- Beranda
- Stories from the Heart
Malang Mysterio (Horror Complete Stories)
...
TS
vigovampironeo
Malang Mysterio (Horror Complete Stories)
Ini trit merupakan kumpulan cerita cerita horror eike selama kuliah di kota Malang , terutama untuk cerita pendek akan eike masukkan di trit ini secara berkala....100 % true story tanpa rekayasa ,tanpa formalin dan tidak mengandung minyak babi , selain daripada itu cerita cerita ini memang dirancang dengan alur yang dinamiz sesuai kronologiz dan tata bahasa yang dramatiz sehingga cocix buat dibaca sebelum agan agan bobox cantix
Quote:

Quote:

vigo , niken , pendik , steve , renggo , zul , memet , danang , rani
Quote:
Penjelajahan Mistis di Kampus UMM(complete story)
Tiga Keranda di Jembatan Belakang Sengkaling(complete story)
Eric & Katrina(complete story)
Quote:
Malang Mysterio Exo(Trit Pelengkap)
Quote:
Apabila anda puas bilang sama teman , saudara atau tetangga anda ….. bila timbul gejala gejala aneh segera berobat ke mantri hewan terdekat di kota anda
Diubah oleh vigovampironeo 10-04-2022 07:28
ferist123 dan 28 lainnya memberi reputasi
25
975.2K
Kutip
2.7K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
vigovampironeo
#362
Astral Projection ke Waduk Karang Kates Part 1
ini cerita bukan sembarang cerita tetapi benar benar telah terjadi pada sekitar pertengahan tahun 2010 ketika eike masih kuliah semester 7 , 100 % true story tanpa rekayasa ,tanpa formalin dan tidak mengandung minyak babi , selain daripada itu cerita ini memang dirancang dengan alur yang dinamiz sesuai kronologiz dan tata bahasa yang dramatiz sehingga cocix buat dibaca sebelum agan agan bobox cantix
Quote:

Quote:
Urusan melepas sukma bukan lagi sebuah masalah bagiku , kini aku bisa melakukannya hanya dalam waktu kurang dari sejam saja... berikutnya kemampuan mengendalikan sukma saat terbang juga sudah aku kuasai beberapa minggu yang lalu , bahkan menentukan tujuan jarak jauhpun bisa aku lakukan dengan gampang... tetapi masih ada persoalan lain yang tersisa yaitu soal perpindahan antar lapisan astral , seperti kata Bang Renggo bahwa alam astral terdiri dari beberapa lapisan dimensi yang mengandung unsur energi berbeda beda... malam ini juga ia berniat mengajariku cara melakukannya.
Renggo : " gw gak akan ngajak lu nembus lapisan paling atas soalnya gw sendiri juga gak bisa vig , sukma gw susah buat bersih total "
Me : " jadi kita ntar masuk di lapisan ke berapa bang ? "
Renggo : " kita masuk di lapisan pertengahan vig , makhluknya bisa baik bisa jahat "
Me : " gw ngerti bang "
Renggo : " ya udah lu siap siap meditasi trus keluarin sukma "
Me : " oke "
Tanpa buang waktu aku langsung bermeditasi dan memulai prosesi pelepasan sukma , kurang dari sejam aku telah berhasil keluar tanpa ditarik oleh Bang Renggo seperti biasanya.
Renggo : " udah lancar lu sekarang "
Me : " enak keluarnya bang , tumben gak nyantol "
Renggo :" ayo ke atas sekarang ! "
Dengan bersemangat kami berdua melayang menembus langit langit kamar dan juga atap rumah , hingga akhirnya sukma kami terbang puluhan meter di atas komplek perumahan Dieng Tidar.
Me : " kita kemana bang ? "
Renggo : " ke waduk karang kates vig "
Me : " karang kates perbatasan blitar ? "
Renggo : " di sana ada kampung gaib di alam astral lapisan tengahnya "
Me : " oyi thok wes "
Renggo : " pegangin tangan gw ! "
Segera saja kupegangi tangan kiri Bang Renggo lalu " wuuzzz !!! " kami berdua melesat dengan kecepatan tinggi sementara hembusan angin terasa sangat kencang menerpa muka , begitu juga dengan keadaan sekeliling yang tampak kabur dan tak lagi jelas untuk dilihat , hingga tanpa kusadari hanya dalam hitungan detik kami telah di tiba di waduk Karang Kates yang terletak di perbatasan kota Malang dan kota Blitar.
Renggo : " udah pada kabur semua siluman di waduk ini vig "
Me : " mereka ngerasain energi kita ya bang ? "
Renggo : " bener , kan mereka takut sama manusia yang bisa ngeluarin sukmanya "
Keadaan tampak begitu gelap dan sunyi tanpa ada satupun makhluk astral yang kami temui , rupanya kedatangan kami telah terdeteksi sehingga para siluman penghuni waduk ini kabur duluan karena takut dengan manusia yang bisa mengeluarkan sukmanya seperti kami... padahal kami tak ingin menyakiti atau memusnahkan.
Renggo : " turun vig !!.. kita nyantai dulu di tanggul "
Me : " oyi bang "
Secara perlahan sukma kami turun lalu hinggap di salah satu bangunan tanggul , sejenak kami melihat lihat keadaan sekeliling yang tampak cukup gelap... di hadapan kami terhampar permukaan air yang begitu luas sementara tak jauh dari sisi barat tanggul ini tampak kobaran api unggun dan tenda tenda para anggota pramuka , memang waduk ini adalah salah satu tempat terkenal buat berkemah.
