disana..."
"Ooh..." Gua meng-oh singkat sambil menganggukan kepala. Gua sih sebelumnya memang yakin kalau cewek se charming dia pasti sudah punya pacar. Atau paling nggak punya gebetan lah. Dan parahnya, entah kenapa gua jadi sedikit kecewa begitu mendengar informasi barusan.
Ah, laki-laki memang seperti itu. Selalu punya tempat untuk perempuan lain dihati-nya walaupun tempat yang disediakan nggak se-luas milik pacar ataupun istrinya. Tapi, selalu ada tempat kecil dihati para lelaku untuk perempuan seperti Fani. Pasti ada! Ini bukanlah sebuah pembelaan, bukan pula sebuah ke-naifan yang semu, melainkan sebuah kejujuran. Kalaulah ada laki-laki yang menentang perasaan yang sama seperti yang gua rasakan saat ini, boleh langsung di ketok palu kalau laki-laki tersebut munafik, kemungkinan lainnya? Dia homo.
Tapi, gua bukannya tanpa kendali. Gua masih bisa menahan hati untuk hal seperti ini. Paling nggak untuk saat ini gua masih bisa meng-handle-nya. Tapi, entah bisa bertahan sampai kapan.
Gua lalu buru-buru mengganti topik pembicaraan lain yang lebih general, yang nggak menyinggung teritori masing-masing pribadi, nggak menyentuh sisi yang sensitive dan menjurus ke hal yang gua takutkan; “kemungkinan selingkuh”. Kami lalu ngobrol ‘ngalor-ngidul’ membahas seluk beluk perkuliahan dan seputar teman di kos-kos-an, hingga akhirnya kami harus berpisah begitu sampai di kampus. Tentu saja dengan membuat janji pulang bareng lagi sebelumnya.
Begitu berpisah, rasa bersalah langsung menjalari tubuh ini. Gua jadi kayak punya salah besar ke Marcella yang mungkin jauh disana tengah merindukan gua.
“Tenang sayang, gua pun begitu..” gua membatin dalam hati.
---
Hari demi hari akhirnya gua jalani dengan hidup di kos-kosan yang jauh dari Ibu kota, jauh dari rumah, jauh dari orang tua dan jauh dari Marcella. Tapi, apa gua tertekan? Tentu saja tidak. Disini, di semarang, di kos-kosan, gua mendapatkan apa yang nggak pernah gua dapati semasa tinggal di Jakarta. Gua punya teman-teman seperti Fani, Exka atau Anang yang betul-betul asik dalam bergaul. Pun begitu mereka tau dengan kekurangan yang gua miliki, mereka nggak memasang jarak, bahkan jauh lebih dekat. Kami banyak menghabiskan waktu bersama-sama, dari mulai nongkrong bareng, makan bareng, belajar bareng sampai mandi bareng. Tentu saja, untuk hal yang terakhir si Fani nggak ikut terlibat.
Sementara hubungan gua dengan Marcella seperti berjalan ditempat. Nggak ada kemajuan yang berarti tapi nggak pula mengalami degredasi hubungan. Begitu tau betapa mahalnya komunikasi via Wartel, akhirnya gua dan Marcella memutuskan untuk sama-sama membeli Handphone, yang pada masa itu harganya masih terbilang mahal untuk ukuran mahasiswa dan pelajar seperti gua dan Marcella. Saat itu gua dan Marcella sama-sama membeli Handphone Nokia 8210 bekas yang dibeli melalui rekan Opa Li jie.
Melalui Handphone akhirnya hubungan gua dengan Marcella kembali lancar. Ya walaupun masih terhitung cukup mahal untuk menebus pulsa-nya, tapi nggak semahal dengan menggunakan jasa Wartel. Fitur SMS begitu dominan menunjang hubungan kami, sesekali gua menelpon Marcella saat weekend atau saat libur kuliah, sementara Marcella punya jadwal sendiri dalam menghubungi gua; menjelang subuh dan menjelang tidur. Jadi, gua mengawali hari dengan suara dari Marcella dan mengakhiri-nya dengan suara yang sama.
---
“Rrrrrrtt.. rrrrrrt..”
Ponsel gua bergetar, menari diatas meja kecil pendek yang beradal tepat disebelah Kasur. Gua meraba-raba, meja dan meraih ponsel kemudian menempelkannya ke daun telinga.
“Hallo…” gua membuka percakapan dengan suara masih parau. Pun gua tau itu adalah Marcella, gua masih tetap menggunakan kata “Hallo” entah kenapa.
“Bangun, rifff.. solat subuh dulu…” Terdengar suara Marcella dari speaker ponsel. Suaranya juga terdengar masih parau, sepertinya dia juga baru saja bangun tidur.
Gua lalu bangkit, duduk di atas Kasur dan memandang ke arah jam dinding yang terletak diatas pintu kamar. Jarum jam menunjukka angka jam 5 pagi.
“Iya..” gua menjawab lirih
“Bangun beneran lho rif, jangan tidur lagi, ntar kehabisan waktu solat..” Marcella kembali mengingatkan.
Suara ketukan pintu dan panggilan Exka akhirnya benar-benar membangunkan gua. Jam saat itu menunjukkan angka 6 pagi. Sial! Gua nggak solat subuh.
Gua lalu bangun, menyambar handuk dan membuka pintu. Diluar, terlihat Exka tengah bertelanjang dada, berdiri bersandar pada tembok. Sebuah handuk disilangkan di lehernya, matanya masih terlihat sembab dengan banyak bekas liur dibagian dagu.
“Bagi sabun dong…” Exka bicara
“Ntar..” gua menjawab singkat lalu kembali menutup pintu dan mandi.
Begitu selesai mandi dan memberikan sabun ke Exka, gua lalu menjalan solat. Entah solat apa namanya, ya kalau Allah memberikan kesempatan ke gua, berarti gua menjalankan solat Subuh. Tapi, kalau memang Allah nggak berkenan, biarlah solat gua ini dianggap sebagai permohonan maaf gua. Selesai solat, gua mengambil ponsel dan mengecek beberapa pesan masuk, dari Marcella. Sementara ada satu pesan tersempil diantaranya, dari Fani. Gua lalu mengabaikan pesan dari Marcella dan langsung membuka pesan masuk dari Fani; “Selamat pagi duniaa…”
Gua tersenyum dan langsung membalasnya; “Selamat pagi juga..”
SELAMAT PAGI - RAN
Kurasakan hangat indahnya sang mentari
membangunkanku dari tidur yang lelap ini
Sinarmu yang terang mulai memasuki mata
dan mengusirku dari alam mimpi
Dan kini kubergegas tuk segera siapkan diriku
tuk mulai menjalani hari ini
Tak sabar ku temui seluruh sahabat yang tersenyum
menyambut datangnya pagi ini
Dan kukatakan..
Selamat pagi!!
Embun membasahi dunia dan mulai mengawali hari ini
Dan kukatakan:
Selamat pagi!!
Kicau burung bernyanyi dan kini ku siap tuk jalani hari ini.
Kini bergegaslah sipakan dirimu untuk memulai menjalani hari ini