Mereka teman-temanku juga ikut menuyusul setelah kuberi tahu lewat telepon bahwa orangtua ku telah meninggal karena kecelakaan, entah bagaimana suasana disana setelah mereka mendengar ini, aku juga tidak tahu sama sekali, yang pasti banyak dari mereka juga turut mengucapkan duka cita kepadaku, aku hanya tersenyum ketika mereka bersedih karenaku, aku merasa terhina karena seharusnya mereka mencaci-maki aku jika tahu apa yang aku katakan terakhir kali kepada orang tuaku. aku sendiri pun takut mengakui ini semua dan aku lebih pilih untuk memendam ini sampai suatu saat nanti.

Pada akhirnya sampai saat dimana kami mengubur jenazah orang tuaku, giliranku untuk mendekati wajah orangtuaku dan berkata sesuatu kepada mereka.


lalu akupun mencari tempat yang jauh dari tempat penguburan orang tua ku beserta adikku karena tidak sanggup lagi untuk melihat mereka.

****


Tahun baru pun datang, aku tetap mengurung diri dirumah, meskipun banyak sekali teman-temanku yang sering mengunjungi ku hanya untuk bermain bersama. aku tidak peduli lagi dengan mereka semua, bahkan bandku yang belum lama sempat hidup sehabis juara dalam festival itu.
yang biasanya rumah ini terisi oleh canda tawa adikku, ayahku, dan ibuku. sekarang telah diganti oleh suasana tenang dan pengganti mereka yaitu paman dan bibiku yang mengurusku dirumah, aku juga tidak peduli lagi terhadap mereka, walaupun merekalah yang memberiku uang untuk keperluan sehari-hari.
Dan tentu saja inilah jalan yang kupilih untuk menanggung "dosa" yang mungkin tidak akan termaafkan.
aku juga vakum dari bandku semenjak insiden itu, alasannya tentu saja karena.

aku tidak bisa bermain musik lagi