Renggo : " pada ngapain tuh anak anak pramuka ? "
Me : " tau tuh , pada joget joget gak jelas bang "
Renggo : " ha.. ha.. "
Sejenak kami berdua mengamati para pramuka yang tengah asik berjoget ria dan bernyanyi sambil mengelilingi api unggun " ca ca marica.. he.. he.. ca ca marica.. he.. he.. caca marica ada dimana mana.. " mendengar nyanyian mereka yang begitu heboh membuatku lumayan terhibur juga.
Renggo : " asik juga ya vig , rame rame gitu "
Me : " gw jadi inget jaman persami dulu bang "
Kini kami berdua mengalihkan pandangan ke arah lain , tak jauh dari sisi timur tanggul ini tampak beberapa banana boat , perahu kayu dan juga perahu pancal berbentuk bebek yang tengah terparkir di tepian waduk.... anehnya ada sebuah perahu pancal yang bergerak lambat menyisiri tepian waduk , perahu pancal berbentuk bebek itu terus bergerak dan semakin lama jaraknya semakin dekat dengan tanggul ini , hingga akhirnya kami dapat melihat sesosok perempuan berambut panjang yang tengah duduk di kursi kemudi perahu itu.
Me : " itu perempuan hantu ya bang ?! "
Renggo : " kayaknya arwah perempuan itu vig "
Me : " ?!?! "
Renggo : " ayo samperin ! "
Bang Renggo merasa bahwa perempuan yang menaiki perahu pancal itu adalah sesosok arwah gentayangan , kini ia mengajakku turun dari tanggul yang cukup tinggi ini lalu buru buru kami menghampirinya. , namun ketika kami berdua melayang di sebelah perahunya tiba tiba saja perempuan itu menangis terisak isak.
Me : " napa dia nangis bang ?! "
Renggo : " kita tanyain aja "
Lekas saja kami berdua mendekat dan kemudian ikutan duduk di sebelah kursi kemudi tempat perempuan itu duduk , dari jarak sedekat ini kami dapat mengamati sosoknya lebih jelas lagi... sekilas penampilan perempuan ini mirip seorang mahasiswi , ia mengenakan celana jin biru kelabu dan kemeja berkerah warna putih , namun kami merasa aneh melihat sekujur badannya yang tampak agak membengkak dan sedikit menimbulkan bau amis... kemungkinan besar perempuan ini dulunya mati tenggelam di sini dan badannya kemasukan air dalam jumlah banyak.
Renggo : " namanya siapa dek ? "
Me : " kok sendirian aja ? "
Ia sama sekali tak menjawab pertanyaan kami dan terus menangis terisak isak sambil menutup muka dengan telapak tangannya , sebelum akhirnya ia menatap kami dan menyebutkan namanya dengan suara parau " aaku nina , hikz !.. hikz !.. "
Renggo : " oh nina ?!... asalnya mana dek ? "
Nina : " aaku dari kediri , kkuliahku di kanjuruhan.. hikz !.. hikz !... "
Renggo : " oh gitu ya ?!... udah lama ada di sini ? "
Nina : " hikz !.. hikz !.. belum ada setahun "
Renggo : " tenggelam di sebelah mana dulu dek ? "
Nina : " ssini mas... hikz !.. hikz !.. aaku tenggelam di sini "
Renggo : " oh ?!.. tenggelamnya pas naek perahu yang ini ya dek ? "
Nina : " iiya... hikz !... hikz !.... "
Pertanyaan Bang Renggo malah membuat perempuan ini menangis kian terisak , sepertinya ia teringat dengan kematiannya yang tragis saat tenggelam di waduk ini setahunan lalu... tanpa berlama lama lagi Bang Renggo lekas mengajakku keluar dari perahu lalu buru buru kami terbang meninggalkan perempuan itu , sekejap kemudian kami berdua kembali duduk di bangunan tanggul tadi.
Renggo : " orang kalo matinya gak wajar ya kayak cewe itu vig "
Me : " gentayangan terus ya bang ? "
Renggo : " sukmanya terjebak di alam astral lapisan bawah ini "
Me : " kok bisa ya bang ? "
Renggo : " proses kematian yang sakit banget itu bikin residual trauma di sukmanya vig , sama kayak cewe yang dibunuh di kosan tirto utomo gang 8 itu "
Me : " korban tabrakan di kota batu juga senasib ya bang ? "
Renggo : " sama aja , ada 9 orang kan korbannya ?!... pada gentayangan tuh arwahnya di sekitaran pom bensin lahor "
Me : " kenapa gak dimusnahin aja bang ? "
Renggo : " gw kan gak dibolehin sama guru gw , arwah gentayangan kayak gitu gak boleh dimusnahin vig "
Me : " trus gimana akhirnya ? "
Renggo : " ya biar gentayangan aja , ntar sekitar 50 sampe 100 tahunan bakalan ilang sendiri "
Me : " kok lama amat bang ? "
Renggo : " ya emang lama kalo nunggu eteriknya terurai vig "
Sambil duduk di atas tanggul kami berbincang soal arwah arwah gentayangan , saking seriusnya berbincang kami tak menyadari kalau perempuan yang menumpangi perahu pancal tadi kini tak terlihat lagi.... entah menghilang kemana dia , padahal tadi perahunya masih mondar mandir di sekitar tanggul.
