Abis malam Jumat akhirnya tulisan bisa selesai.
Out of Expectations
“Di,,, wake up.......” Suara lembut itu membangunkanku dari tidur.
Kuhirup aroma sedap ini, aroma dari pare dan siomay yang digoreng. tidak salah lagi ini pasti siomay kang C*p*t.
“Kak, tu siomaynya ada diatas meja” suara itu akhirnya membuatku menyerah untuk tidak tidur lagi.
Kulihat dua wanita itu sedang berbincang. Yang satu khas oriental dan satu khas nordic. Namun mereka mempunyai postur tubuh yang sama walaupun Laura tampak lebih berisi di bagian wadah. Mereka tampak menikmatinya dengan cara yang berbeda. Lala menuangkan seuruh bumbu kacang ke atas siomay gorengnya sementara Laura lebih memilih memisahkan bumbu dan siomay kukusnya.
“Kak. Besok anterin barang-barang ke tempat KKN ya” ucap Lala sembari mulut mungil itu mengunyah makanan.
“Lah.. paginya mau lihat sunrise di Borobudur jadi kakak sekalian nginep disana.?”
“iihhh kakak gmna sih? Bentar doank kok. Lagian Laura juga mau ikut.?” Dengusnya kesal.
“Laura, tomorrow we will planted paddy together, right?” Lala pun melanjutkan pembicaraannya
“yup... i will wake up early. Please Di,, take me to there. Lala has been shown how wonderful that place” sembari menatap ala pussy boots.
“Kak. Laura dah tahu kakak dah punya pacar? ” tatap Laura dengan menunjukka seringai iblisnya.
“okay.. we will going to there tomorrow” ucapku
“makasih Kak” ujar Lala beranjak ke dapur sembari mencium pipiku yang meninggalkan jejak sambal kacang dan Laura hanya tertawa kecil.
“
dasar bocah...”
“Di, when we are going to borobudur?” ucap Laura mengingatkan.
“ah sorry, i want take shower first” sembari kuberanjak ke kamar mandi karena cuaca yang sedikit gerah ini.
“me too” Laura pun segera masuk ke kamarku.
Setelah solat magrib aku pun bersiap-siap untuk pergi. Terlebih dahulu kupanasi mobil.
“gak ikut dek?” tayaku ketika Lala keluar kamar dengan pakaian yang rapi.
“gak kak, mau rapat KKN trus jalan-jalan ma temen KKN ”
“jalan-jalan ma temen apa mau pacaran...” godaku.
“emagnya kakak pacaran di taman belakang... uppsss.......” segera saja ia menutup mulutnya dan kemudian menuju kedepan bersamaan
dengan mobil Jazz yang berhenti di depan rumah. Segera kutatap tajam pria di dalam mobil itu.
“dont mess with my little sister”kira-kira seperti itulah pesan melalui pandangan tajamku. Maklum, aku adalah saudara tertua dan tidak punya adik perempuan.
“mas, pergi dulu.” Ucap pria yang keluar mobil itu.
“hati-hati. Pulangnya jangan malam-malam.
Dan mereka pun kemudian beranjak pergi ketika Lala sudah ada di dalamnya.
“Di, i have been ready” tampak bidadari itu memakai celana jeans berpadu dengan polo ungu.
Lalu kamipun meluncur ke arah magelang. Langit malam itu tampak mendung. Dari arah selatan ke utara memang jalan terpantau ramai pengendara diharap berhati-berhati selalu kenakan sabuk pengaman (maaf keterusan bayang-bayang Bripda Eka yang sudah meretakkan hati Jomblowan Indonesia di bulan Mei 2014).
Sesampainya di muntilan rintik-rintik hujan sudah mulai terlihat
“wah gawat ini kalo hujan terpaksa balik lagi.” Ucapku dalam hati. Tapi dengan semangat nekat membara bonekmania kupacu hingga pertigaan ke arah borobudur dan prediksiku menjadi kenyataan.
“Ra, its heavy rain do you still want go to Borobudur”
“up to you Di, you know which is the best....”
Memang terkadang salah memberikan wanita pilihan.
“is it okay we turn back? The rain is very heavy and traffic jam. We shall park this car in here and continue by walk along four kilometers” ujarku meyakinkannya.
Karena memang terdapat akses yang tertutup sehingga kami diwajibkan untuk parkir di tempat yang telah disediakan dengan jarak 4 km.
“ sometimes i will make fliying lantern just for you” kulihat wajah yang sayu itu karena impiannya untuk melihat pelepasan lampion tidak terwujud.
“when?” dengan atapan Laura bak seorang detektif
“i promise before we are going to Jakarta”
“okay. So, where we will go Di?”
“what would you like to dinner Ra” sembari kuputar setir mobil ini untuk kembali ke Jogja.
“up to you Di, you know which is the best....” akupun mengulangi kesalahan yang kedua.
“ we will going to N*N*mia, restaurant of traditional pizza. So the chef will be baked the pizza using wooden.”
