- Beranda
- Stories from the Heart
AKU, KAMU, DAN LEMON
...
TS
beavermoon
AKU, KAMU, DAN LEMON
SELAMAT DATANG DI RUMAH BEAVERMOON
Hallo semua, salam hangat dari bawah Gorong-gorong Sudirman
Kali ini ane akan coba buat share cerita yang ane buat. Jadi, selamat menikmati cerita ini dan tetap dukung kami meskipun hasilnya ngga banget
Jangan lupa buat RATE jika berkenan di hati kalian dan KOMENG jika ada kritik dan saran

Spoiler for Tanya Jawab:
Tanya Jawab Seputar Cerita
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi
Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri
Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget
Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel
A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja dulu
Q: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi

Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri

Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget

Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel

A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja duluQ: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Spoiler for Pembukaan:
AKU, KAMU, DAN LEMON
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
Spoiler for Index:
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Diubah oleh beavermoon 14-02-2016 13:50
dodolgarut134 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
186.6K
Kutip
823
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beavermoon
#536
Spoiler for Part 62:
Ku buka mataku pelan-pelan, semuanya berbayang. Aku coba untuk berkedip dan semuanya masih berbayang. Aku coba beberapa kali lagi dan sekarang sudah mulai cukup jelas. Aku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul enam pagi. Aku sudah tidak mendengarkan suara air turun dari langit lagi, pertanda hujannya sudah selesai. Aku ingin segera bangun dari tidurku, namun semuanya terasa berat. Aku sedang tidak malas hari ini, namun kenapa untuk bangun saja sungguh berat. Aku tersadar bahwa Zahra sedang tidur dengan kepalanya di atas dadaku dan dia memelukku. Aku sangat terkejut melihat posisi ini, karena semalam ia membelakangiku. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku tidak enak jika harus membangunkannya. Aku membiarkannya beberapa saat sambil kugoyangkan badanku agar dia tergeser, namun hasilnya sia-sia.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya dia bangun dari tidurnya. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa sontak memejamkan mataku lagi berpura-pura agar aku masih terlihat tidur. DIa mengangkat kepalanya dari dadaku dan aku mengintipnya tanpa diketahui. Dia melihatku dan tersenyum kepadaku.
“Bram, andai saja kamu tahu perasaanku....” Katanya sambil melihatku
Aku yang dengan jelas mendengarnya cukup terkejut atas perkataannya.
“Bram, andai saja aku bisa mengutarakan isi hatiku sejak dulu... Mungkin aku tidak akan jatuh cinta sendiri seperti ini. Melihatmu sudah bersama wanita lain cukup mengiris hatiku ini jika kamu tahu. Namun apa yang aku bisa lakukan? Kamu sudah bahagia dengannya. Sayangnya aku tidak bisa melepaskan bayang-bayangmu dari pikiranku...” Katanya
Jantungku cukup berdebar mendengar pengakuannya pagi ini, betapa terkejutnya aku jika ia sudah menyukaiku sejak lama. Sebodoh apa aku sampai tidak tahu jika ada yang menyukaiku sejak lama.
“Mungkin benar, cinta tak harus memiliki. Tapi yang pasti, aku masih cinta sama kamu Bram..”
Hal yang tak kusangka pun tiba, dia mencium keningku cukup lama. Setelah itu ia kembali melihatku dengan senyum. Aku yang sudah terkejut tidak karuan akhirnya berpura-pura untuk bangun dari tidurku. Aku buka mataku secara perlahan dan aku melihatnya
“Pagi Bram..” Katanya dengan senyuman indah
“Hai, pagi juga Zah.” Kataku sambil menatapnya
“Hujannya udah berhenti, jam sembilan berangkat ya.” Katanya sambil berdiri dari kasur dan membuka pintu kamarku
Angin sejukpun langsung merambat kamarku, seraya mengajakku untuk tidur lebih lama lagi