Renggo : " kayaknya udah balik lagi ke tempat parkiran perahu vig "
Me : " ngga nyadar gw "
Renggo : " udah lupain aja vig , eh ayo kita kan mau nyoba nembus alam astral lapisan tengah "
Me : " sekarang ?! "
Renggo : " iya vig , ntar keburu shubuh "
Daripada buang buang waktu duduk di tanggul Bang Renggo berniat mengajakku masuk ke alam astral lapisan pertengahan , lekas saja kami melayang menuju tengah tengah waduk dan kemudian Bang Renggo mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi.... tiba tiba saja muncul sesuatu yang mirip black hole tepat di atas kepalanya.
Renggo : " gini caranya vig kalo mau pindah lapisan "
Me : " tinggal niat doang bang ?! "
Renggo : " bener , tinggal niat aja mau ke lapisan mana ntar portalnya muncul "
Sesaat aku terpana menatap lobang portal mirip black hole yang mengambang di atas kepala Bang Renggo , di dalam portal itu berpendar cahaya berwarna jingga kekuningan yang begitu terang benderang.
Renggo : " ayo masuk ! "
Me : " oyi bang "
Dengan rasa gamang aku memasuki portal itu bersama Bang Renggo , selepas masuk aku langsung terperanjat mendapati keadaan yang tak sama seperti sebelumnya.... kami masih berada di waduk tapi kali ini langitnya berwarna jingga kekuningan seperti saat sore hari , yang membuatku lebih takjub lagi adalah saat kudapati perkampungan yang berdiri mengapung di atas permukaan air waduk.
Me : " bbang ?!?... aada kampung bang ?! "
Renggo : " kampung tirta naga ini vig , gw dulu sering ke sini "
Kini aku terheran heran menatap perkampungan yang berada puluhan meter di bawah kami , kampung bernama Tirta Naga itu mengapung di atas waduk sementara seluruh permukaan daratan serta bangunannya terbuat dari batuan hitam yang mirip dengan candi , selain itu dari segi arsitektur terlihat corak Jawa yang kental karena atap atap bangunannya berbentuk joglo dengan genteng berwarna cokelat.
Renggo : " rame vig , penduduknya banyak "
Me : " jahat ngga nih ?! "
Renggo : " di sini energinya campuran positif sama negatif , penghuninya baik tapi bisa jahat juga.... asal gak diganggu ya gak jahat "
Perkampungan itu tampak cukup luas dan nyaris memenuhi seluruh area waduk , begitu juga dengan penduduknya yang tampak cukup padat dan sibuk hilir mudik di segala penjuru.
Renggo : " ayo turun ke kampung ! "
Me : " oke bang "
Dengan santai Bang Renggo mengajakku turun ke perkampungan itu , begitu tiba di bawah ia mengajakku duduk di sebuah bangunan pendopo yang lantainya berupa batu kehitaman serta beralas karpet dari kulit sapi , namun yang membuatku terkejut adalah saat kudapati sekumpulan anak anak yang berkepala plontos serta mengenakan kain jarik mirip popok , mereka tampak asik bermain dengan beberapa ekor kura kura kecil dan tak menghiraukan keberadaan kami.
Renggo : " anak anak kampung sini tuh vig , kayak dulu pas di rusunawa kampus umm "
Me : " sejenis ya bang ? "
Saat melihat mereka aku langsung teringat dengan sosok anak anak gaib yang dulu pernah kujumpai di rusunawa kampus UMM , tak ada perbedaan apapun karena memang sejenis dan sama sama penghuni alam astral lapisan tengah.
Renggo : " lu samperin sono dah ! "
Me : " ngomong apa gw ?! "
Renggo : " lu tanyain aja pake basa jawa "
Dengan ragu aku berdiri lalu berjalan menghampiri mereka , saking asiknya bermain kura kura mereka sama sekali tak menyadari kalau aku telah duduk jongkok di dekat mereka.
Me : " le , dolenan opo kon ?! "
(le , main apa kamu ?!)
Bocah A : " dolenan kuro mas "
(main kura mas)
Bocah B : " lucu mas , iki podo balapan lho kurone "
(lucu mas , ini pada balapan lho kuranya)
Me : " mosok kuro iso balapan ?! "
(masak kura bisa balapan ?!)
Bocah A : " deloken dhewe mas ! "
(lihat sendiri mas !)
Kuamati beberapa ekor kura kura yang ternyata digunakan anak anak ini untuk balapan di atas lantai pendopo , mereka tampak girang ketika kura kuranya merayap dan saling adu kecepatan satu sama lain.
Me : " lucu yo le "
Bocah A : " ha.. ha.. aku seneng mas "
Merasa bosan ngumpul sama anak anak ini kuputuskan untuk berjalan keluar dari pendopo , kini di sekelilingku tampak puluhan orang yang penampilannya mirip kayak di film 'Tutur Tinular' , mereka semua hilir mudik di jalanan dan tampak sibuk selayaknya manusia pada umumnya , sekejap kemudian perhatianku tertuju pada seorang gadis berambut panjang terurai yang mengenakan jarik kemben... gadis itu tampak sibuk menyapu pelataran rumahnya yang berada di seberang pendopo , sementara tanah pelataran rumahnya bukanlah tanah biasa tapi berupa bebatuan hitam yang dijadikan rata seperti lantai.
Me : " omahmu ndek kene tha dek ? "
(rumahmu di sini tha dek ?)
