- Beranda
- Stories from the Heart
Not All About Love
...
TS
propanol.12
Not All About Love
Assalamualaikum Wr Wb
Sebelumnya gw ucapkan permisi dan terima kasih kepada mimin, momod dan seluruh penghuni forum SFTH ini. Setelah lama jadi SR akhirnya ada keinginan juga dari gw untuk membagikan kisah gw yang absurd dan serba gag jelas ini. Sebuah kisah pahit manis gw dalam menemukan jati diri gw dan menemukan seseorang yang bakal selalu ada disisi gw. Sebelumnya gw tekankan disini gw bukan seorang penulis jadi mohon maaf kalau dalam penulisan gw nanti banyak sekali kekurangan. Dan demi kenyamanan dan keprivasian tokoh yang bersangkutan maka semua nama tokoh dalam cerita gw ini disamarkan.

Quote:
Quote:
Ada kalanya aku harus mengalah dan mengorbankan zona nyaman dan amanku untuk bisa meraih sesuatu yang lebih berarti dan bermakna dalam hidupku. Aku egois, inilah ceritaku.
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 18 suara
Siapakah nanti yang bakal jadi pasangan hidup gw?
Irina
17%
Mita
17%
Sandy
67%
Diubah oleh propanol.12 18-01-2016 20:17
anasabila memberi reputasi
1
11.4K
121
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
propanol.12
#44
Part 10 – This is not Siti Nurbaya
Gw duduk di salah satu cafe kawasan Bintaro. Hujan rintik-rintik menemani gw dalam menghabiskan waktu untuk menunggu dia. Kita memang sudah janjian disini untuk membicarakan ‘ini’, dan nampaknya dia molor dari jadwal janjian kita.
Setelah sekian lama gw menunggu datang pula orang yang gw tunggu. Seorang gadis chubby yang sangat sempurna dimata gw. Wajahnya yang oriental dengan ciri khas matanya yang sipit dan rambutnya yang curly sepunggung itu sanggup menghipnotis gw selama 5 tahun kebelakang ini. Dengan baju lengan panjang yang ditekuk berwarna pink dan bercelana jeans hitam ketat dia nampak anggun sore ini. Dia berjalan dan mendekati gw, mencoba tersenyum yang gw tau sangat dipaksakan.
“Maaf ya sayang, tadi jalannya sedikit macet. Jadi agak telat.” Kata dia setelah duduk di depan gw.
“Iya gag apa. Pesen dulu gih.” Kata gw.
“Iya deh...” Kata dia sambil beranjak menuju ke pelayan. Setelah itu dia kembali lagi ke kursi yang tadi dia duduki. Setelah itu kita berdua diam tanpa suara, dan suasana layaknya di kutub, dingin.
“Kita disini hanya mau berdiam diri saja untuk menghabiskan waktu yang sia-sia atau ....”
“Iya aku tau kok tujuan kita disini.” Kata dia memotong omongan gw. “Hahh... aku tau cepat atau lambat kamu harus tau ini Fin. Dan mungkin ini saatnya aku ngomong walaupun aku tau ini bukan saat yang tepat.”
“Silahkan lanjutkan.”
“Jadi dulu, kamu pernah tau kan keluargaku pernah jatuh bangkrut. Dan tau sendiri kan kondisiku pada saat aku pertama kali kenal denganmu. Kondisiku sangat memprihatinkan waktu itu, bahkan untuk kuliah pun aku gag bisa kan? Sampai aku harus menunggu periode tahun depannya untuk kuliah. Nah disaat itupula mamaku ditolong pak Edward (ayahnya Hari) untuk membuka usaha yang sekarang mamaku jalani. Dan seiring berjalannya waktu usaha mereka berkembang dan maju seperti sekarang. Aku juga gag paham ada kesepakatan apa diantara mereka dulu, tapi yang jelas.....” Dia mulai meneteskan air matanya.
“Kenapa?” Kata gw sambil menyeka air matanya yang menetes dipipinya.
“Kamu masih ingat kan waktu orang tuaku tiba-tiba datang ke kost aku waktu kuliah dulu? Malam itu aku diajak makan bareng keluarga pak Edward dan aku dikenalin sama si Hari dan mereka sepakat untuk menjodohkan kami.”
