- Beranda
- The Lounge
[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter
...
TS
blueminder
[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter
![[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter](https://dl.kaskus.id/new-blueminder.me/wp-content/uploads/2015/12/letter-mail-envelope.jpg)
Quote:
Balikpapan, musim kemarau 2015
Dear my future son& daughter,
Hai, son. Hi, daughter. Apa kabar? I know this is so awkward. Entah kalian bakal terlahir di dunia ini atau tidak, siapa yang akan menjadi ibu kalianpun aku masih belum mengetahuinya, dan entah apakah aku masih diberikan waktu lebih panjang untuk hidup sebelum aku bisa meregenerasi diriku untuk menjadi kalian. Sebelum aku menulis panjang lebarpun aku sadar walau semuanya akan kutulis dengan cukup banyak huruf tetapi tak semuanya akan bisa kutulis lewat surat ataupun kusampaikan langsung nantinya dengan kata-kata, karena kebanyakan yang ingin kusampaikan hanyalah tersimpan di dalam isi kepalaku yang kian hari mereka lenyap sedikit demi sedikit terbunuh oleh multi-tasking dan overthinking yang membuat pemiliknya ini semakin hari semakin kian kikuk dan over pelupa. Aku tidak ingin, segala cerita yang pantas disajikan untuk kalian dan sudah lama kuidam-idamkan hilang begitu saja termakan oleh kondisi, waktu dan usia. Aku juga ragu harus kuawali cerita ini dari bagian mana, karena aku tidak yakin dengan awalan apa yang bisa meyakinkan kalian untuk sudi dicuci otaknya, atau sedikitnya untuk tidak meninggalkan principle-principle yang selama ini sudah dan selalu senantiasa kujaga, dan setidaknya agar kalian bisa menciptakan principle-principle yang lebih baik dariku yang bisa kalian kembangkan sebebas-bebasnya, namun dengan batasan-batasan tertentu. Tetapi… walaupun tak kucuci otak kalianpun, kalian pasti sanggup mengeksploitasi pemikiran kalian secara daya guna, karena aku yakin, kalian pasti nantinya akan lebih rakus, lebih rakus dengan segala keingintahuan dan pengetahuan melebihi diriku nantinya. Aamin.
Quote:
Spoiler for :
![[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter](https://dl.kaskus.id/new-blueminder.me/wp-content/uploads/2015/12/forget.jpg)
Hai, son. Hi, daughter. Aku ingin memperlihatkan sebuah video untuk kalian, berikut link-nya link youtube. Video tersebut lumayan telah ditonton dan dishare oleh orang-orang banyak pada saat aku menulis tulisan ini, ngehitsnya sekitar setahunan ini. Entahlah, kenapa gaya humornya tersebut diterima oleh banyak orang, apa karena di zamanku ini orang-orang hanya menganggap suatu yang nampak memukul dan dipukul itu lucu? Sebelumnya perlu kutegaskan, selera humor orang Indonesia pada zaman aku menulis tulisan ini mulai menurun. Dari acara di Televisi yang menampilkan acara komedi yang tidak lucu dan memaksa, dengan mengejek dari memukul kepala dengan styrofoam, menaburkan bedak atau terigu, mencela kekurangan fisik, memasukkan benda-benda ke mulut, menghempaskan orang hingga tersungkur, hingga membayar penonton pengangguran yang disuruh tertawa memaksa dengan duduk ala jongos Belanda dan rela dihina semena-mena. Setelah diberi waktu untuk sedikit bernafas, muncul lah komedi cerdas yang mendadak menjadi penolong dan penyegar dahaga humor di Indonesia. Tetapi itu tak bertahan lama, karena semua orang tidak semua dilahirkan berbakat untuk berhumor di dunia ini, acara komedi yang hanya berdiri memegang miq, berusaha melucu dan yang tadi kubilang komedi yang cerdas itu berkembang terlalu pesat, saking pesatnya naik terlalu tinggi, tanpa regulator, dari komunitas daerah hingga bisa saja langsung muncul di TV. Dan saat soal selera yang selalu berbeda-beda mengkritik salah satu performnya itu sebagai suatu hal yang tidak lucu, maka mengkritik tidak lucu tersebut adalah suatu hal yang sangat salah dan tabu, karena baginya komedi cerdas itu selalu lucu, tidak boleh ada yang bilang tidak lucu, sehingga tibalah komedi cerdas Indonesia menjadi tidak cerdas lagi karena mengkritik selalu dianggap sebagai membenci. Belum lagi semata pemerannya dan beberapa oknum merasa dirinya adalah expert yang selalu terbebas dari segala ketidaklucuan, dan beberapa dari mereka hanyalah orang-orang kekinian yang ingin aji mumpung dan numpang tenar, apalagi sekarang acara komedi tesebut diadakan di stasiun TV yang dominan acara di dalamnya adalah acara dangdut tak jelas. Ouwh maaf, maaf, aku menjadi out of topic, terlalu lewat jalur, overthinking ku ini terlalu ngalur-ngidul. Tidak, bukan di situ letak lucu dari video yang kuberikan tadi, bukan dari scene pukul-memukul. Video tersebut justru mengandung sinisme, sinisme orang-orang zaman saat aku menulis ini. Kebanyakan orang tidak pernah menyadari dengan apa yang telah diperbuat dan dikatakannya, lupa diri atau memang sengaja untuk lupa diri, tidak mau bercermin, atau karena mereka belum bisa untuk mencoba berpikir secara jernih. Manusiawi sih sebenarnya, aku pun pernah lalai seperti itu, namun aku selalu berusaha untuk tidak menelan ludah sendiri semampuku.