Gadis : " ?!?!? "
Gadis itu hanya bengong melihat diriku yang berdiri mematung di pelataran rumahnya , sepertinya ia heran melihat penampilanku yang masih mengenakan kaos dan celana jeans.
Gadis : " sampeyan sinten mas ?!.. tiang pundhi ?! "
(sampeyan siapa mas ?!.. orang mana ?!)
Me : " aku wong kutho dek , soko malang "
(aku orang kota dek , dari malang)
Gadis : " wo saking malang mas ?!.. monggo pinarak mlebet mriki mas ! "
(wo dari malang mas ?!... monggo silahkan masuk sini mas !)
Entah kenapa tiba tiba ia mempersilahkanku masuk ke rumahnya yang berdinding batuan hitam , kurasa ia akan menjamuku dengan makanan enak sebagai sambutan kedatanganku di kampung Tirta Naga ini... mana mungkin aku bisa menolaknya.
Renggo : " gw gak akan ngajak lu nembus lapisan paling atas soalnya gw sendiri juga gak bisa vig , sukma gw susah buat bersih total "
Me : " jadi kita ntar masuk di lapisan ke berapa bang ? "
Renggo : " kita masuk di lapisan pertengahan vig , makhluknya bisa baik bisa jahat "
Me : " gw ngerti bang "
Renggo : " ya udah lu siap siap meditasi trus keluarin sukma "
Me : " oke "
Tanpa buang waktu aku langsung bermeditasi dan memulai prosesi pelepasan sukma , kurang dari sejam aku telah berhasil keluar tanpa ditarik oleh Bang Renggo seperti biasanya.
Renggo : " udah lancar lu sekarang "
Me : " enak keluarnya bang , tumben gak nyantol "
Renggo :" ayo ke atas sekarang ! "
Dengan bersemangat kami berdua melayang menembus langit langit kamar dan juga atap rumah , hingga akhirnya sukma kami terbang puluhan meter di atas komplek perumahan Dieng Tidar.
Me : " kita kemana bang ? "
Renggo : " ke waduk karang kates vig "
Me : " karang kates perbatasan blitar ? "
Renggo : " di sana ada kampung gaib di alam astral lapisan tengahnya "
Me : " oyi thok wes "
Renggo : " pegangin tangan gw ! "
Segera saja kupegangi tangan kiri Bang Renggo lalu " wuuzzz !!! " kami berdua melesat dengan kecepatan tinggi sementara hembusan angin terasa sangat kencang menerpa muka , begitu juga dengan keadaan sekeliling yang tampak kabur dan tak lagi jelas untuk dilihat , hingga tanpa kusadari hanya dalam hitungan detik kami telah di tiba di waduk Karang Kates yang terletak di perbatasan kota Malang dan kota Blitar.
Renggo : " udah pada kabur semua siluman di waduk ini vig "
Me : " mereka ngerasain energi kita ya bang ? "
Renggo : " bener , kan mereka takut sama manusia yang bisa ngeluarin sukmanya "
Keadaan tampak begitu gelap dan sunyi tanpa ada satupun makhluk astral yang kami temui , rupanya kedatangan kami telah terdeteksi sehingga para siluman penghuni waduk ini kabur duluan karena takut dengan manusia yang bisa mengeluarkan sukmanya seperti kami... padahal kami tak ingin menyakiti atau memusnahkan.
Renggo : " turun vig !!.. kita nyantai dulu di tanggul "
Me : " oyi bang "
Secara perlahan sukma kami turun lalu hinggap di salah satu bangunan tanggul , sejenak kami melihat lihat keadaan sekeliling yang tampak cukup gelap... di hadapan kami terhampar permukaan air yang begitu luas sementara tak jauh dari sisi barat tanggul ini tampak kobaran api unggun dan tenda tenda para anggota pramuka , memang waduk ini adalah salah satu tempat terkenal buat berkemah.
Renggo : " pada ngapain tuh anak anak pramuka ? "
Me : " tau tuh , pada joget joget gak jelas bang "
Renggo : " ha.. ha.. "
Sejenak kami berdua mengamati para pramuka yang tengah asik berjoget ria dan bernyanyi sambil mengelilingi api unggun " ca ca marica.. he.. he.. ca ca marica.. he.. he.. caca marica ada dimana mana.. " mendengar nyanyian mereka yang begitu heboh membuatku lumayan terhibur juga.
Renggo : " asik juga ya vig , rame rame gitu "
Me : " gw jadi inget jaman persami dulu bang "
Kini kami berdua mengalihkan pandangan ke arah lain , tak jauh dari sisi timur tanggul ini tampak beberapa banana boat , perahu kayu dan juga perahu pancal berbentuk bebek yang tengah terparkir di tepian waduk.... anehnya ada sebuah perahu pancal yang bergerak lambat menyisiri tepian waduk , perahu pancal berbentuk bebek itu terus bergerak dan semakin lama jaraknya semakin dekat dengan tanggul ini , hingga akhirnya kami dapat melihat sesosok perempuan berambut panjang yang tengah duduk di kursi kemudi perahu itu.
Me : " itu perempuan hantu ya bang ?! "
Renggo : " kayaknya arwah perempuan itu vig "
Me : " ?!?! "
Renggo : " ayo samperin ! "
Bang Renggo merasa bahwa perempuan yang menaiki perahu pancal itu adalah sesosok arwah gentayangan , kini ia mengajakku turun dari tanggul yang cukup tinggi ini lalu buru buru kami menghampirinya. , namun ketika kami berdua melayang di sebelah perahunya tiba tiba saja perempuan itu menangis terisak isak.
