Kaskus

Story

jayanagariAvatar border
TS
jayanagari
Sometimes Love Just Ain't Enough
Halo, gue kembali lagi di Forum Stories From The Heart di Kaskus ini emoticon-Smilie
Semoga masih ada yang inget sama gue ya emoticon-Malu
Kali ini gue kembali lagi dengan sebuah cerita yang bukan gue sendiri yang mengalami, melainkan sahabat gue.
Semoga cerita gue ini bisa berkenan di hati para pembaca sekalian emoticon-Smilie

Sometimes Love Just Ain't Enough



*note : cerita ini sudah seizin yang bersangkutan.


Quote:


Quote:
Diubah oleh jayanagari 24-04-2016 00:40
pulaukapokAvatar border
afrizal7209787Avatar border
DhekazamaAvatar border
Dhekazama dan 8 lainnya memberi reputasi
9
421.1K
1.5K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
jayanagariAvatar border
TS
jayanagari
#913
PART 38

Gelas berisi kopi hitam pekat yang panas itu gue pegang erat-erat, sambil menghela napas panjang. Malam masih panjang, dan gue ditemani oleh seorang sahabat gue. Kami berdua ngobrol kesana-kemari, membicarakan semua hal yang terlintas di kepala. Berbagi pengalaman, berbagi kata. Setiap pengalaman hidup yang kami bagi bersama, merupakan pelajaran bagaimana cara melangkah bagi yang lain. Itulah salah satu makna utama seorang teman.

Bas, sahabat gue itu, duduk di kursi karet disamping gue, sambil menyilangkan kaki, dan menerawang jauh kedepan. Dia kemudian berkata dengan pelan.

“Lo jangan terlalu mikirin Sherly ya….”

Gue menoleh.

“kenapa?” tanya gue.

Bas tersenyum dan menundukkan kepala, bermain-main dengan jemarinya. Sesaat kemudian dia menggeleng.

“kalo dia memang buat lo, dia pasti balik kok….” jawabnya.

Bas tertawa dan melanjutkan, “….iya gue tau ini klise banget…”

“sebenernya omongan lo gak klise-klise amat sih, cuma tergantung gimana kita sabar nunggunya aja…” sahut gue pelan.

“semua yang pernah ada di hidup lo sebenernya kan gak pernah ilang, selama lo masih mengingat mereka semua.” jawab Bas sambil tersenyum.


Gue memandangi kopi di tangan gue, dan tersenyum sendiri. Omongan Bas barusan mengingatkan gue ke beberapa hari yang lalu. Gue menoleh ke Bas.

“kemaren-kemaren gue sempet mimpi Sari loh…” ujar gue.

“kapan?”

“yah sekitar 3-4 hari yang lalu. Gue mimpi dia lagi duduk di sebuah tempat, gak tau itu dimana. Dia senyum ke gue, gak ngomong apa-apa, tapi rasanya jauh banget dari gue. Gue berusaha menggapai, tapi dia kayak selalu menjauh.”

Bas mengangguk-angguk.

“mungkin lo gak bisa meraih dia pake tangan, tapi pake doa…”

“iya, abis itu langsung gue doain dia kok…”

“terus abis itu lo masih sering mimpiin dia lagi?”

Gue menggeleng.

“enggak pernah lagi. Cuma sekali itu aja…”

“lo masih sering ke makamnya?”

Lagi-lagi gue menggeleng.

“udah jarang banget gue kesana. Sampe lupa kapan terakhir gue nengok makamnya.”

“kenapa?”

Gue mengangkat bahu dan menghela napas.

“kalo lo masih ngerasa berat nengok dia, artinya lo masih belum sepenuhnya ikhlas dia pergi.” ujarnya.

“gue udah ikhlas kok, cuma kayaknya gue masih butuh waktu untuk nyembuhin diri gue sendiri.”

Bas terdiam, dan menggosok-gosok pipinya sendiri.

“jangan bikin batasan untuk diri lo sendiri…” sahutnya sambil tersenyum.



* * *




“ambilin karet rambut gue dong…”


Gue menoleh ketika suara Fira terdengar di belakang punggung. Gue kemudian mencari-cari barang yang dimaksud, dan menemukannya di antara tumpukan kertas folio di samping gue. Tanpa berkata apa-apa gue menyerahkan karet pengikat rambut berwarna merah itu ke Fira.


“tengkyu…” ucapnya sambil menerima karet rambut itu.


Gue kemudian melanjutkan menulis tugas, sambil sesekali menegakkan punggung yang semakin lama semakin terasa kaku. Gue menarik napas dan memijat-mijat tengkuk. Fira di belakang gue, duduk di sebuah sofa empuk, sambil membaca buku sementara gue sedang mengerjakan tugas di meja perpustakaan. Wajar aja Fira bersantai-santai gitu, soalnya tugas Fira lah yang gue salin, karena gue sama sekali belum ngerjain.


“masih banyak?” tanyanya.

“masih, ada dua lagi yang belom gue tulis.” jawab gue tanpa menoleh.

“ih jawabnya sambil nengok napa…” sahutnya merajuk.

Gue mengernyit dan memutar bola mata ke atas, kemudian membalikkan kursi menghadap ke Fira.

“masih banyaaaak, mba Firaaaa….”

“yaudah cepetan…” sahutnya sambil cemberut.

Gue menatapnya dengan geli campur terheran-heran.

“lo kenapa?” tanya gue.

“laper…”


Gue membalikkan badan dan merapikan folio-folio miliknya, kemudian menyerahkannya ke Fira. Dia memandangi gue dan kertas yang gue ulurkan dengan heran.


“kenapa?” tanyanya.

“nih bawa aja, gue lanjutin besok lagi. sekarang lo balik aja gakpapa…”

“loh, kan abis ini lo traktir gue?”

“siapa yang bilang?”

“lah itu udah gue pinjemin tugas, jadi sekarang lo yang traktir dong” ucapnya sambil tersenyum jail dan menjulurkan lidah.

“perasaan pas gue pinjem gak ada perjanjian gitu deh” sahut gue keki.

“bodo amaaat….” sahutnya sambil tertawa dan mendorong gue keluar perpustakaan.


Rrrr, ini anak emang suka mutusin seenak jidatnya aja!
Diubah oleh jayanagari 29-12-2015 16:54
itkgid
oktavp
pulaukapok
pulaukapok dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.