“..........”
“Awalnya aku sangat keras sekali menolak. Jodoh itu aku yang cari sendiri dan aku gag mau pendampingku besok hanya karena paksaan atau rasa terima kasih. Tapi aku juga ingin bahagia, ingin merasakan hidup sama orang yang aku cintai.” Kata dia dengan air mata mulai deras membanjiri pipinya yang halus.
“..........”
“Aku sudah pernah bilang sama Hari kalau aku gag suka sama dia dan aku ingin membatalkan perjodohan ini. Tapiiii.... tampaknya dia malah suka sama aku dan dia ingin terus perjuangin aku. Aku bingung Fin, bingung.”
“Terus kenapa kamu gag cerita sama aku sejak dulu Rin?”
“Aku ingin cerita sama kamu waktu itu. Tapi saat itu kamu kan mau menghadapi ujian skripsi. Aku gag ingin mengganggu konsentrasi kamu, jadi aku sengaja tidak memberitahu kamu.”
“Iya sampai aku tau kamu dipeluk orang lain Rin? Iya begitu?”
“Iya aku tau aku salah. Sore itu kita kumpul keluarga. Nampaknya orang tuaku tau hubungan kita. Dan kemarin itu mereka berencana untuk mempertunangkan aku dengan Hari.”
Duarrr.... Bagai disambar petir disore hari. Hati gw bener2 hancur mendengar apa yang barusan Irina omongkan. Gw buntu, gag bisa mikir apa-apa. Perjuangan gw selama ini untuk kayak gag ada artinya.
“Aku sebenernya gag mau Fin, tunangan sama Hari. Aku sayangnya sama kamu. Aku cintanya sama kamu.”
“Iya aku tau Rin, aku tau. Apa perlu aku ngomong sama papa mama mu sekarang tentang hubungan kita?”
“Aku rasa itu bukan solusi yang tepat. Kamu tau kan mamaku orangnya gimana?”
“Iya aku tau. Aku siap kok menghadapi konsekuensinya. Meskipun berat aku ingin tetep perjuangin kamu Rin.”
“Percuma Fin. Kalau mungkin salah satu orang tuaku saja yang punya keinginan masih bisalah buat merubah kehendaknya. Tapi ini keduanya sudah berkehendak, dan seluruh keluarga aku juga sudah setuju. Jadi mungkin....”
“Mungkin apa?”
“Mungkin lebih baik kamu lupain aku saja Fin. Cari wanita yang lebih layak mendampingi kamu dibanding aku.”
“Whats??? Jadi kamu???”
“Iya Fin. Aku tau ini berat. Tapi kayaknya memang takdir kita gag sejalan Fin. Maafin aku, maafin aku Fin.”
“GILA KAMU RIN.” Kata gw sambil memukul meja. “Jadi setelah 5 tahun perjuangan kita, tapi begini hasilnya hah?”
“APA KAMU PIKIR AKU JUGA GAG KESIKSA DENGAN KONDISI BEGINI FIN?” Kata dia dengan tangisan yang keras. Gw sudah gag peduli dengan kondisi sekitar kafe yang nampaknya semua mata tertuju sama kami berdua.
“Ya udah kalau gitu, fine... Kalau itu yang kamu mau.” Kata gw sambil berlalu meninggalkan dia.
Hujan turun deras sekali waktu gw keluar dari kafe itu. Seakan gag peduli dengan kondisi hujan yang lebat gw tetap melajukan motor gw dengan kecepatan yang tinggi. Baju dan celana gw basah semua dan gw gag peduli dengan semua itu. Perasaan gw hancur, hati gw hancur dan nampaknya alam pun juga setuju sama gw dengan menurunkan hujan semakin derasnya.
Sampai di kost gw langsung berlari menuju kamar gw. Banyak penghuni kost yang berada dilantai 1 heran melihat kondisi gw seperti ini. Sampai di depan kamar, gw cari kunci kamar kost gw tapi nampaknya terjatuh dan gw gag sadar. Gw hanya bisa bersandar di depan pintu kamar kost gw sampai sambil menitihkan air mata, saat Mita baru datang dari nganteri Sandy di stasiun. Ya memang hari ini jadwalnya Sandy pulang ke Jogja sesudah dia menyelesaikan semua administrasinya.