Me : " napa dia nangis bang ?! "
Renggo : " kita tanyain aja "
Lekas saja kami berdua mendekat dan kemudian ikutan duduk di sebelah kursi kemudi tempat perempuan itu duduk , dari jarak sedekat ini kami dapat mengamati sosoknya lebih jelas lagi... sekilas penampilan perempuan ini mirip seorang mahasiswi , ia mengenakan celana jin biru kelabu dan kemeja berkerah warna putih , namun kami merasa aneh melihat sekujur badannya yang tampak agak membengkak dan sedikit menimbulkan bau amis... kemungkinan besar perempuan ini dulunya mati tenggelam di sini dan badannya kemasukan air dalam jumlah banyak.
Renggo : " namanya siapa dek ? "
Me : " kok sendirian aja ? "
Ia sama sekali tak menjawab pertanyaan kami dan terus menangis terisak isak sambil menutup muka dengan telapak tangannya , sebelum akhirnya ia menatap kami dan menyebutkan namanya dengan suara parau " aaku nina , hikz !.. hikz !.. "
Renggo : " oh nina ?!... asalnya mana dek ? "
Nina : " aaku dari kediri , kkuliahku di kanjuruhan.. hikz !.. hikz !... "
Renggo : " oh gitu ya ?!... udah lama ada di sini ? "
Nina : " hikz !.. hikz !.. belum ada setahun "
Renggo : " tenggelam di sebelah mana dulu dek ? "
Nina : " ssini mas... hikz !.. hikz !.. aaku tenggelam di sini "
Renggo : " oh ?!.. tenggelamnya pas naek perahu yang ini ya dek ? "
Nina : " iiya... hikz !... hikz !.... "
Pertanyaan Bang Renggo malah membuat perempuan ini menangis kian terisak , sepertinya ia teringat dengan kematiannya yang tragis saat tenggelam di waduk ini setahunan lalu... tanpa berlama lama lagi Bang Renggo lekas mengajakku keluar dari perahu lalu buru buru kami terbang meninggalkan perempuan itu , sekejap kemudian kami berdua kembali duduk di bangunan tanggul tadi.
Renggo : " orang kalo matinya gak wajar ya kayak cewe itu vig "
Me : " gentayangan terus ya bang ? "
Renggo : " sukmanya terjebak di alam astral lapisan bawah ini "
Me : " kok bisa ya bang ? "
Renggo : " proses kematian yang sakit banget itu bikin residual trauma di sukmanya vig , sama kayak cewe yang dibunuh di kosan tirto utomo gang 8 itu "
Me : " korban tabrakan di kota batu juga senasib ya bang ? "
Renggo : " sama aja , ada 9 orang kan korbannya ?!... pada gentayangan tuh arwahnya di sekitaran pom bensin lahor "
Me : " kenapa gak dimusnahin aja bang ? "
Renggo : " gw kan gak dibolehin sama guru gw , arwah gentayangan kayak gitu gak boleh dimusnahin vig "
Me : " trus gimana akhirnya ? "
Renggo : " ya biar gentayangan aja , ntar sekitar 50 sampe 100 tahunan bakalan ilang sendiri "
Me : " kok lama amat bang ? "
Renggo : " ya emang lama kalo nunggu eteriknya terurai vig "
Sambil duduk di atas tanggul kami berbincang soal arwah arwah gentayangan , saking seriusnya berbincang kami tak menyadari kalau perempuan yang menumpangi perahu pancal tadi kini tak terlihat lagi.... entah menghilang kemana dia , padahal tadi perahunya masih mondar mandir di sekitar tanggul.
Renggo : " kayaknya udah balik lagi ke tempat parkiran perahu vig "
Me : " ngga nyadar gw "
Renggo : " udah lupain aja vig , eh ayo kita kan mau nyoba nembus alam astral lapisan tengah "
Me : " sekarang ?! "
Renggo : " iya vig , ntar keburu shubuh "
Daripada buang buang waktu duduk di tanggul Bang Renggo berniat mengajakku masuk ke alam astral lapisan pertengahan , lekas saja kami melayang menuju tengah tengah waduk dan kemudian Bang Renggo mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi.... tiba tiba saja muncul sesuatu yang mirip black hole tepat di atas kepalanya.
Renggo : " gini caranya vig kalo mau pindah lapisan "
Me : " tinggal niat doang bang ?! "
Renggo : " bener , tinggal niat aja mau ke lapisan mana ntar portalnya muncul "
Sesaat aku terpana menatap lobang portal mirip black hole yang mengambang di atas kepala Bang Renggo , di dalam portal itu berpendar cahaya berwarna jingga kekuningan yang begitu terang benderang.
Renggo : " ayo masuk ! "
Me : " oyi bang "
Dengan rasa gamang aku memasuki portal itu bersama Bang Renggo , selepas masuk aku langsung terperanjat mendapati keadaan yang tak sama seperti sebelumnya.... kami masih berada di waduk tapi kali ini langitnya berwarna jingga kekuningan seperti saat sore hari , yang membuatku lebih takjub lagi adalah saat kudapati perkampungan yang berdiri mengapung di atas permukaan air waduk.