Quote:
Spoiler for :
![[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter](https://dl.kaskus.id/new-blueminder.me/wp-content/uploads/2015/10/12186339_937141846333440_4718439172156970354_o-1.jpg)
Hai, son. Hi, daughter. Aku masih membahas video yang di atas. Perlu kalian ketahui, saat aku menulis tulisan ini keadaan di luar penuh kabut pekat. Setiap tahun di musim kemaraunya Indonesia sering terjadi kebakaran hutan, baik itu dengan jumlah titik api yang sedikit maupun yang besar-besaran. Dan ketika diinvestigasi penyebab bencana tersebut, selalu saja setiap tahun tidak ada titik terang. Tetapi kata relawan yang turut membantu memadamkan api mencoba menjelaskan dan menjawab bahwa mereka tidak peduli dengan penyebabnya, karena kalau terus-menerus memikirkan dan teriak-teriak bertanya-tanya siapa dalang di balik kebakaran, api pun tak akan cepat padam, belakangkan dulu investigasi, lebih baik langsung turun ke lapangan dan segera padamkan, itu kata mereka. Dan beberapa minggu ini, Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain Balikpapan pun kena giliran juga mendapat jatah kebakaran hutannya. Walaupun tak sebesar kebakaran hutan pada saat El Nino di tahun 1997-1998, tetapi tahun ini petugas juga cukup kewalahan untuk memadamkan apinya sampai-sampai membutuhkan sejumlah relawan untuk turut membantu. Ya kewalahan mereka itu mencurigakan dan perlu alasan dalam penanganan sekat dan pengawasan tahunan untuk mencegah terjadinya kebakaran. Ketika aku datang dan bertanya apa penyebab dari kebakaran tersebut, relawan yang lain hanya menjelaskan, “Ruwet, Mas. Biasa politik. Tetapi masih baru praduga. Kalau dari kami sih malas tuduh sana-sini, mending langsung terjun ke lapangan” Ah lagi-lagi politik, kenapa politik selalu saja tega untuk membinasakan alam, menjelang pilkada selalu saja ada cara kotor dan mencoba untuk black campaign, dari mencoba membakar hutan, mengkambinghitamkan oknum, memback-up petani buah naga yang mengambil kawasan hutan lindung dan bahkan menjual kawasan tanah murah di kawasan hutan lindung dengan kekuasaannya, atau bisa menjadi sosok pahlawan yang sok memadamkan hutan lindung. Balikpapan itu kota yang unik, slogannya sudah terlewat pantas dengan “Beriman”nya bersih, indah, aman dan nyaman. Aku ingin kalian dilahirkan di kota ini sama sepertiku. Akan kuajak kalian bermain di hutan kota dekat rumah dan mengajarkan kalian untuk mencintai alam sedini mungkin. Uniknya Balikpapan lagi adalah, jarak antara kota dengan hutan lindungnya lumayan dekat. Tetapi bukan hutan lindung lagi namanya kalau manusia di kota itu sendiri sudah tidak mau melindunginya lagi, apalagi dikotori oleh politik. Manusia dari luar kota ini datang ke kota ini mencoba menjamah dan menguasainya sedangkan tidak jauh dari lokasi ini terdapat beberapa ormas lokal pengemis yang mempunyai fungsi yang katanya “menjaga kestabilan dan kedamaian” alias mengemis dan hanya bisa berpikir dengan otot. Bahkan ada juga ormas dari kesukuan luar pulau yang mencoba memeriahkan perkotoran bisnis berpikir dengan otot ini. Hutan lindung yang tak lagi dilindungi karena atas dasar kesepakatan sepihak tanpa mau mendengarkan demokrasi warganya yang jarang sekali dilakukan karena rata-rata warga Balikpapan itu orang yang sibuk, beberapa kawasan hutan lindung pun disulap menjadi wilayah industri tanpa memperdulikan usulan lokasi alternatif. PemProv yang rela mengemis dari BUMN agar dapat bagi hasil dan mencoba membuat lahan-lahan basah baru di dalamnya untuk mengisi perut-perut tikus yang masih merah.
Quote:
Spoiler for :
![[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter](https://dl.kaskus.id/new-blueminder.me/wp-content/uploads/2015/10/BN-GA156_coal_G_20141215041657.jpg)
Hai, son. Hi, daughter. Membahas video di atas masih cukup panjang. Tetapi tak apa, selagi aku masih ada waktu, kuluangkan waktu ini untuk menulis sekritisnya, karena jika suatu saat nanti aku gagal untuk mendidik kalian untuk menjadi orang yang idealis, bukti surat ini lah saksi bisu bahwa aku sudah berniat dengan sungguh-sungguh dari awalnya. Entahlah apa masih bisa kupertahankan atau tidak, bakal kapok selanjutnya, atau diriku yang akan mati nantinya karena mencoba kolot untuk mempertahankannya. Mari kita lihat lagi videonya. Kalau kita saksikan sendiri dari video tersebut, lihat betapa lalainya manusia, manusia memang tempatnya lupa. Ya seperti di video itu, asap rokok mengandung polutan 10 kali dari mesin diesel. Hal ini masuk akal karena rokok mengeluarkan lebih banyak partikel dibanding mesin berbahan bakar diesel rendah belerang. Dalam asap rokok terdapat 4.000 bahan kimia dan gas berbahaya yang bersifat karsinogenik, seperti nikotin, arsen, tar, aseton, natilamin, dan cadmium. Oleh karena itu untuk kamu, my son, ketika besar nanti jauhkanlah dirimu dengan yang namanya rokok, jangan sesekali mencoba karena dikhawatirkan akan menjadi candu. Akupun yang sukses terlepas dari rokok tetapi dulunya juga pernah merasa kewalahan untuk melepaskannya. Banyak yang teriak-teriak dengan polutan dari mesin diesel, tetapi mereka tidak menyadari dengan polutan dari asap rokoknya. Dan baru-baru ini, banyak yang teriak-teriak dengan polusi udara dari asap kebakaran hutan. Iya, semuanya serentak berteriak-teriak, karena yang kena dampaknya ada di banyak kota, termasuk di kotaku tercinta ini, angin turut membawanya sampai ke sini, dan baru-baru ini Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain turut serta berpartipasi atas kebakaran hutan Indonesia. Tanpa melihat latar belakang masing-masing semua ikut berteriak, bahkan si perokok bak cerobong asap kereta api pun ikut berpartipasi berteriak tanpa ikut menyadari bahaya dari polutan asap rokoknya itu sendiri. Dan lebih syahdu lagi ketika netizen dari kaum realist yang bekerja di perusahaan batu bara turut meramaikan teriakan-teriakan sosial medianya atas berdukanya udara bersih di Indonesia, tanpa mau menyadari latar belakang pekerjaannya itu dampaknya apa bagi bumi, minimal dampaknya untuk Indonesia ini. Batu bara turut ikut handil sebagai emisi polutan radioaktif di udara. Dari hasil pembakaran batubara yang selama ini, menghasilkan polutan konvensional berupa abu, CO (karbon monoksida), NOx (oksida-oksida nitrogen), SOx (oksida-oksida belerang) dan juga partikel-partikel yang terhambur ke udara sebagai bahan pencemar udara. Partikel-partikel tersebut antara lain adalah: Karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C), Debu-debu silika (SiO2), Debu-debu alumia (Al2O3), dan Oksida-oksida besi (Fe2O3 atau Fe3O4). Partikel-partikel tersebut dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan, selain timbulnya hujan asam maupun efek rumah kaca yang disebabkan oleh gas-gas hasil pembakaran batubara seperti tersebut di atas.
Quote:
Spoiler for :
![[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter](https://dl.kaskus.id/new-blueminder.me/wp-content/uploads/2015/10/tumblr_n9w5qvsZ181suxeeyo1_1280.jpg)
Hai, son. Hi, daughter. Cukup banyak untuk dibahas soal lupa diri tadi. Aku atau kalian nanti pasti akan pernah mengalaminya, semua itu manusiawi. Relawan lain yang juga turut membantu memadamkan kebakaran Kawasan Hutan Lindung Sungai Wain pun seperti itu, dengan semangat mereka menjelaskan tentang politik yang menodai hutan lindung Balikpapan tetapi mereka tidak sadar bahwa saat dia menjelaskannya, sudah berapa batang rokok yang dihabiskan dalam hitungan menit? Oh sungguh susah untuk menjadi perfeksionis itu, My Son, My Daughter. Apalagi ketika kamu mencoba untuk bersuara tentang dampak realita dari kaum-kaum realist tersebut seperti si pekerja perusahaan batu bara itu, kamu akan ditertawakan, kamu hanyalah dianggap badut-badut bodoh yang mencoba melucu ditengah krisis ekonomi yang semakin carut marut di saat aku menulis tulisan ini. Katanya, mungkin belum waktunya kita