“Lo.... Kenapa Fin
?” Kata dia sambil berjongkok depan gw.
Tanpa banyak ucapan kata gw langsung memeluk dia dan menangis di bahunya. Seolah dia ikut merasakan kepedihan gw, Mita pun tidak menolak pelukan gw malah dia juga membalas pelukan gw. Dan mengelus punggung gw, dan isak tangis gw pun semakin menjadi seiring dengan rasa sakit hati ini.
Gw duduk di salah satu cafe kawasan Bintaro. Hujan rintik-rintik menemani gw dalam menghabiskan waktu untuk menunggu dia. Kita memang sudah janjian disini untuk membicarakan ‘ini’, dan nampaknya dia molor dari jadwal janjian kita.
Setelah sekian lama gw menunggu datang pula orang yang gw tunggu. Seorang gadis chubby yang sangat sempurna dimata gw. Wajahnya yang oriental dengan ciri khas matanya yang sipit dan rambutnya yang curly sepunggung itu sanggup menghipnotis gw selama 5 tahun kebelakang ini. Dengan baju lengan panjang yang ditekuk berwarna pink dan bercelana jeans hitam ketat dia nampak anggun sore ini. Dia berjalan dan mendekati gw, mencoba tersenyum yang gw tau sangat dipaksakan.
“Maaf ya sayang, tadi jalannya sedikit macet. Jadi agak telat.” Kata dia setelah duduk di depan gw.
“Iya gag apa. Pesen dulu gih.” Kata gw.
“Iya deh...” Kata dia sambil beranjak menuju ke pelayan. Setelah itu dia kembali lagi ke kursi yang tadi dia duduki. Setelah itu kita berdua diam tanpa suara, dan suasana layaknya di kutub, dingin.
“Kita disini hanya mau berdiam diri saja untuk menghabiskan waktu yang sia-sia atau ....”
“Iya aku tau kok tujuan kita disini.” Kata dia memotong omongan gw. “Hahh... aku tau cepat atau lambat kamu harus tau ini Fin. Dan mungkin ini saatnya aku ngomong walaupun aku tau ini bukan saat yang tepat.”
“Silahkan lanjutkan.”
“Jadi dulu, kamu pernah tau kan keluargaku pernah jatuh bangkrut. Dan tau sendiri kan kondisiku pada saat aku pertama kali kenal denganmu. Kondisiku sangat memprihatinkan waktu itu, bahkan untuk kuliah pun aku gag bisa kan? Sampai aku harus menunggu periode tahun depannya untuk kuliah. Nah disaat itupula mamaku ditolong pak Edward (ayahnya Hari) untuk membuka usaha yang sekarang mamaku jalani. Dan seiring berjalannya waktu usaha mereka berkembang dan maju seperti sekarang. Aku juga gag paham ada kesepakatan apa diantara mereka dulu, tapi yang jelas.....” Dia mulai meneteskan air matanya.
“Kenapa?” Kata gw sambil menyeka air matanya yang menetes dipipinya.
“Kamu masih ingat kan waktu orang tuaku tiba-tiba datang ke kost aku waktu kuliah dulu? Malam itu aku diajak makan bareng keluarga pak Edward dan aku dikenalin sama si Hari dan mereka sepakat untuk menjodohkan kami.”
“..........”
“Awalnya aku sangat keras sekali menolak. Jodoh itu aku yang cari sendiri dan aku gag mau pendampingku besok hanya karena paksaan atau rasa terima kasih. Tapi aku juga ingin bahagia, ingin merasakan hidup sama orang yang aku cintai.” Kata dia dengan air mata mulai deras membanjiri pipinya yang halus.
“..........”
“Aku sudah pernah bilang sama Hari kalau aku gag suka sama dia dan aku ingin membatalkan perjodohan ini. Tapiiii.... tampaknya dia malah suka sama aku dan dia ingin terus perjuangin aku. Aku bingung Fin, bingung.”
“Terus kenapa kamu gag cerita sama aku sejak dulu Rin?”
“Aku ingin cerita sama kamu waktu itu. Tapi saat itu kamu kan mau menghadapi ujian skripsi. Aku gag ingin mengganggu konsentrasi kamu, jadi aku sengaja tidak memberitahu kamu.”
“Iya sampai aku tau kamu dipeluk orang lain Rin? Iya begitu?”
“Iya aku tau aku salah. Sore itu kita kumpul keluarga. Nampaknya orang tuaku tau hubungan kita. Dan kemarin itu mereka berencana untuk mempertunangkan aku dengan Hari.”
Duarrr.... Bagai disambar petir disore hari. Hati gw bener2 hancur mendengar apa yang barusan Irina omongkan. Gw buntu, gag bisa mikir apa-apa. Perjuangan gw selama ini untuk kayak gag ada artinya.
“Aku sebenernya gag mau Fin, tunangan sama Hari. Aku sayangnya sama kamu. Aku cintanya sama kamu.”
“Iya aku tau Rin, aku tau. Apa perlu aku ngomong sama papa mama mu sekarang tentang hubungan kita?”
“Aku rasa itu bukan solusi yang tepat. Kamu tau kan mamaku orangnya gimana?”
“Iya aku tau. Aku siap kok menghadapi konsekuensinya. Meskipun berat aku ingin tetep perjuangin kamu Rin.”
“Percuma Fin. Kalau mungkin salah satu orang tuaku saja yang punya keinginan masih bisalah buat merubah kehendaknya. Tapi ini keduanya sudah berkehendak, dan seluruh keluarga aku juga sudah setuju. Jadi mungkin....”
“Mungkin apa?”
“Mungkin lebih baik kamu lupain aku saja Fin. Cari wanita yang lebih layak mendampingi kamu dibanding aku.”
“Whats??? Jadi kamu???”
“Iya Fin. Aku tau ini berat. Tapi kayaknya memang takdir kita gag sejalan Fin. Maafin aku, maafin aku Fin.”
“GILA KAMU RIN.” Kata gw sambil memukul meja. “Jadi setelah 5 tahun perjuangan kita, tapi begini hasilnya hah?”
“APA KAMU PIKIR AKU JUGA GAG KESIKSA DENGAN KONDISI BEGINI FIN?” Kata dia dengan tangisan yang keras. Gw sudah gag peduli dengan kondisi sekitar kafe yang nampaknya semua mata tertuju sama kami berdua.
“Ya udah kalau gitu, fine... Kalau itu yang kamu mau.” Kata gw sambil berlalu meninggalkan dia.
Hujan turun deras sekali waktu gw keluar dari kafe itu. Seakan gag peduli dengan kondisi hujan yang lebat gw tetap melajukan motor gw dengan kecepatan yang tinggi. Baju dan celana gw basah semua dan gw gag peduli dengan semua itu. Perasaan gw hancur, hati gw hancur dan nampaknya alam pun juga setuju sama gw dengan menurunkan hujan semakin derasnya.
Sampai di kost gw langsung berlari menuju kamar gw. Banyak penghuni kost yang berada dilantai 1 heran melihat kondisi gw seperti ini. Sampai di depan kamar, gw cari kunci kamar kost gw tapi nampaknya terjatuh dan gw gag sadar. Gw hanya bisa bersandar di depan pintu kamar kost gw sampai sambil menitihkan air mata, saat Mita baru datang dari nganteri Sandy di stasiun. Ya memang hari ini jadwalnya Sandy pulang ke Jogja sesudah dia menyelesaikan semua administrasinya.
“Lo.... Kenapa Fin
?” Kata dia sambil berjongkok depan gw.Tanpa banyak ucapan kata gw langsung memeluk dia dan menangis di bahunya. Seolah dia ikut merasakan kepedihan gw, Mita pun tidak menolak pelukan gw malah dia juga membalas pelukan gw. Dan mengelus punggung gw, dan isak tangis gw pun semakin menjadi seiring dengan rasa sakit hati ini.
0