Me : " bbang ?!?... aada kampung bang ?! "
Renggo : " kampung tirta naga ini vig , gw dulu sering ke sini "
Kini aku terheran heran menatap perkampungan yang berada puluhan meter di bawah kami , kampung bernama Tirta Naga itu mengapung di atas waduk sementara seluruh permukaan daratan serta bangunannya terbuat dari batuan hitam yang mirip dengan candi , selain itu dari segi arsitektur terlihat corak Jawa yang kental karena atap atap bangunannya berbentuk joglo dengan genteng berwarna cokelat.
Renggo : " rame vig , penduduknya banyak "
Me : " jahat ngga nih ?! "
Renggo : " di sini energinya campuran positif sama negatif , penghuninya baik tapi bisa jahat juga.... asal gak diganggu ya gak jahat "
Perkampungan itu tampak cukup luas dan nyaris memenuhi seluruh area waduk , begitu juga dengan penduduknya yang tampak cukup padat dan sibuk hilir mudik di segala penjuru.
Renggo : " ayo turun ke kampung ! "
Me : " oke bang "
Dengan santai Bang Renggo mengajakku turun ke perkampungan itu , begitu tiba di bawah ia mengajakku duduk di sebuah bangunan pendopo yang lantainya berupa batu kehitaman serta beralas karpet dari kulit sapi , namun yang membuatku terkejut adalah saat kudapati sekumpulan anak anak yang berkepala plontos serta mengenakan kain jarik mirip popok , mereka tampak asik bermain dengan beberapa ekor kura kura kecil dan tak menghiraukan keberadaan kami.
Renggo : " anak anak kampung sini tuh vig , kayak dulu pas di rusunawa kampus umm "
Me : " sejenis ya bang ? "
Saat melihat mereka aku langsung teringat dengan sosok anak anak gaib yang dulu pernah kujumpai di rusunawa kampus UMM , tak ada perbedaan apapun karena memang sejenis dan sama sama penghuni alam astral lapisan tengah.
Renggo : " lu samperin sono dah ! "
Me : " ngomong apa gw ?! "
Renggo : " lu tanyain aja pake basa jawa "
Dengan ragu aku berdiri lalu berjalan menghampiri mereka , saking asiknya bermain kura kura mereka sama sekali tak menyadari kalau aku telah duduk jongkok di dekat mereka.
Me : " le , dolenan opo kon ?! "
(le , main apa kamu ?!)
Bocah A : " dolenan kuro mas "
(main kura mas)
Bocah B : " lucu mas , iki podo balapan lho kurone "
(lucu mas , ini pada balapan lho kuranya)
Me : " mosok kuro iso balapan ?! "
(masak kura bisa balapan ?!)
Bocah A : " deloken dhewe mas ! "
(lihat sendiri mas !)
Kuamati beberapa ekor kura kura yang ternyata digunakan anak anak ini untuk balapan di atas lantai pendopo , mereka tampak girang ketika kura kuranya merayap dan saling adu kecepatan satu sama lain.
Me : " lucu yo le "
Bocah A : " ha.. ha.. aku seneng mas "
Merasa bosan ngumpul sama anak anak ini kuputuskan untuk berjalan keluar dari pendopo , kini di sekelilingku tampak puluhan orang yang penampilannya mirip kayak di film 'Tutur Tinular' , mereka semua hilir mudik di jalanan dan tampak sibuk selayaknya manusia pada umumnya , sekejap kemudian perhatianku tertuju pada seorang gadis berambut panjang terurai yang mengenakan jarik kemben... gadis itu tampak sibuk menyapu pelataran rumahnya yang berada di seberang pendopo , sementara tanah pelataran rumahnya bukanlah tanah biasa tapi berupa bebatuan hitam yang dijadikan rata seperti lantai.
Me : " omahmu ndek kene tha dek ? "
(rumahmu di sini tha dek ?)
Gadis : " ?!?!? "
Gadis itu hanya bengong melihat diriku yang berdiri mematung di pelataran rumahnya , sepertinya ia heran melihat penampilanku yang masih mengenakan kaos dan celana jeans.
Gadis : " sampeyan sinten mas ?!.. tiang pundhi ?! "
(sampeyan siapa mas ?!.. orang mana ?!)
Me : " aku wong kutho dek , soko malang "
(aku orang kota dek , dari malang)
Gadis : " wo saking malang mas ?!.. monggo pinarak mlebet mriki mas ! "
(wo dari malang mas ?!... monggo silahkan masuk sini mas !)
Entah kenapa tiba tiba ia mempersilahkanku masuk ke rumahnya yang berdinding batuan hitam , kurasa ia akan menjamuku dengan makanan enak sebagai sambutan kedatanganku di kampung Tirta Naga ini... mana mungkin aku bisa menolaknya.
Quote:
Di dalam rumah aku duduk bersila beralaskan karpet dari kulit sapi yang sama seperti di pendopo tadi , sambil duduk akupun sibuk mengamati dekorasi rumah berukuran kecil ini.... di tiap sudut ruangan terpajang patung arca berbentuk naga yang berbahan batuan hitam juga , sementara seluruh perabotan macam lemari atau rak terbuat dari beling hijau.
Gadis :" kulo bade teng wingking rumiyin mas "
Me : " oh iyo iyo "
Gadis itu pamit ke belakang dan tak lama kemudian ia kembali lagi sambil membawa nampan yang ternyata berisi semangkuk dawet , dengan ramah ia menyuguhkannya padaku sementara aku masih terheran heran menatap semangkuk dawet yang baru saja kupegang ini... kulihat ada cendol hijau , kolang kaling dan juga ketan hitam , tak jauh beda dengan dawet di alam manusia.