bisa mencoba berpikir seperti cara berpikir realist kalau belum pernah sampai di kondisi yang sangat terpojok dan tidak mau move on dari kenyamanan. Katanya, apakah aku yakin masih bisa berpikir seperti itu kalau di kondisi anak-anakku membutuhkan susu bubuk? Katanya, apakah aku yakin masih berpikir seperti itu kalau di kondisi anak-anakku membutuhkan popok yang cukup? Oh my Son, My Daughter, sekarang giliran mereka mengunderestimate ku berdasarkan kebutuhan yang kuanggap tak terlalu penting. Mereka tak yakin dengan kesanggupan ibumu untuk menyusui kalian dengan harus meyakini susu yang dihasilkan dari spesies sapi itu derajat dan manfaat nya lebih tinggi dari yang dihasilkan oleh spesies kita sendiri, manusia? Owh penipuan publik lebih meyakinkan mindset mereka tentang cara membesarkan anak dan harus bertekuk lutut dengan sapi! Mereka tak yakin bahwa aku akan rajin membersihkanmu hanya dari segelintir hadas kecil tanpa harus ketergantungan dengan popok? Belum lagi underestimate dari mereka dengan pemakaian listrikku yang sumber energinya dari batu bara (PLTU). Kita memang semuanya sangat membutuhkan listrik, tetapi kita mempunyai banyak pilihan sumber energi listrik yang lebih ramah lingkungan dan tidak merusak dan BUMN di negeri ini masih buta atau sengaja membuatkan diri untuk mencoba sumber energi yang berlimpah dan lebih ramah lingkungan di Indonesia ini, adalah cahaya matahari. Entahlah, kondisi seperti itu membuat tenggorokkanku tercekat tak bersuara, apalagi melihat harga solar panel dan batrainya masih mahal dan belum terjangkau untuk kantongku. Mungkin ini hanya masalah waktu, suatu saat aku akan memiliki solar panel sendiri dan terbebas dari pemakaian listrik negara, atau mungkin kalian yang akan meneruskan perjuanganku nantinya. Namun membuat solar panel yang masih dalam niat pun tetap dihujani underestimate-underestimate oleh mereka para realist, “Ya, silahkan saja buat sumber energi dari sumber alternatif, nanti kalau sehari saja tidak ada sinar matahari untuk menyinari solar panel dan sehari saja tidak ada angin untuk menggerakkan turbin angin sehingga sehari juga kamu tidak ada sumber energi, kamu mau salahkan siapa? Salahkan Tuhan?” Ya, sedikit lucu kalau yang bertanya seperti itu malahan dari orang BUMN nya sendiri yang kerjanya berkecimpung di bagian teknikal. Dia malah membodohi diri sendiri dengan pura-pura lupa dengan off-grid system dan fungsi baterai yang berfungsi sebagai perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik, lalu dia mencoba bermain-main untuk menyalahkan Tuhan? sebegitu besarnya kah dirimu? Mungkin kalau kubalik pertanyaannya seperti ini mungkin dia akan kelimpungan untuk membela diri, “Kalau persediaan batu bara sudah habis, terus kamu mau salahkan siapa? Salahkan batu bara? Atau mencari pelarian seperti mantan menteri BUMNmu itu dengan memakai genset, sewa pula?” Ya, belum sempat menyalahkan persediaan batu bara yang akan habispun mungkin kita sudah dibuat kewalahan terlebih dahulu dengan direpotkan oleh dampak batu bara itu sendiri.
Quote:
Spoiler for :
![[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter](https://dl.kaskus.id/new-blueminder.me/wp-content/uploads/2015/10/MCCPadvKCcWzJZgDPQ7HMlFiRMEIxRwNJw7vOlUPLCsy3TDZrldmbMlk6d7NYnVt.jpg)
Hai, son. Hi, daughter. Kalian tahu kenapa orang-orang selalu saja latah serentak untuk berteriak seperti kasus asap kebakaran hutan itu? Ya, karena yang terkena dampaknya sangat tampak dengan skala yang besar. Mungkin mereka tidak tahu yang dirasakan oleh penduduk Tabalong, Cirebon, Cilacap yang banyak masuk rumah sakit karena ISPA yang disebabkan oleh pembakaran batu bara. Lahan banyak yang gagal panen, debunya mengganggu pernapasan, pantai dan sumber air bersih pun ikut tercemar. Dan pada waktu ini, warga Batang, Jawa Tengah sedang berjuang untuk meniadakan pembangunan PLTU Batu Bara terbesar se-ASEAN. Bagaimana rakyat Indonesia membayar mahal untuk bahan bakar terkotor di dunia ini? Mungkin mereka akan berkata lain kalau anggota keluarganya sendiri yang terkena dampaknya. Mereka hanya mencari jalan pintas yang selalu nyaman dari segi penghasilan, ya rata-rata begitu. Dari warga sipil hingga anggota dewan yang terhormat selalu senang dan nyaman dengan mencari jalan pintas, bahkan pedagang kecil pun juga turut mencari