- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#1965
A Crosspath
'Ah. Kau lagi'
Ya. Dia lagi. Mata abu abu nya yang menyala menatap tepat ke arah mata gw yang sudah mendongakkan pandangannya ke atas. Valli. Mengenakan kupluk berbulu warna merah dan berwarna hitam dibagian kepalanya. Terlihat mulutnya yang tertutup oleh syal bermotif kotak kota hitam-merah juga.
Valli pun tersenyum, terlihat dari bagaimana dia memejamkan matanya, lalu duduk tepat di depan gw yang tadi ditempati mr.Bushido yang sudah meminggir ke dekat jendela. Terlihat butiran salju masih menempel di kupluk dan jaket hitam yang ia kenakan itu, namun dia terlihat tidak peduli akan masalah salju ini, melainkan tatapannya terkunci ke arah Anastasya sambil melemparkan senyumannya.
' Jangan bilang "Ah. Kau lagi" se akan aku seorang penggemar rahasia mu' ucapnya menatap gw sambil menyandarkan tubuhnya ke bangku
'Bukan Penggemar rahasia. Lebih tepatnya kau itu seperti hantu yang menggentayangiku'
'Dari 5 hari gw di kampus. Kita sudah bertemu hampir 10 kali'
'Bukan salahku dong! Bukankah sudah kubilang itu hanya kebetulan?'
'Itu bukan kebetulan'
'Kita beda fakultas, dan kau tidak ada urusan apa apa di fakultas gw'
'Kenapa bisa ketemu di fakultas gw jika kau tidak menggentayangi gw?'
'Hey! ummmmm.... ahh. Kau juga sering ke fakultas ku! apa yang kau lakukan coba disana?'
'Tanya ke Professormu kalau begitu, bilang dia stop untuk terus memanggilku'
'uhhhhhhh' gumam Valli kalah argumen dengan gw. Gw ingin tertawa melihat ekspresi mukanya saat itu. Kedua pipinya membulat dan bibirnya yang manyun sehingga mukanya perlahan berubah menjadi merah.
'Hahahaha Oke oke stop mengambeknya lama lama kau bisa meledak'
'Oke dua mingguan ini lo terus bertanya tanya tentang Anastasya bukan?'
'Ini dia anaknya!' ucap gw sambil menepuk kepala Sya
Muka Valli pun kembali seperti semula, kali ini berubah menjadi raut wajah senang. Valli langsung menjulurkan tangannya ke arah Sya dan bertukar nama, tidak lupa juga Valli menjulurkan tangannya ke mr.Bushido dan mereka berdua pun saling berkenalan. Hah, kalau dari sini terlihat enak sekali mereka berkenalan dengan damai dan beradab, beda dengan saat gw berkenalan dengan dia dulu.
Mereka pun akhirnya ngobrol obrol ringan layaknya orang baru kenalan. Sementara gw asyik menikmati goyangan menggoda kereta ini. Perlahan lahan pandangan gw mulai pudar dan gw mulai terbang ke dunia mimpi. Semua damai dan sejahtera sampai gw merasakan injakan yang sangat kuat di kaki kiri gw, membuat gw pastinya terbangun. Valli berbuat ulah lagi.
'Apa?' ucap gw agak kesal karena dibangunkan
'jangan tinggalin aku tidur!!!' ucap dia berbisik
'Arrgggh' teriak gw dalam batin. Gw pun membetulkan posisi duduk gw sambil merogoh HP, 9.30 terpampang dilayar kunci HP ini.
'Jadi apa hubungan kamu dengan Adi?' suara Valli yang dari tadi samar tiba tiba jelas di telinga gw
'Eh? Ah!? ummmmm' Kaget Sya ditanyakan pertanyaan seperti itu sambil melihat kearah gw
'mmmm Anak?' ucap Sya ragu
'Yang benar?' tanya Valli sambil matanya melirik ke arah gw
'Ya!' ucap Sya yakin
'Anastasya kamu tidak diapa apain Adi kan?' tanya Valli
'Ehemm. Ada apa ini? kok gw kayak dijadiin tersangka begini?' tanya gw malas
'Lagian mana ada Orang tua dan anak gak beda jauh seperti ini?!' protes Valli
'Ahh jadi apa maumu?'
'Jujur kau apakan dia?! jangan sampai ku buat kamu dideportasi dari negara ini!' ancam Valli
'hahaha. sepertinya kau benar benar serius ya?'