Gadis : " monggo dipun unjuk mas ! "
(monggo diminum mas !)
Me : " yo suwun dek "
Dengan sendok kayu aku menyeruput dawet ini pelan pelan , ternyata rasanya sama segarnya dengan dawet yang biasa aku minum , padahal tak ada satupun bongkahan es batu di dalam mangkuk ini.
Gadis : " sampun dangu tha mas dolen ndek kampung kulo niki ? "
(udah lama tha mas main ke kampungku ini ?)
Me : " gak , yo lagek pisan iki "
(gak , ya baru sekali ini)
Gadis : " rumiyin nggeh wonten tiang engkang kerep dolen mriki mas , nanging sakniki sampun mboten ketingal maleh "
(dulu juga ada orang yang sering main sini mas , tapi sekarang udah ngga kelihatan lagi)
Me : " oh ?!? "
Di saat aku masih asik menikmati dawet sambil ngobrol mendadak datang sepasang kakek nenek yang mengenakan jarik dan pakaian hitam , sesaat mereka berdiri di dekat pintu dan tampak terheran heran melihatku.
Kakek : " loh ?!.. sampeyan sopo ngger ?! "
Me : " kulo tiang saking malang mbah "
(saya orang dari malang mbah)
Kakek : " adoh iku ngger , sampeyan manungso kok iso ngetokno sukmo ?! "
(jauh itu ngger , sampeyan manusia kok bisa keluarin sukma ?!)
Nenek : " saiki wes arang lho ngger onok manungso seng biso koyok sampeyan "
(sekarang udah jarang lho ngger ada manusia yang bisa kayak sampeyan)
Me : " kulo sagete nembe mawon mbah "
(saya bisanya baru aja mbah)
Kakek : " lha yo , nek mbiyen jamane singosari sek akeh manungso biso ngerogo sukmo ngger , mangkane aku nggumun "
(lha iya , kalo dulu jamannya singosari masih banyak manusia bisa meraga sukma ngger , makanya aku heran)
Mendengar penuturan kakek ini memberiku kesimpulan bahwa kampung Tirta Naga ini telah ada sejak jaman kerajaan Singosari dan bisa jadi penghuninya juga berumur ratusan tahun.
Kakek : " mbiyen wong ngrogo sukmo seng terakhir pas jamane londho , arek arek pejuange hamid rusdi podo golek prewangan mrene "
(dulu orang meraga sukma yang terakhir pas jamannya belanda , arek arek pejuangnya hamid rusdi pada cari bantuan kemari)
Me : " ?!? "
Apa yang dikatakan kakek ini langsung membuatku tercengang , katanya para pejuang Malang di bawah kepemimpinan Mayor Hamid Rusdi juga sering melakukan astral projection kemari untuk mencari bantuan gaib... sungguh suatu fakta yang mencengangkan dan tidak mungkin tertulis dalam buku sejarah manapun.
Kakek : " yo wis ngger , penakno yo aku tak turu disek "
(ya udah ngger , enakin ya aku mau tidur dulu)
Me :" nggeh mbah "
Kakek dan nenek itu baru saja berlalu dari hadapanku , mereka masuk ke sebuah kamar yang pintunya terbuat dari kayu berukiran naga... kurasa mereka sedang capek habis bekerja sehingga berniat untuk tidur.
Gadis :" niku tiang sepah kulo mas , nyambut damele teng nggene kantoripun camat brojomukti "
(itu orang tua saya mas , kerjanya di kantor camat brojomukti)
Me : " camat brojomukti ?! "
Gadis : " niku camate kampung niki mas , tiange wicaksono lan mukti wibowo mas.... tiang sepah kulo niku saben dinten resik resik lan rewang rewang teng kecamatan mas "
(itu camatnya kampung ini mas , orangnya bijaksana dan berwibawa mas.... orang tua saya itu tiap hari bersih bersih sama bantu bantu di kecamatan mas)
Mendengar penuturan gadis ini membuatku berkesimpulan bahwa kehidupan di kampung gaib ini ternyata tak jauh beda dengan kehidupan masyarakat di alam manusia , bisa jadi di sini juga ada bentuk pemerintahan macam raja atau ratu.
Gadis : " dawete maleh tha mas ?!... nek maleh kulo pundutne sakniki "
(dawetnya lagi tha mas ?!... kalo lagi aku ambilin sekarang)
Me : " gak wes , matur suwun "
Tak terasa semangkuk dawet yang disuguhkan padaku ini telah habis tak tersisa , karena merasa tidak enak berlama lama di sini akhirnya aku langsung berpamitan kepada gadis ini , lagipula Bang Renggo menungguku di pendopo tadi.
Me : " wes yo tak moleh disek aku dek "
(udah ya pulang dulu aku dek)
Gadis : " wo ngoten mas ?!... nggeh monggo mas , mangke nek tindak mriki maleh mampir teng dalem kulo nggeh mas ? "
(wo gitu mas ?!... iya monggo mas , ntar kalo main sini lagi mampir ke rumah saya ya mas ?)
Me : " iyo dek "
Buru buru aku keluar dari rumah ini lalu dengan tergesa aku kembali ke pendopo yang berada di seberang jalan.
Gadis :" kulo bade teng wingking rumiyin mas "
Me : " oh iyo iyo "
Gadis itu pamit ke belakang dan tak lama kemudian ia kembali lagi sambil membawa nampan yang ternyata berisi semangkuk dawet , dengan ramah ia menyuguhkannya padaku sementara aku masih terheran heran menatap semangkuk dawet yang baru saja kupegang ini... kulihat ada cendol hijau , kolang kaling dan juga ketan hitam , tak jauh beda dengan dawet di alam manusia.