jalan pintas dengan cara-cara kotor, seperti mencampurkan makanan dengan bahan kosmetik, mengoplos daging, menjual ayam tiren, bahkan wanita yang katanya independent juga ikut memeriahkan jalan pintasnya dengan menjual selangkangannya dan dalam hitungan jam saja bisa mendapatkan banyak uang, belum lagi semakin zaman dan semakin derajat perempuan terlalu over dihormati, mereka menjadi tertolong karena panggilan dan julukan untuk mereka dibuat semakin sopan dari pramuria, pekerja seks komersial, wanita tuna susila dan WP seakan-akan keadaanlah penyebab paksa pekerjaan mereka, dan banyak lagi segala pintas yang ditempuh manusia dan semuanya hanya ingin keuntungan yang lebih tanpa adanya rasa mau peduli dengan dampaknya. Manusia memang tempatnya rakus dan tak pernah puas. Bahkan jika nanti kalian sampai waktunya di umurku sekarang yang sudah seperempat abad, kalian akan menemukan orang-orang yang susah membedakan antara uang “ceperan” di luar gaji yang didapatkan dari tilep sana-sini, uang yang didapat dari riba dan uang truely rejeki sendiri yang benar-benar halal didapatkannya. Bahkan ketika mereka mendapatkan “ceperan” atau riba tersebut, mereka masih sempat berkata “Alhamdulillah”, sungguh salah kaprah bukan? Manusia selalu rakus dan rakus, dari mengeksploitasi alam hingga menakar harga skill sepeleh yang mereka miliki. Entahlah, aku bakal sanggup mendidik kalian untuk menjadi seorang idealis, apalagi ketika kalian disituasikan di umur yang sudah produktif dan harus mencari dan memilih pekerjaan. Dunia kerja dengan segala dinamikanya, menyimpan beribu-ribu tantangan yang harus kalian lalui tetapi dari itu semua yang lebih ditonjolkan di dunia kerja adalah dunia yang pragmatis. Sangat susah sekali untuk terlihat idealis yang ditunjukkan di dalam dunia kerja. Itulah penting dan perlunya idealis dalam memilih pekerjaan dari awalnya. Aku bisa memastikan mungkin kondisi kalian nanti akan merasa malu atau segan dengan teman seperjuangan kalian yang sudah mendapatkan pekerjaan yang membanggakan, sama seperti situasiku sekarang. Tetapi pekerjaan membanggakan seperti apa dulu yang mereka dapatkan? Sangat tak elok kalau ada beberapa orang yang masih merasa congkak dengan pekerjaan yang dimilikinya sedangkan pekerjaan yang dimilikinya tersebut sangat menyayat hati Bumi Pertiwi. Aku bukan bermaksud menghina, tetapi kadang mereka tak sadar kalau terlalu sering memamerkan kegiatan pekerjaan yang mereka pikir itu membanggakan, tetapi kalau menurutku itu adalah hal yang menjijikan. Karena seperti inilah di Indonesia, mudah mengambil, sulit mengembalikan, tetapi selalu di atas angin dengan kebanggaan dan tindakannya. Begitulah wajah perusahaan eksploitasi alam di Indonesia ini.
Bersambung di :
- 9
- 10
- 11
Diubah oleh blueminder 02-01-2016 08:46
0
4.7K
Kutip
40
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
blueminder
#8
Quote:
Spoiler for :

Hai, son. Hi, daughter. Begitu juga dengan industri, suatu saat, generasi kalianlah yang menjadi stakeholder dunia industri. Tetapi perlu dicamkan bahwa apapun industrinya, jangan pernah lupakan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Dan apapun industri yang hasilnya berlimpah, jangan membuat kita untuk menjadi lebih rakus yang tak berakal. Indonesia dikenal sebagai “Arab Saudi”nya untuk produksi kelapa sawit, namun gelar tersebut belum cukup puas didapatinya, selagi masih bisa memproduksi lebih banyak lagi, maka keserakahan manusia tak akan ada habisnya. Dari pengusaha hingga para pensiunan PNS dan BUMN beramai-ramai memeriahkan bisnis kelapa sawit. Segala lahan tidak diberi istirahat untuk ditanami sawit, bahkan hutan dengan himpunan pohon yang tinggi dan lebat meneduhkan segala yang di bawahnya juga tega dilibasnya demi ditanam pohon kelapa sawit yang tinggi dan lebar daunnya tak seberapa. Lebih takjub lagi lahan yang masih hangat dari kebakaran hutan dan baru seumur jagung pemadaman lahannya sudah ditumbuhi bibit sawit. Ya, “Habis Bakar Hutan Terbitlah Sawit”. Sawit terkesan sebagai tanaman ajaib yang tumbuh magic pasca kebakaran hutan. Nenek moyang manusia sudah sangat makan garam dengan keserakahan manusia itu sendiri, tetapi kita para penerusnya tidak banyak belajar dari generasi sebelumnya, begitu hal nya dengan minyak bumi. Minyak bumi dianggap sebagai emas hitam