Gue pernah mengikuti sebuah training Neuro Linguistik Programing (NLP) di daerah Jakarta selatan.Sebelumnya Buat yang belum tau NLP, NLP itu adalah suatu program untuk personal empowerment/personal development yang menurut gue cukup berguna untuk diamalkan di kehidupan sehari -hari meskipun NLP inimasih dianggap pseudoscience (seolah - olah ilmiah) dan pernah dikategorikan sebagai invensi terburuk oleh siapa gitu gue lupa namanya tapi lumayan buat belajar.

Ya kalau mau tahu lebih jelas dan detail silahkan coba untuk di googling sajalah apa itu "NLP", Karena gue menulis ini bukan untuk menjelaskan tentang "NLP", tapi yang mau gue bahas disini adalah salah satu materi di NLP yaitu Bersyukur. Okay, mungkin kalian semua sudah sering mendengar kalimat motivasi seperti apa yang gue bold diatas, Tapi kali ini gue boleh dong menjabarkan kalimat diatas agar lebih aplikatif, gak abstrak dan bisa digunakan dikehidupan sehari - hari sekaligus membawakannya dengan gaya komedi sesuai selera gue dan bahasa gue sendiri.

Kita balik lagi ke tema awal. "Bersyukur", ini kata - kata abstrak banget ya? tapi mudah - mudahan gue bisa menjelaskan nya dengan contoh yang bisa kalian mengerti.

Saat gue ikutan training NLP, hal yang paling gue ingat adalah ketika Mentor NLP nanya ke semua peserta training

"Siapa disini yang mau bahagia?"

ya otomatis semua peserta termasuk gue angkat tangan. Setelah itu si Mentor melanjutkan ucapannya

"Kalian baru mau? baru kepingin bahagia? berarti selama ini kalian belum bahagia dong?"

Jujur, kalimat sekaligus pertanyaan kedua si mentor itu bikin gue dan peserta lain diam seribu bahasa. Dalam hati gue

"Kampret! bener juga nih orang."

Setelah dijelaskan panjang oleh si mentor, akhirnya gue nemu point nya "kenapa selama ini gue gak bahagia?" Jawabannya tentu berlawanan dengan kata "bersyukur" ini, Gue belum bisa merasakan kebahagiaan yang konsisten karena Pikiran gue kemana - mana, gak ada pada saat ini dan gue selalu menunggu kebahagiaan itu datang sendiri. Dan hal itulah yang menjadi dasar ketidakbersyukurannya gue terhadap apa yang gue sudah miliki saat ini (Omongan gue ribet banget kaya make up cewek pas mau kondangan).

Tapi beneran, pertanyaan ini buat gue sedikit menyadari bahwa penyebab gue selalu dapet kebahagiaan yang semu ya ITU TADI. Gue selalu mikir kalo mau bahagia gue harus punya usaha yang beda dari yang lain, menghasilkan keuntungan yang banyak, dari situ gue harus kebeli mobil, rumah pribadi, biar keluarga gue bahagia, terus baru gue bisa ngerasa bahagia. <--(Ini manusiawi bro!)

Tapi sekali lagi gue sadar, kalo gue mikir gitu terus kayanya jarak antara Gue dan Bahagia itu jauh banget.

Code:

Gue -> Usaha gue -> Penghasilan gue -> Kendaraan gue -> Rumah gue -> Kebahagiaan keluarga gue -> 

Kebahagiaan gue.

sebegitu jauhkah pikiran gue menjauhkan gue dengan kebahagiaan gue? hmmm, okay kesadaran pertama mulai terbentuk di dalam diri gue, Namun kampretnya lagi itu mentor NLP ngomong lagi, ditambahin lagi sama dia dan tau gak lo dia bilang apa?

Quote:

Sadar atau tidak, yang manusia kejar dan ingin dapatkan itu cuma rasa. Bahagia itu rasa kan? yap, hanya sebatas rasa! dan manusia selalu butuh rasa. Apa setelah mendapatkan itu semua manusia akan merasa bahagia? belum tentu! apabila memang manusia itu bahagia, apa manusia itu bisa merasa puas? bisa mempertahankan kebahagiaannya? belum tentu juga!

Sebenarnya ada cara paling jitu yang banyak disepelekan oleh kebanyakan manusia, yaitu MERASA CUKUP. Dengan merasa cukup manusia bisa mencangkup rasa bahagia yang kualitasnya lebih baik dan expirednya lebih lama dibanding dengan manusa yang gak ada puasnya dalam mengejar kebahagiaan.

Nah, cara agar kita selalu merasa cukup adalah bersyukur atas apa yang sudah dimiliki.

(SUMBER: motivanjrit.com)









Reframing itu cara paling simple agar manusia bisa bersyukur setiap waktu, setiap saat setiap momen, bahkan kalian yang baca ini bisa langsung praktek.

Secara bahasa, Reframe itu adalah membingkai kembali. Nah, apa sih yang harus kita bingkai kembali? tentu jawabannya "Masalah", karena masalah ada karena persepsi dan pendapat kite - kite dalam menilai sesuatu. contoh kalo disebutkan kata "Pisau" pasti ada yang berpendapat bahwa pisau itu tajam dan bahaya, namun ada juga yang berpendapat bahwa pisau itu sumber rezeki, berguna dan bermanfaat. yah pokoknya gitu lah.

Kalau contoh di atas itu bukan reframe ya, tapi hukum relatif, kalo reframe itu gimana? gini deh gue kasih tau contohnya:

Misalnya orang berangkat ke kantor, di perjalanan kejebak macet, yang kebanyakan dilakukan orang - orang ketika ada dalam keadaan ini rata -rata mengeluh kan? pertanyaannya kenapa bisa mengeluh? karena raganya di jalanan tapi pikirannya udah di kantor. contohnya:

"Gila, jalanan macet parah! gue bisa telat nih sampe kantor, kena tegur boss atasan lagi deh, bisa di potong dah gajih gue."


cara mereframe bila contohnya menghadapi keadaan ini adalah: Tarik pikiran yang tadinya dikantor menjadi dijalanan saat itu, lihat ke diri sendiri, dan cari apa yang bisa disyukuri saat itu.

contoh:

"Syukurlah, gue masih punya kerjaan, punya kiendaraan buat ke kantor, punya penghasilan,"

Nah cara nya reframe itu gampang - gampang susah, biasanya tergantung mood, tapi dilatih setiap hari pasti jadi kebiasa. coba paksain bersyukur walaupun saat itu hati sedang kalap dan gak tau siapa yang mau disalahkan.

Tarik pikiran lo, jangan biarkan melayang kemana - kemana, apalagi kalo sampe berpikiran menakutkan dan menghawatirkan apa yang belum tentu kejadian. karena kalo begitu terus, lo bakal rugi. yang pertama, kalo misalnya yang lo takutin gak kejadian, lo udah buang - buang tenaga buat mikirin hal negatif yang belum tentu terjadi, apalagi kalo sampe kejadian,2 kali rugi

Contoh - Contoh reframing yang lain: