Mendengar jawaban dari gue itu Adelia terdiam kemudian dia pun melangkahkan kakinya berjalan menyelusuri pasir pantai menuju ketempat keluarganya berkumpul. Gue bisa merasakan mood adelia berubah dengan drastis saat itu, sepanjang hari dia jarang sekali berbicara, hanya beberapa kata yang keluar dari bibirnya dan itupun cuma menjawab panggilan dari papa dan mamanya selebihnya dia tetap diam.
Gue menyadari akan kesalahan gue itu, karena itulah gue merasa segan untuk mengajak ngobrol adelia saat itu.

Selesai makan siang gue pun berpisah dan berjalan ke seberang pulau ini untuk menikmati semilir angin laut sambil menenangkan diri.

“Gila lo ya ndre, inget woi lo itu disini sama adelia. Fokus sama adel jangan sama dian. Mulai sekarang jangan sebut nama diandra, jangan inget diandra dan lupakan semua tentang diandra.” gumam gue.

“Lupain siapa ndre?” tanya adelia yang muncul tiba-tiba dibelakang gue.

“Eh, del. Kebiasaan banget sih suka muncul tiba-tiba gitu.” Ucap gue

“Kamunya aja yang nggak pernah peka.” Ucapnya sambil duduk disamping gue.

…

…

…

Sejenak kami berdua terdiam melihat hamparan pasir pantai dan air laut yang bergerak dengan tenang dihadapan kami. Gue pun mencoba untuk memberanikan diri membuka percakapan kembali dengan adelia.

“Del, maafin gue ya tentang yang tadi. Gue nggak ada maksud untuk ngebanding-bandingin kamu sama…”

“STOP.. Aku nggak mau ngebahas yang tadi ndre.” ucap adelia dengan tatapan lurus kearah laut.

“Ndre..berenang yuk.” Ajaknya tiba-tiba sambil berdiri dan menarik tangan gue. Gue pun hanya bisa menuruti permintaannya saat itu.
Sepanjang hari itu gue habiskan waktu bersama adelia untuk bermain-main di laut dan tanpa terasa sore pun menjelang, kami pun meninggalkan pulau yang menjadi saksi bisu akan salah satu cerita manis dalam kehidupan gue yang akan gue simpan dan gue kenang sampai sekarang.