“sound good, let going to there Di” ujarnya sembari menepuk tangannya
Dan kupacu mobil ini ke restoran pizza Italia yang terletak di utara Plasa Yogyakarta (hayo.. yang pernah ke Jogja pasti udah pada tau)
Sinar lampu yang bewarna kuning menyamarkan warna rambut wanita yang tengah melihat menu didepanku ini. Malam itu ada beberapa orang wanita dengan perawakan seperti Laura. Setelah kami mengobrol hampir setengah jam akhirnya pesanan kami datang.
“pesananny sudah komplit ya pak” ujar waitress itu.
“makasih ya mbak” kemudian pelayan itu pergi meninggalkan kami.
Meja itu penuh dengan satu medium pizza yang kejunya tampak meleleh, semangkuk salad segar beawrna hijau itu dan semangkuk lasagna. Segera saja kupotong pizza itu dan kuletakkan di piringnya yang disertai lelehan keju yang tak mau berpisah dengan potongan pizza yang lain.
“ Di, do you wanna try.?” Sembari Laura menyuapkan sesendok lasagna ke mulutku.
“taste good.”setelah lasagna itu masuk kedalam mulutku.
Beberapa makanan pun kami coba dengan saling menyuapi. Laura pun hanya sekedar mencicipinya namun tidak sampai menghabisi makanan tersebut. Dia hanya tertarik untuk menghabiskan salad setelah sebelumnya dua slice pizza sudah masuk ke perutnya.
“ Ra, the lasagna please” ujarku memandang lasagna yang hanya dimakan seperempatnya.
“Are you really hungry Di?” ucapnya sembari memainkan sedotan di mulutnya yang berisi smoothie blueberry.
“my moms said that all foods on the dish shall be eaten.”
“besides that i really hungry....” ujarku melanjutkan yang dibalas dengan ekspresi Laura yang seolah-olah berkata
“cape deh”
“Di, looks just one slice. I was very full....” Laura menunjuk satu potong pizza terakhir di piring itu.
“but i have been full Ra” sembari kupegang perutku.
Kemudian ia hanya melihatku dengan tatapan
“You must eat those slice or i dont talk with you”
Dengan intimidasi seperti itu apalah awak ini dihadapan wanita yang bisa membagi hati awak ini. Lalu dengan sekuat tenaga akhirnya potongan pizza itu kandas diperutku dan Laura pun tersenyum.setelah membayar bill itu akhirnya kami beranjak ke Star Hill atau Bukit Bintang.
Setelah sekitar 45 menit akhirnya kami sampai di bukit bintang.
“how? Is it could be booster your mood” Laurapun hanya mengangguk.
Siluet wajah dibalik temarang lampu itu memancarkan aura kecantikannya. Aura yang bisa membagi hatiku yang sebelumnya. Segera kudekap tubuhnya dari belakang sehingga ia bersandar didekapanku.
“I never feel warmth like this DI” sembari beringsut ke dalam dekapanku sehingga telinganya menempel di dadaku.
Segera saja kubelai rambut pirang itu.
Masih dalam keheningan. Keheningan yang membaurkan kehangatan kami. Entah kenapa memori Rara seolah tenggelam.
“sometimes we shall falling in love with other person before we meet our truly love ”
“like that plane. Just transit for few minutes before continue their trip” sembari menunjuk kilatan blitz lampu yang menandakan pesawat akan mendarat. Dari tempat itu kami bisa melihat pesawat yang sedang take off maupun landing.
Dan akupun hanya mengecup kepalanya. aroma tubuhnya dan sentuhan kulitnya membilas semua kenangan yang terukir bersama Rara. Kenangan yang sama di waktu itu. Di tempat yang sama.
“Ra, lets going to home. Tomorrow we shall wake up early right?”
Dan bidadari itu hanya mengangguk.
Dalam perjalanan itu Laura tampak hanya berdiam dengan wajah kantuk. Masih kuingat senyum manis itu sebelum ia terlelap tidur.
Sesosok bidadari ini masih terlelap dalam mobil ketika mobil sudah kuparkirkan di garasi. Segera saja kubuka pintu rumah dan tampaknya Lala sudah pulang. Lalu perlahan kuangkat tubuh molek ini.
“shiiittt... lumayan berat juga” kugopoh tubuh itu ke kamarku. Lalu kusandarkan tubuhnya di kasur itu. Tak lupa kulepas sepatunya.
Tubuh siluet yang terkena bayang-bayang lampu yang sinarnya tak mampu menembus celah tirai malam itu seolah-olah meyakinkanku bahwa bidadari tak hanya serupa dengan Rara dan Indah. Entah dorongan apa yang membuatku ingin mengecup bibir mungil itu.
Sejenak kemudian aku merasa ada sesuatu yang merambat di bagian bawah tubuhku setelah mengecupnya. Ya! Di Otakku segera terbesit lagu ini.
I'll make love to you
Like you want me to
And I'll hold you tight
Baby all through the night
I'll make love to you
When you want me to
And I will not let go
'Till you tell me to
Girl relax, let's go slow
I ain't got nowhere to go
I'm just gonna concentrate on you
Girl are you ready, it's gonna be a long night
Throw your clothes (Throw your clothes) on the floor (on the floor)
(yang hidup dimasa itu pasti kenal Boy Band satu ini)
Dan segera saja kuteringat kotak yang diberikan Indah saat kuhendak berangkat.