yang ketersediaannya dianggap sangat vital untuk kehidupan manusia mengalah-ngalahkan cairan kopi. Dari pemburuan paus di zaman dulu secara besar-besaran yang lemaknya dijadikan minyak sumber bahan bakar, penerangan dan pelumas, lalu seiring manusia sudah mulai pintar menyedot paksa minyak dari dalam tanah dan bumi, pemburuan paus, khususnya paus sperma, sedikit demi sedikit ditinggalkan, namun beberapa manusia masih juga tega memburunya selagi masih bisa mengambil keuntungan lebih tanpa diberi ampun dari hewan malang tersebut yang jumlah populasinya semakin tahun semakin mengkhawatirkan, apalagi dimana masih dipeliharanya budaya usang dan bodoh yang masih kolot untuk berburu hewan malang tersebut. Sesungguhnya paus berperan besar dalam menyuburkan biota laut. Kotoran paus berperan dalam mengurangi jumlah karbon dioksida di dalam laut. Hal ini karena kotoran paus mengandung zat besi yang merupakan makanan utama fitoplankton, sementara fitoplankton berfungsi untuk menyerap karbondioksida. Jika paus punah, ekosistem laut menderita. Peningkatan karbon dioksida di laut menyebabkan peningkatan keasaman air laut. Peningkatan keasaman merusak perkembangan kerang dan menimbulkan hujan asam. Mengambil sumber daya alam secara langsung memang lah sangat mudah. Jika semua orang di muka bumi ini adalah orang yang tidak peduli, tentulah tidak sulit jika langsung menjarah semua hasil bumi itu, karena SDA yang terbentuk secara alami itu membuat manusia berpikir bahwa semuanya diciptakan hanya untuk mereka, apalagi dengan fasilitas suap menyuap untuk perizinannya dan oknum makelar yang haus komisi dan tidak mau peduli dengan kekayaan Indonesia yang rela dikeruk habis-habisan oleh bangsa asing. Dengan melengserkan orang idealis di tahun 1965, dua tahun kemudian Indonesia sukses melahirkan makelar jempolan yang sukses menjual hasil bumi ini ke bangsa asing, apalagi difasilitasi oleh menteri yang sanggup memberi modal untuk backup oleh Badan Pertahanan dan Keamanan negara ini yang dari dulu terkenal dengan tabiatnya yang saling sikut-menyikut dan injak-menginjak. Dari makelar lalu banyak lahir generasi muda yang selalu bermimpi untuk menjadi “bocah minyak dan tambang” karena baginya membanggakan dari segi penghasilan. Mengambil hasil alam tidak lah sesulit petani yang menghasilkan panennya dengan memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk menjadikan hasil dari bibit hingga panen. Menebang hutan secara ilegal tidaklah sesulit petani budidaya pohon Jabon dan Sengon yang menunggu hasil panennya sampai bertahun-tahun. Berburu hewan liar atau yang dilindungi baik untuk dikonsumsi, dijual, ataupun sebagai kolektif kebanggaannya yang bodoh itu tak sesulit dengan peternak hewan domestik yang merawatnya dengan susah payah dan ditakuti penyakit-penyakit yang selalu menghantui karena walau diberi vaksin pun, kerugian peternak karena kematian hewan ternak itu sendiri tak bisa dihindari. Lalu kita hanya pasrah dengan Sumber Daya Alam yang tidak dapat diperbaharui? Dan hanya bisa mengeksploitasi dan mengkonsumsinya lalu ketika persediaan SDA itu semakin menipis, kita hanya bisa gigit jari dengan meninggalkan sayatan luka di bumi dari sisa hasil pembakaran SDA yang pernah kita gunakan yang sudah terlanjur menggerogoti bumi? Belum lagi pemerintah telah mencanangkan Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang tentunya menjadi harapan baru bagi kelangsungan hidup, namun hanya sekedar tinggal janji tanpa implementasi karena kegiatan alih fungsi lahan itu sendiri. Laju alih fungsi lahan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Indonesia angkanya memang sangat mencengangkan. Luas konversi lahan lebih ditujukan untuk pembangunan non- Pertanian, non-Perikanan dan non-Kehutanan, seperti : seperti kawasan perumahan, industri, perkantoran, jalan, dan sarana publik lainnya. Seperti di Balikpapan ini, kawasan hutan lindung pun mampu disulap menjadi kawasan industri. Alih fungsi lahan yang terjadi saat ini pada dasarnya terjadi akibat politik pembangunan yang tidak jelas arahnya dan tidak terintegrasi, sehingga kebijakan pembangunannya cenderung pragmatis. Sering kali pembangunan di satu sektor harus mengorbankan sektor lain. Prinsipnya, apa yang menguntungkan saat ini, itulah yang dilakukan, tanpa pertimbangan jangka panjang.