Gadis : " monggo dipun unjuk mas ! "
(monggo diminum mas !)
Me : " yo suwun dek "
Dengan sendok kayu aku menyeruput dawet ini pelan pelan , ternyata rasanya sama segarnya dengan dawet yang biasa aku minum , padahal tak ada satupun bongkahan es batu di dalam mangkuk ini.
Gadis : " sampun dangu tha mas dolen ndek kampung kulo niki ? "
(udah lama tha mas main ke kampungku ini ?)
Me : " gak , yo lagek pisan iki "
(gak , ya baru sekali ini)
Gadis : " rumiyin nggeh wonten tiang engkang kerep dolen mriki mas , nanging sakniki sampun mboten ketingal maleh "
(dulu juga ada orang yang sering main sini mas , tapi sekarang udah ngga kelihatan lagi)
Me : " oh ?!? "
Di saat aku masih asik menikmati dawet sambil ngobrol mendadak datang sepasang kakek nenek yang mengenakan jarik dan pakaian hitam , sesaat mereka berdiri di dekat pintu dan tampak terheran heran melihatku.
Kakek : " loh ?!.. sampeyan sopo ngger ?! "
Me : " kulo tiang saking malang mbah "
(saya orang dari malang mbah)
Kakek : " adoh iku ngger , sampeyan manungso kok iso ngetokno sukmo ?! "
(jauh itu ngger , sampeyan manusia kok bisa keluarin sukma ?!)
Nenek : " saiki wes arang lho ngger onok manungso seng biso koyok sampeyan "
(sekarang udah jarang lho ngger ada manusia yang bisa kayak sampeyan)
Me : " kulo sagete nembe mawon mbah "
(saya bisanya baru aja mbah)
Kakek : " lha yo , nek mbiyen jamane singosari sek akeh manungso biso ngerogo sukmo ngger , mangkane aku nggumun "
(lha iya , kalo dulu jamannya singosari masih banyak manusia bisa meraga sukma ngger , makanya aku heran)
Mendengar penuturan kakek ini memberiku kesimpulan bahwa kampung Tirta Naga ini telah ada sejak jaman kerajaan Singosari dan bisa jadi penghuninya juga berumur ratusan tahun.
Kakek : " mbiyen wong ngrogo sukmo seng terakhir pas jamane londho , arek arek pejuange hamid rusdi podo golek prewangan mrene "
(dulu orang meraga sukma yang terakhir pas jamannya belanda , arek arek pejuangnya hamid rusdi pada cari bantuan kemari)
Me : " ?!? "
Apa yang dikatakan kakek ini langsung membuatku tercengang , katanya para pejuang Malang di bawah kepemimpinan Mayor Hamid Rusdi juga sering melakukan astral projection kemari untuk mencari bantuan gaib... sungguh suatu fakta yang mencengangkan dan tidak mungkin tertulis dalam buku sejarah manapun.
Kakek : " yo wis ngger , penakno yo aku tak turu disek "
(ya udah ngger , enakin ya aku mau tidur dulu)
Me :" nggeh mbah "
Kakek dan nenek itu baru saja berlalu dari hadapanku , mereka masuk ke sebuah kamar yang pintunya terbuat dari kayu berukiran naga... kurasa mereka sedang capek habis bekerja sehingga berniat untuk tidur.
Gadis :" niku tiang sepah kulo mas , nyambut damele teng nggene kantoripun camat brojomukti "
(itu orang tua saya mas , kerjanya di kantor camat brojomukti)
Me : " camat brojomukti ?! "
Gadis : " niku camate kampung niki mas , tiange wicaksono lan mukti wibowo mas.... tiang sepah kulo niku saben dinten resik resik lan rewang rewang teng kecamatan mas "
(itu camatnya kampung ini mas , orangnya bijaksana dan berwibawa mas.... orang tua saya itu tiap hari bersih bersih sama bantu bantu di kecamatan mas)
Mendengar penuturan gadis ini membuatku berkesimpulan bahwa kehidupan di kampung gaib ini ternyata tak jauh beda dengan kehidupan masyarakat di alam manusia , bisa jadi di sini juga ada bentuk pemerintahan macam raja atau ratu.
Gadis : " dawete maleh tha mas ?!... nek maleh kulo pundutne sakniki "
(dawetnya lagi tha mas ?!... kalo lagi aku ambilin sekarang)
Me : " gak wes , matur suwun "
Tak terasa semangkuk dawet yang disuguhkan padaku ini telah habis tak tersisa , karena merasa tidak enak berlama lama di sini akhirnya aku langsung berpamitan kepada gadis ini , lagipula Bang Renggo menungguku di pendopo tadi.
Me : " wes yo tak moleh disek aku dek "
(udah ya pulang dulu aku dek)
Gadis : " wo ngoten mas ?!... nggeh monggo mas , mangke nek tindak mriki maleh mampir teng dalem kulo nggeh mas ? "
(wo gitu mas ?!... iya monggo mas , ntar kalo main sini lagi mampir ke rumah saya ya mas ?)
Me : " iyo dek "
Buru buru aku keluar dari rumah ini lalu dengan tergesa aku kembali ke pendopo yang berada di seberang jalan.
Diubah oleh vigovampironeo 17-09-2017 20:02
meqiba dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas