Kaskus

Story

kesshouAvatar border
TS
kesshou
Mr.Mars & Miss.Venus
Mr.Mars & Miss.Venus

Pernahkah kalian bermimpi indah kemudian tiba-tiba terbangung dengan perasaan hampa di pagi hari ?
Pernahkah kalian merasakan bagaimana kehangatan cinta yang ternyata tidak sejalan dengan takdirNYA ?
Pernahkah kalian merasakan ketakutan dalam menghadapi esok ?
Pernahkah kalian merasakan kalau hidup tidak pernah adil ?
Pernahkah kalian merasakan kemarahan saat seseorang yang berharga pergi meninggalkanmu ?
Pernahkah kalian merasakan pahitnya kopi tidak sebanding dengan pahitnya hidup?
Kalau kalian bertanya kepadaku apakah aku pernah mengalami semua itu
maka jawabanku adalah
IYA....!!!!!
Aku pernah mengalaminya, sampai-sampai bosan dan muak dengan semua ini.
Namun saat itu tiba-tiba engkau datang dalam kehidupanku
Seolah memberikan sesuatu yang kucari selama ini
Sebuah jawaban akan semua penderitaan yang aku lalui
Dan
Engkaulah yang berhasil membuat kopi dalam cangkirku terasa manis.
Dan
Engkaulah yang membuat mataku terbuka lebar sehingga aku bisa melihat indahnya takdir Tuhan.


Hidup ini terlalu singkat dan berharga jika digunakan hanya untuk mengeluh dan bersedih.



Spoiler for Index:


Diubah oleh kesshou 17-05-2016 19:35
yusuffajar123Avatar border
SANTO.0281Avatar border
mahrsmello5680Avatar border
mahrsmello5680 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
677.8K
3K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
kesshouAvatar border
TS
kesshou
#536

Akhirnya pesanan kamipun sampai. Dua porsi daging besar yang sangat menggugah selera, gue baru pertama kali melihat daging seperti ini.

“Ini apaan steff?”

“Tenderloin.” Ucap steffany sambil memulai mengambil pisau

Jujur, gue belum pernah makan daging sebesar ini, kalau daging sapi biasa sih pernah, itupun dapet dari mesjid saat idul adha. Hahaha… kalau daging ayam cuma bisa seminggu atau dua minggu sekali. Maklum lah gue bukan anak orang kaya.

Pertama kali gue bingung gimana cara makan dan mengunyah daging sebesar ini karena biasanya kalau masak daging sapi udah dipotongin nyokap kecil-kecil jadi tinggal gue kunyah doang. Gue lihat steffany mulai memotong daging itu menggunakan pisau yang ada disamping piringnya. Pertama gue lihat cara-caranya, ternyata semudah itu. Gue lalu mencobanya dan ternyata nggak semudah yang gue pikirin. Gue lihat pisau yang gue pegang di tangan kanan gue, gue perhatikan dengan seksama dan gue pegang mata pisaunya.

“Kampret, ini pisonya kagak tajem. Gimana gue bisa motong ini daging. Wah sialan nih restoran, masa orang mau makan aja pake dikerjain kayak gini sih.” Gue melihat kearah steffany, dan ternyata dia sudah mulai menikmati hidangannyannya. “Kok bisa dia bisa motongnya?”

“Steff, tukeran pisaunya dong.” Ucap gue

“Memangnya kenapa sama pisau kamu?”

“Nggak tajem.”

“Masa sih? Coba lihat sini.” Ucap steffany meminta pisau gue

“Tuh kan nggak tajem.” Ucap gue

“Ih, emang gini pisaunya ndre.”

“Lo memangnya belum pernah motong pakai pisau kayak gini?”

“Belum.”

“Ya udah sini gue potongin.” Gue pun lalu menyerahkan piring gue ke steffany. Gue lihat dia dengan lancar tanpa kesulitan memotong daging itu menjadi kecil-kecil.

“Nih. Udah gue potongin semua, tinggal lo makan aja.”

“Thank ya steff.” Ucap gue sambil mencoba untuk memakan daging itu. Gila men rasanya enak banget, dagingnya juga empuk banget, Juicy, pokok e mak nyus.

Saat lagi enak-enaknya makan, tiba-tiba steffany kaget saat melihat sesuatu. “Pratama.!!!”

“Apaan steff?”

“Itu pratama bukan sih ndre?” tanya stefany ke gue

“Kayaknya sih iya.” Ucap gue sesaat setelah melihat cowo yang ditunjuk oleh steffany. Ternyata cowo itu sedang asik bermesra-mesraan bersama dengan cewe yang gue nggak kenal.

“Eh, lo mau kemana steff?” tanya gue saat melihat steffany berdiri.

“Gue pengen mastiin itu pratama apa bukan.”

Gue lihat steffany ribut sama cowo itu dan gue cuma menonton adegan-adegan yang agak mirip di sinetron yang biasa nyokap gue tonton sambil menikmati makanan gue. Kapan lagi kan bisa ngeliat pasangan yang berantem heboh kayak gitu. Hehehe…jahat juga ternyata gue ini.

PLAKK!!!! Sebuah tamparan keras dari tangan steffany mendarat di wajah cowo itu.

OUGH,,.gue bisa ngerasain gimana perihnya itu,

Hahahaha,…gue seneng banget ngeliat kejadian barusan tapi gue kecewa sih steffany cuma sekali namparnya. Gue ngarepnya sih minimal 3x tamparan plus tonjokan ke mukanya biar greget gitu. Dari pada adu mulut kan nggak seru, malah menggangu telinga doang.

Gue mulai bangkit dari kursi dan ikut campur pertengkaran mereka saat gue lihat cowo itu udah mulai main kasar sama steffany, dia mencengkram tangan steffany dan gue lihat dari jauh steffany terasa kesakitan akibat cengkraman dari cowo itu.

“Sabar bro, lo nggak bisa main kasar kayak gini ke cewe.” Ucap gue sambil melepaskan cengraman tangan cowo itu dari tangan steffany.

“LO ITU SIAPA?!!! NGGAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN ORANG” ucap cowo itu emosi

“Gue temennya.wajarlah gue ikut campur. Apalagi lo udah main kasar kayak gitu.”

“GUE PACARNYA, TERSERAH GUE MAU NGAPAIN KE PACAR GUE.” teriak dia

“Asal lo tau ya, suami aja dilarang untuk kasar ke istrinya. Apalagi lo yang cuma sebatas pacar, lo itu nggak ada hak buat kasar kayak gini. Lo punya otak nggak sih?” ucap gue

“JADI LO MAU RIBUT SAMA GUE.”

“Ayo aja, kapan pun gue siap. Gue malah seneng bisa ngehajar cowo kayak lo.” Ucap gue sambil mendorong badannya. Bukannya apa-apa ya gue ngedorong dia cuma gue bener-bener nggak tahan aja sama bau mulutnya. Heran gue ni cowo habis makan banke tikus apa ya, bisa bau gitu mulutnya.

“UDAH NGGAK USAH BERANTEM.” Teriak steffany. “Dan untuk lo ya, gue mau putus sama elo dan elo jangan pernah lagi muncul didepan gue.” ucap steffany menunjuk kearah cowo itu dan kemudian dia berjalan keluar dan meninggalkan resto itu. Cowo itu pun ikut keluar mencoba untuk mengejar steffany bersama dengan cewe yang dia bawa itu dan gue kembali ke meja gue melanjutkan kembali menikmati hidangan gue, sayang banget kan kalau nggak dihabisin.

Lagi asik-asiknya makan gue baru inget kalau steffany udah pulang duluan. Siapa yang bayar ini semua? Aduh, gimana ini, mana uang di dompet gue tinggal dua puluh ribu perak lagi. Mustahil banget harga ini makanan dua puluh ribu, lah nasi goreng aja lima puluh ribu. Kabur? Ya, cuma itu satu-satunya jalan. Gue melihat kearah pintu keluar ternyata disana dijaga oleh satu orang pelayan yang tadi menyambut gue dan steffany. Mustahil banget bisa keluar diam-diam, apa gue jujur aja ya ke pemilik restonya, tapi kalau misalnya gue jujur, gue bakalan diapain? Kalau cuma di suruh cuci piring kayak di sinetron-sinetron sih nggak masalah. Tapi kalo di gebukin kayak di film Warkop itu baru masalah.

Tulilut tulilut… emoticon-phone

Terdengar suara ponsel dari dalam tas steffany. Ternyata tadi si steffany lupa bawa tasnya. Gue pun membuka tasnya dan mengambil ponselnya, gue terkejut saat melihat tulisan yang ada dilayar ponsel steffany “ADELIA”. Kebetulan yang sangat aneh bagi gue, karena tadi sesaat terlintas di pikiran gue untuk menelpon adelia dan meminta bantuannya tapi gue urungkan karena gue nggak mau merepotkan dia lagi.

“Ha…ha..lo.” ucap gue

“Andre? Kok bisa kamu yang nggangkat?” tanya Adelia

“Tadi aku lagi nemenin steffany cari kado buat sepupunya, terus waktu kita lagi makan di resto. Steffany ketemu sama cowonya yang lagi sama cewe lain.”

“Terus?”

“Berantemlah mereka berdua, steffany tiba-tiba aja pergi ninggalin gue sendiri di resto.”

“Kamu masih diresto?”

“Iya del, gue nggak bisa balik. Makanannya belum dibayar soalnya.”

“Ya udah bayar gih, habis itu langsung pulang. Udah malem ini ndre.”

“Uang gue kurang del buat bayarnya.” Ucap gue berharap adelia mau dateng buat nolong gue.

“Ya udah deh aku kesana, kamu dimana?” tanyanya , gue pun segera memberi tau nama dan alamat resto tempat gue makan.

“Tunggu bentar ya ndre.”

“Iya del. Makasih ya.”

Tuut..tut..

Itulah pertama kalinya gue seneng banget menerima telpon dari adel, soalnya biasanya telpon dari dia itu kadang bikin gue senewen. Bayangin aja jam 2 pagi gue di telponin gara-gara dia nggak bisa tidur atau kebangun dari tidurnya, sampai akhirnya gue dipaksa untuk nemenin dia ngobrol dan baru bisa berhenti kalau batrei ponsel gue atau dia habis.

Tiga puluh menit gue menunggu, akhirnya adelia datang juga. Dia langsung membayar tagihan makanan gue dan mengajak gue untuk segera pulang. Tumben banget sepanjang perjalanan adelia nggak pernah mengajak gue untuk mengobrol seperti biasanya, terkesan dingin gitu, sekalinya gue coba untuk membuka percakapan jawabannya hanya

“Iya”,

“Oh”

“Nggak apa-apa”

“Hooh”

Cuma saat sampai didepan rumah gue dia baru ngomong agak panjangan “ Aku pulang dulu ya ndre.” dah itu aja.

Darpox
khodzimzz
khodzimzz dan Darpox memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.