Quote:
Spoiler for :

Hai, son. Hi, daughter. Sedari tadi sudah terlalu banyak aku bercerita tentang kebakaran hutan tetapi aku sendiri belum menceritakan apa istimewanya dari hutan itu sendiri. Hutan. Yang terlintas dalam pikiran adalah deretan acak pepohonan, gelap hijau dedaunan, coklat busuk hitam humus, serangga, tetumbuhan dan aneka satwa. Tetapi penggambaran hutan bukanlah sesederhana itu. Bagiku hutan adalah tempat berpikir, berpikir yang menyelamatkanku dari ketidakberartian, menghibur lara, lari dari segala hiruk pikuk kota yang seakan tak pernah tidur, dan melepaskan penat dan lelah. Menikmati derai pepohonan nyanyian sunyi hutan kota apalagi disempurnakan dengan bunyi dan bau hujan yang tak melulu tentang rasa rindu, tetapi ketenangan sesaat dari pikiran yang sedang berkecamuk seraya mengasingkan diri dari dunia luar. Ya, hal itu sudah kunikmati sedari aku kecil, dari umur lima tahun yang pada saat itu sudah masuk ke hutan di dekat rumah berdua dengan teman karibku mencari “buah ular”, tetapi seiring perkembangan usia, hutan lebih sering kunikmati seorang diri, dengan mengambil ranting-ranting besar yang patah dan berjatuhan kujadikan kemah, karpet dan terpal yang kudapatkan di tempat pembuangan sampah kuangkut, kubersihkan dan kujadikan alas dan atap. Dan saat itu tibalah masanya ketika aku menjadi aku yang sekarang. Hutan beserta ekosistemnya adalah penganut hukum rimba dengan segala rantai makanannya. Mereka tumbuh, hidup dan mati dengan siklus kehidupan yang berulang-ulang, seperti alam mempunyai kehidupannya tersendiri seakan-akan semua sudah diatur dengan keteraturan di dalam ketidakaturan oleh Sang Pencipta. Tetapi seiring manusia mempunyai wawasan dan seiring populasi manusia meningkat, maka diciptakanlah daerah pemukiman dengan mengambil bagian dari hutan, berarti dari awal kita sudah merusak bagian dari siklus kehidupan alam dan mau tidak mau harus tetap menyisakan bagian hutan yang cukup untuk paru-paru bumi. Sehingga dari itu, muncullah sistem tak teratur dan anarkis seperti “Teori Chaos” atau “Butterfly Effect”. Namun bila dilakukan pembagian (fraksi) atas bagian-bagian yang kecil, maka sistem yang besar yang tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian yang teratur. Secara statistik: Chaos adalah kelakuan stokastik dari sistem yang deterministik. Sistem yang deterministik (sederhana, satu solusi) bila ditumpuk-tumpuk akan menjadi sistem yang stokastik (rumit, solusi banyak). Oleh karena itu selagi belum parah dan memang dari awalnya sudah salah manusia, maka perlu diusahakan untuk memperbaiki, selalu merawat, mengamati, menjaga, mencegah atau mengurangi sistem stokastik yang rumit dan memerlukan solusi yang banyak tersebut, jangan sampai ditambahkan masalah dengan lebih dirusak lagi karena dikhawatirkan akan menimbulkan butterfly effect yang lebih besar karena tanpa hutan, bumi takkan lestari dan hutan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Quote:
Spoiler for :

Hai, son. Hi, daughter. Memang tak mudah hidup menjadi idealis, selain dihina dan dicibir orang, pasti selalu ada suasana labil yang terlalu sering menghantui jika masih menjadi seorang idelais yang ragu-ragu. Tetapi tetap cobalah dan juga tetap pertahankanlah, jika kalian khilaf, cobalah untuk sadar dan lanjut pertahankan kembali. Dicibir saja tak cukup, mungkin nanti kalian akan dicap sebagai oknum melarat yang tak kebagian jatah rejeki. Hal itu pernah kualami, ketika aku pernah bekerja di anak perusahaan BUMN dan Pemprov (ini kesalahan terbesar dalam hidupku) dimana saat itu kantor kami kedatangan dua orang tua pensiunan PNS yang selalu cengengesan dan tersenyum picik mirip senyuman mantan menteri BUMN. Ya, walaupun mereka berdua sudah tua, tetapi mereka cukup gesit untuk mencari proyek-proyek abal-abal di lahan-lahan yang basah, termasuk di kantorku yang saat itu jumlah korupsi dan nepotismenya sangat tinggi. Mereka memasukkan proposal training tentang safety dan tidak heran jika diapprove, karena kantorku selalu haus dengan proyek yang harganya bisa dimainkan dan di “up”. Dan kalian tahu trainingnya seperti apa? Hanya berceloteh dengan dibantukan proyektor dalam hitungan jam saja, tanpa praktek, dan tanpa sertifikat. Dan ketika bapak tua itu menjelaskan tentang ancaman perusahan yang sumbernya dibagi menjadi dua, pertama : dari internal, dan kedua : dari eksternal. Dari internal, adalah dari SDM nya sendiri yang lalai atau bisa terjadi karena adanya kesenjangan sosial untuk SDM tersebut sehingga SDM tersebut berusaha untuk mengancam perusahaan. Dari eksternal, adalah dari alam, warga, ormas, dan aktivis lingkungan. Ketika di sesi pembahasan ancaman dari eksternal adalah aktivis lingkungan, hidungku langsung kembang kempis, kenapa aktivis lingkungan bisa jadi ancaman? Aku langsung mempertanyakannya. Bapak