'Oke kalau gitu gw ganti settingnya'
'Sebut saja gw dan Sya adalah sepasang kekasih yang tinggal serumah'
'pfffft ha.. ehem' sembur mr.Bushido tertahan ingin tertawa. Gw pun juga sebenernya setengah mati menahan muka datar gw ini. Sedangkan Sya mukanya sudah merah mendengar pernyataan gw tadi. Lain lagi Valli yang menatap gw serius.
'Pedofil'
'Ha?'
'Kamu pedofil kalau begitu!'
'Kenapa jadi gw yang pedofil?'
'Karena kau memacari anak dibawah umur!'
'Aduh biung' ucap gw pakai bahasa Indonesia sambil tepok jidat mendengar argumen Valli ini
'Apa? kamu ngomong apa?'
'Sorry bahasa Mongolia gw keluar.'
'Oke gini. Ekhem. Sya berapa Umur kamu?'
'Mau 15 Di. Kenapa?' jawab Sya
'Dan umur gw 18 tahun! berarti sah sah aja dong!'
'Uuuuuuurrrggggh' Valli memasang tampang aneh itu lagi. Tampang yang gw pikir adalah tampang ngambeknya. Mukanya yang putih itu kembali berubah menjadi merah lagi. Lain lagi dengan mr.Bushido yang sudah ketawa geli di pojokan sana mendengar argumen gw dan Valli.
'Oke oke kak Valli tenang tenang' ucap Sya ke Valli
'Aku gak diapa apain Adi kok. Aku ceritain ke kakak deh semuanya'
Mukanya Valli yang hampir berubah menjadi tomat itu kembali seperti semula dan sebuah senyuman lebar terukir di wajahnya. 'Hihi Okay! tapi jangan disini. Banyak yang nguping'
'Kalau mau bicara, bicara sekarang, jangan sampai kau mengantui ku lagi' ucap gw
'Tenang saja kita punya banyak waktu kok hari ini' jawab Valli sambil menyilangkan kaki kanannya ke atas]
'Ha?'
'Kalian mau ke Mall di kota kan? Tujuan ku juga kesana, kita bisa bareng'
'Jangan bilang kau memang sengaja menaiki kereta ini karena ada gw disini' curiga gw
Tiba tiba Valli menurunkan kaki kanannya yang tadi dia silangkan lalu memajukan badan nya ke arah gw. Seketika itu gw bisa merasakan detup jantung gw menjadi lebih cepat dari baisanya. Tiba tiba telinga kanan gw tertarik , ya gw dijewer, memaksa kepala gw untuk menoleh ke arah kanan atas tepat ke gambar map stasiun pemberhentia kereta ini.
'Lihat tujuan kereta ini tidak Di?'
'Au ada apasih iya gw liat, ada apa emang, eh, aduduh sakit au'
'kereta ini lewat stasiun tempat tinggal ku, kau tau apa artinya'
'apa? AU au'
'Artinya ada probabilitas kita akan bertemu kapanpun selama kau menaiki kereta ini!!!'
Kita akhirnya sampai di salah satu mall di pusat kota Moscow ini. Seperti tujuan sebelumnya gw bermaksud membelikan pakaian dalam baru untuk Sya namun Valli, tamu yang tidak diundang, ikut nimbrung ke perburuan pakaian dalam kami.
'Hahahaha abis lo Di dijewerin sama dia' tawa mr.Bushido
'Gatau nih mungkin udah nasib gw selalu ditindas wanita'
'Hahaha lagian gw heran kenapa dia segitu seriusnya sama Sya begitu?'
'Di Universitas dia adalah anak fakultas Psikologi'
'terus?'
'Mungkin ini ada hubungan dengan tugas kuliah dia'
'Tugas kuliah seperti apa yang memerlukan Sya sebagai narasumbernya?'
'Banyak. Latar belakang Sya adalah salah satu bagian gelap peradaban kita, prostitusi, narkoba, dan penjualan anak'
'Dilingkungan seperti inilah data untuk penelitian sangat susah didapat, karena lingkungannya yang sangat berbahaya'
'Bagaimana dia tahu kalau Sya berasal dari lingkungan seperti itu? dan yang lebih penting lagi kenapa lo tahu kalau dia tahu?'
'Gampang sekali, Ekspresi kaget dia saat melihat Sya untuk pertama kalinya sudah cukup untuk memberikan gw informasi'
'Valli sudah tau Sya saat dia masih tinggal di lingkungan prostitusi itu'
'Satu satunya kemungkinan adalah Valli sudah mengobservasi lingkungan itu sejak lama'
'Aaah begitu ya. Gw selalu tidak mengerti anak cewek. Selalu rajin dalam mengerjakan sesuatu.'
'Ahahaha ya Rajin dan Naif'
'Naif'
'Lo melihat ada yang aneh tidak dengan cara Valli mengintrogasi gw tadi?'
'Aneh? Aneh kenapa? bukannya itu biasa untuk mengumpulkan data yang kau bilang tadi'
'Gak. Pertanyaan ilmiah tidak akan memasuki daerah personal. Pikir. Apakah Afeksi dia terhadap Sya terlalu berlebihan?'
'Mmmm Ya si kalau dipikir pikir, Kenapa memang apakah salah? Mungkin dia bersimpati'
'Itu mr.Bushido. Adalah afeksi seorang aktivis'
'Aktivis?! Bagus dong berarti dia memang benar benar ingin menolong orang'
'Kenapa lo Di? sepertinya lo punya sesuatu ke profesi Aktivis'
'Gak bukan itu, malah sebaliknya, gw kasihan'
'Kenapa kasihan?'
'Seorang Aktivis jarang yang berakhir baik'
'Antara Mati, atau hidup panjang hanya untuk menjadi orang yang korup'
'Setidaknya dia bisa menolong semua orang'
'Itu yang salah mr.Bushido. Tidak semua orang berhak ditolong'
Setelah itupun kami terdiam sejenak lalu keluarlah Valli dan Sya dari salah satu toko pakaian dalam di mall ini. Terlihat Sya dan Valli ngobrol dengan akrab sekali. Valli dan Sya pun bersalaman dan berpelukan, sebelum akhirnya berpisah dengan Valli melambaikan tangannya ke arah gw dan mr.Bushido. Gw mengangkat tangan gw untuk membalas sapaannya. Valli pun melepas kupluk hitam merahnya dan menarik syal dilehernya itu, perlahan mata abu abunya menatap ke arah gw, beserta sebuah senyuman. Senyuman yang tidak bisa gw deskripsikan. Senyuman yang tidak bisa gw lupakan.
Ya. Dia lagi. Mata abu abu nya yang menyala menatap tepat ke arah mata gw yang sudah mendongakkan pandangannya ke atas. Valli. Mengenakan kupluk berbulu warna merah dan berwarna hitam dibagian kepalanya. Terlihat mulutnya yang tertutup oleh syal bermotif kotak kota hitam-merah juga.
Valli pun tersenyum, terlihat dari bagaimana dia memejamkan matanya, lalu duduk tepat di depan gw yang tadi ditempati mr.Bushido yang sudah meminggir ke dekat jendela. Terlihat butiran salju masih menempel di kupluk dan jaket hitam yang ia kenakan itu, namun dia terlihat tidak peduli akan masalah salju ini, melainkan tatapannya terkunci ke arah Anastasya sambil melemparkan senyumannya.
' Jangan bilang "Ah. Kau lagi" se akan aku seorang penggemar rahasia mu' ucapnya menatap gw sambil menyandarkan tubuhnya ke bangku
'Bukan Penggemar rahasia. Lebih tepatnya kau itu seperti hantu yang menggentayangiku'
'Dari 5 hari gw di kampus. Kita sudah bertemu hampir 10 kali'
'Bukan salahku dong! Bukankah sudah kubilang itu hanya kebetulan?'
'Itu bukan kebetulan'
'Kita beda fakultas, dan kau tidak ada urusan apa apa di fakultas gw'
'Kenapa bisa ketemu di fakultas gw jika kau tidak menggentayangi gw?'
'Hey! ummmmm.... ahh. Kau juga sering ke fakultas ku! apa yang kau lakukan coba disana?'
'Tanya ke Professormu kalau begitu, bilang dia stop untuk terus memanggilku'
'uhhhhhhh' gumam Valli kalah argumen dengan gw. Gw ingin tertawa melihat ekspresi mukanya saat itu. Kedua pipinya membulat dan bibirnya yang manyun sehingga mukanya perlahan berubah menjadi merah.
'Hahahaha Oke oke stop mengambeknya lama lama kau bisa meledak'
'Oke dua mingguan ini lo terus bertanya tanya tentang Anastasya bukan?'