tua itu menjawab, “Ya, karena mereka pasti akan mengancam perusahaan ini dengan mengadakan demo di sana-sini, tetapi semua itu bisa diselesaikan dengan baik-baik, selalu ada solusi, yaitu dengan “kopi bareng”, kita rangkul mereka, kita omongkan baik-baik lalu kita selipin uang ke kantong mereka. Rata-rata dari mereka aktivis lingkungan itu hanya ingin meminta jatah makan untuk perut yang sudah lama tak dimanjakan, mereka hanyalah aktivis yang tidak mendapatkan kebagian jatah rejeki, oleh karena itu kita memberi rejeki kepada mereka” masih menjelaskan dengan wajah cengengesan ala mantan menteri BUMN. Mendengar jawaban tersebut mataku terbelalak paksa serasa ingin copot keluar, “Pak, mereka itu Non-Profit Organisation, mereka tak butuh uang, yang mereka lakukan itu murni karena kepeduliannya dengan lingkungan. Bagaimana bisa Bapak tuduh mereka sebagai orang yang tak kebagian rejeki dan bisa seenaknya menyuap orang sembarangan?” Bapak itu langsung membalas masih dengan wajah cengengesannya khas mantan menteri BUMN, “Pokoknya mereka itu memang rata-rata orang yang tak kebagian rejeki, makanya mencari kesibukan sendiri dengan demo di sana-sini. Oleh karena itu jalan satu-satunya ya “Ngopi bareng” lalu bantu mereka dengan memberi sumbangan, atau kalau boleh saya tahu nomor rekening Mas biar nanti saya transferin sumbangan juga, gimana?” Jawaban dengan gaya cengengesan bapak tua ini sudah terlalu menyayat hatiku, kalau dia sudah berani mengunderestimate diriku dengan mencoba ingin menyuapku, berarti tandanya dia meminta diriku untuk berhenti membalas jawabannya lagi, padahal ancaman terbesar dari perusahaan itu sendiri seharusnya SDM nya sendiri yang sering korup serta staff-staff hasil rekrutan nepotisme-nya yang tanpa skill namun lihai untuk menjadi seorang penjilat, karena urusan penjilat itu memang tidak ada habisnya, dia picik, selalu menang, dan hidupnya selalu tentram seperti legenda penjilat nusantara, Raden Adipati Ario Soejono. Dan training pun selesai dalam hanya hitungan jam, tanpa sertifikat dan hanya diberi oleh-oleh tas Polo untuk pesertanya. Beberapa hari setelah itu, alokasi dana untuk dana training safety tersebut baru masuk ke divisiku yang kebetulan saat itu aku bekerja di divisi keuangan, melihat total pengeluarannya membuat diriku mengumpat dalam hati, “Semoga kamu bisa disuap oleh api neraka nantinya, Bapak Tua”.
Quote:
Spoiler for :

Hai, son. Hi, daughter. Aku tumbuh dengan sejumlah problematika, dan ketika dihadapkan dengan problematika tersebut, sebagian sudah kuatasi dan sebagian masih kupikirkan sambil berusaha keras untuk mencari jalan keluar. Dari solved problems tersebut mengajarkanku untuk selalu mengingat dan menerapkannya untuk kehidupan kalian nanti, Ya, walaupun tak semudah ekspetasi, minimal aku selalu mencari cara agar kalian bisa memilih untuk menjadi idealis tanpa ada rasa paksaan, ragu-ragu, dan kesakitan, atau kalau bisa memilih dan menerapkannya dengan cheers and enjoy. Kita akan bermain di hutan bersama-sama, tidak hanya seorang diri sepertiku dulu. Kita sama-sama berpikir dan akan kucoba menjawab segala keingintahuan kalian nanti. Kalian tak perlu bergadang dan duduk di jendela di malam buta melihat laut kejauhan sambil bertanya-tanya tentang kehidupan ini, seperti aku dulu, karena segalanya sudah terpetakan olehku untuk menyanggupi pertanyaan kalian nantinya. Akan kuajarkan kalian bagaimana nikmatnya membaca sedini mungkin, kita akan membuat bersama perpustakaan di rumah seperti yang pernah kucita-citakan dulu, karena pada saat SD dan SMP aku hanya bisa meminjam buku dan novel di perpustakaan sekolah, SMA lah baru bisa aku membeli novel sendiri dari hasil kerja sambilanku. Mungkin cerita novel untuk anak kecil zamanku dan zaman kalian nanti akan sangat berbeda, dulu novel yang sering kubaca dari perpustakaan adalah novel tentang kisah anak-anak desa yang berpetualang di hutan, sawah, goa, sungai dan gunung, dan sekarang untuk mencari novel dengan tema yang serupa mungkin sudah agak sulit. Akan kuajarkan bakat dan ketrampilan sedini mungkin, khususnya kreativitas, karena kreativitas mestidiekspresikan akan bisa membuat hidup lebih berwarna dan siapa tahu bisa menyenangkan dan berguna bagi orang lain. Semoga bakat dan ketrampilan tersebut bisa menjadi modal kalian untuk bisa mencari pekerjaan sambilan saat SMA sama seperti aku dulu yang bisa membantu menambah uang saku dan menambah koleksi buku bacaan dan novel kalian. Dan semoga modal dan ketrampilan tersebut bisa membantu kalian mencari pekerjaan sambil melanjutkan kuliah yang dilakukan dengan enjoy, tidak seperti aku yang hanya sibuk mencari uang sambil berkuliah yang tak kunjung lulus-lulus.
0
Kutip
Balas
![[KOMBAT] A Letter to My Future Son & Daughter](https://s.kaskus.id/images/2015/10/30/5595555_20151030012644.jpg)