'Ini dia anaknya!' ucap gw sambil menepuk kepala Sya
Muka Valli pun kembali seperti semula, kali ini berubah menjadi raut wajah senang. Valli langsung menjulurkan tangannya ke arah Sya dan bertukar nama, tidak lupa juga Valli menjulurkan tangannya ke mr.Bushido dan mereka berdua pun saling berkenalan. Hah, kalau dari sini terlihat enak sekali mereka berkenalan dengan damai dan beradab, beda dengan saat gw berkenalan dengan dia dulu.
Mereka pun akhirnya ngobrol obrol ringan layaknya orang baru kenalan. Sementara gw asyik menikmati goyangan menggoda kereta ini. Perlahan lahan pandangan gw mulai pudar dan gw mulai terbang ke dunia mimpi. Semua damai dan sejahtera sampai gw merasakan injakan yang sangat kuat di kaki kiri gw, membuat gw pastinya terbangun. Valli berbuat ulah lagi.
'Apa?' ucap gw agak kesal karena dibangunkan
'jangan tinggalin aku tidur!!!' ucap dia berbisik
'Arrgggh' teriak gw dalam batin. Gw pun membetulkan posisi duduk gw sambil merogoh HP, 9.30 terpampang dilayar kunci HP ini.
'Jadi apa hubungan kamu dengan Adi?' suara Valli yang dari tadi samar tiba tiba jelas di telinga gw
'Eh? Ah!? ummmmm' Kaget Sya ditanyakan pertanyaan seperti itu sambil melihat kearah gw
'mmmm Anak?' ucap Sya ragu
'Yang benar?' tanya Valli sambil matanya melirik ke arah gw
'Ya!' ucap Sya yakin
'Anastasya kamu tidak diapa apain Adi kan?' tanya Valli
'Ehemm. Ada apa ini? kok gw kayak dijadiin tersangka begini?' tanya gw malas
'Lagian mana ada Orang tua dan anak gak beda jauh seperti ini?!' protes Valli
'Ahh jadi apa maumu?'
'Jujur kau apakan dia?! jangan sampai ku buat kamu dideportasi dari negara ini!' ancam Valli
'hahaha. sepertinya kau benar benar serius ya?'
'Oke kalau gitu gw ganti settingnya'
'Sebut saja gw dan Sya adalah sepasang kekasih yang tinggal serumah'
'pfffft ha.. ehem' sembur mr.Bushido tertahan ingin tertawa. Gw pun juga sebenernya setengah mati menahan muka datar gw ini. Sedangkan Sya mukanya sudah merah mendengar pernyataan gw tadi. Lain lagi Valli yang menatap gw serius.
'Pedofil'
'Ha?'
'Kamu pedofil kalau begitu!'
'Kenapa jadi gw yang pedofil?'
'Karena kau memacari anak dibawah umur!'
'Aduh biung' ucap gw pakai bahasa Indonesia sambil tepok jidat mendengar argumen Valli ini
'Apa? kamu ngomong apa?'
'Sorry bahasa Mongolia gw keluar.'
'Oke gini. Ekhem. Sya berapa Umur kamu?'
'Mau 15 Di. Kenapa?' jawab Sya
'Dan umur gw 18 tahun! berarti sah sah aja dong!'
'Uuuuuuurrrggggh' Valli memasang tampang aneh itu lagi. Tampang yang gw pikir adalah tampang ngambeknya. Mukanya yang putih itu kembali berubah menjadi merah lagi. Lain lagi dengan mr.Bushido yang sudah ketawa geli di pojokan sana mendengar argumen gw dan Valli.
'Oke oke kak Valli tenang tenang' ucap Sya ke Valli
'Aku gak diapa apain Adi kok. Aku ceritain ke kakak deh semuanya'
Mukanya Valli yang hampir berubah menjadi tomat itu kembali seperti semula dan sebuah senyuman lebar terukir di wajahnya. 'Hihi Okay! tapi jangan disini. Banyak yang nguping'
'Kalau mau bicara, bicara sekarang, jangan sampai kau mengantui ku lagi' ucap gw
'Tenang saja kita punya banyak waktu kok hari ini' jawab Valli sambil menyilangkan kaki kanannya ke atas]
'Ha?'
'Kalian mau ke Mall di kota kan? Tujuan ku juga kesana, kita bisa bareng'
'Jangan bilang kau memang sengaja menaiki kereta ini karena ada gw disini' curiga gw
Tiba tiba Valli menurunkan kaki kanannya yang tadi dia silangkan lalu memajukan badan nya ke arah gw. Seketika itu gw bisa merasakan detup jantung gw menjadi lebih cepat dari baisanya. Tiba tiba telinga kanan gw tertarik , ya gw dijewer, memaksa kepala gw untuk menoleh ke arah kanan atas tepat ke gambar map stasiun pemberhentia kereta ini.
'Lihat tujuan kereta ini tidak Di?'
'Au ada apasih iya gw liat, ada apa emang, eh, aduduh sakit au'
'kereta ini lewat stasiun tempat tinggal ku, kau tau apa artinya'
'apa? AU au'
'Artinya ada probabilitas kita akan bertemu kapanpun selama kau menaiki kereta ini!!!'
++++++
Kita akhirnya sampai di salah satu mall di pusat kota Moscow ini. Seperti tujuan sebelumnya gw bermaksud membelikan pakaian dalam baru untuk Sya namun Valli, tamu yang tidak diundang, ikut nimbrung ke perburuan pakaian dalam kami.
'Hahahaha abis lo Di dijewerin sama dia' tawa mr.Bushido
'Gatau nih mungkin udah nasib gw selalu ditindas wanita'
'Hahaha lagian gw heran kenapa dia segitu seriusnya sama Sya begitu?'
'Di Universitas dia adalah anak fakultas Psikologi'
'terus?'
'Mungkin ini ada hubungan dengan tugas kuliah dia'
'Tugas kuliah seperti apa yang memerlukan Sya sebagai narasumbernya?'
'Banyak. Latar belakang Sya adalah salah satu bagian gelap peradaban kita, prostitusi, narkoba, dan penjualan anak'
'Dilingkungan seperti inilah data untuk penelitian sangat susah didapat, karena lingkungannya yang sangat berbahaya'
'Bagaimana dia tahu kalau Sya berasal dari lingkungan seperti itu? dan yang lebih penting lagi kenapa lo tahu kalau dia tahu?'
'Gampang sekali, Ekspresi kaget dia saat melihat Sya untuk pertama kalinya sudah cukup untuk memberikan gw informasi'
'Valli sudah tau Sya saat dia masih tinggal di lingkungan prostitusi itu'
'Satu satunya kemungkinan adalah Valli sudah mengobservasi lingkungan itu sejak lama'
'Aaah begitu ya. Gw selalu tidak mengerti anak cewek. Selalu rajin dalam mengerjakan sesuatu.'
'Ahahaha ya Rajin dan Naif'
'Naif'
'Lo melihat ada yang aneh tidak dengan cara Valli mengintrogasi gw tadi?'
'Aneh? Aneh kenapa? bukannya itu biasa untuk mengumpulkan data yang kau bilang tadi'
'Gak. Pertanyaan ilmiah tidak akan memasuki daerah personal. Pikir. Apakah Afeksi dia terhadap Sya terlalu berlebihan?'
'Mmmm Ya si kalau dipikir pikir, Kenapa memang apakah salah? Mungkin dia bersimpati'
'Itu mr.Bushido. Adalah afeksi seorang aktivis'
'Aktivis?! Bagus dong berarti dia memang benar benar ingin menolong orang'
'Kenapa lo Di? sepertinya lo punya sesuatu ke profesi Aktivis'
'Gak bukan itu, malah sebaliknya, gw kasihan'
'Kenapa kasihan?'
'Seorang Aktivis jarang yang berakhir baik'
'Antara Mati, atau hidup panjang hanya untuk menjadi orang yang korup'
'Setidaknya dia bisa menolong semua orang'
'Itu yang salah mr.Bushido. Tidak semua orang berhak ditolong'
Setelah itupun kami terdiam sejenak lalu keluarlah Valli dan Sya dari salah satu toko pakaian dalam di mall ini. Terlihat Sya dan Valli ngobrol dengan akrab sekali. Valli dan Sya pun bersalaman dan berpelukan, sebelum akhirnya berpisah dengan Valli melambaikan tangannya ke arah gw dan mr.Bushido. Gw mengangkat tangan gw untuk membalas sapaannya. Valli pun melepas kupluk hitam merahnya dan menarik syal dilehernya itu, perlahan mata abu abunya menatap ke arah gw, beserta sebuah senyuman. Senyuman yang tidak bisa gw deskripsikan. Senyuman yang tidak bisa gw lupakan.
junti27 dan 17 lainnya memberi reputasi
18