“Kamu mau kopi?” Tanyanya
“Boleh..” Kataku sambil melihatnya berjalan menuju dapur
Sebuah pengakuan yang tak aku duga hari ini, sebuah kejujuran yang membuatku seperti orang yang bodoh di pagi ini. Aku bangun dari kasur dan segera menuju luar melihat keadaan sekitar. Aku mengelap bangku dan meja yang kebasahan karena hujan, dan mendudukinya sambil membakar sebatang rokok.
“Nih kopinya..” Katanya sambil menaruh gelas di atas meja
Kemudian dia ikut duduk di sampingku sambil ikut membakar sebatang rokok. Kami sama-sama terdiam tanpa kata, hanya asap-asap kami yang saling bertemu di udara. Cukup lama kami tidak berbincang di pagi ini.
“Zah...”
“Kenapa Bram?” Jawabnya
“Makasih kopinya..”
“Iya sama-sama. Yaudah aku masuk dulu mau mandi, setengah sembilan aku ke kamar kamu lagi.” Katanya sambil meninggalkanku di luar dan masuk ke dalam kamarnya
Mataku terpaku pada sebuah pintu kamar yang di dalamnya Zahra berada. Pagi ini aku benar-benar dikejutkan oleh perbuatannya. Sekarang yang aku pikirkan hanyalah Zahra dan pengakuannya.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya dia bangun dari tidurnya. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa sontak memejamkan mataku lagi berpura-pura agar aku masih terlihat tidur. DIa mengangkat kepalanya dari dadaku dan aku mengintipnya tanpa diketahui. Dia melihatku dan tersenyum kepadaku.
“Bram, andai saja kamu tahu perasaanku....” Katanya sambil melihatku
Aku yang dengan jelas mendengarnya cukup terkejut atas perkataannya.
“Bram, andai saja aku bisa mengutarakan isi hatiku sejak dulu... Mungkin aku tidak akan jatuh cinta sendiri seperti ini. Melihatmu sudah bersama wanita lain cukup mengiris hatiku ini jika kamu tahu. Namun apa yang aku bisa lakukan? Kamu sudah bahagia dengannya. Sayangnya aku tidak bisa melepaskan bayang-bayangmu dari pikiranku...” Katanya
Jantungku cukup berdebar mendengar pengakuannya pagi ini, betapa terkejutnya aku jika ia sudah menyukaiku sejak lama. Sebodoh apa aku sampai tidak tahu jika ada yang menyukaiku sejak lama.
“Mungkin benar, cinta tak harus memiliki. Tapi yang pasti, aku masih cinta sama kamu Bram..”
Hal yang tak kusangka pun tiba, dia mencium keningku cukup lama. Setelah itu ia kembali melihatku dengan senyum. Aku yang sudah terkejut tidak karuan akhirnya berpura-pura untuk bangun dari tidurku. Aku buka mataku secara perlahan dan aku melihatnya
“Pagi Bram..” Katanya dengan senyuman indah
“Hai, pagi juga Zah.” Kataku sambil menatapnya
“Hujannya udah berhenti, jam sembilan berangkat ya.” Katanya sambil berdiri dari kasur dan membuka pintu kamarku
Angin sejukpun langsung merambat kamarku, seraya mengajakku untuk tidur lebih lama lagi
“Kamu mau kopi?” Tanyanya
“Boleh..” Kataku sambil melihatnya berjalan menuju dapur
Sebuah pengakuan yang tak aku duga hari ini, sebuah kejujuran yang membuatku seperti orang yang bodoh di pagi ini. Aku bangun dari kasur dan segera menuju luar melihat keadaan sekitar. Aku mengelap bangku dan meja yang kebasahan karena hujan, dan mendudukinya sambil membakar sebatang rokok.
“Nih kopinya..” Katanya sambil menaruh gelas di atas meja
Kemudian dia ikut duduk di sampingku sambil ikut membakar sebatang rokok. Kami sama-sama terdiam tanpa kata, hanya asap-asap kami yang saling bertemu di udara. Cukup lama kami tidak berbincang di pagi ini.
“Zah...”
“Kenapa Bram?” Jawabnya
“Makasih kopinya..”
“Iya sama-sama. Yaudah aku masuk dulu mau mandi, setengah sembilan aku ke kamar kamu lagi.” Katanya sambil meninggalkanku di luar dan masuk ke dalam kamarnya
Mataku terpaku pada sebuah pintu kamar yang di dalamnya Zahra berada. Pagi ini aku benar-benar dikejutkan oleh perbuatannya. Sekarang yang aku pikirkan hanyalah Zahra dan pengakuannya.
Spoiler for Part 63:
“Lama banget..”
“Delay tadi, lu sama siapa aja?”
“Sendiri aja. Yaudah langsung cabut..”
Aku meninggalkan bandara siang ini, Reza menjemputku sendiri karena Nanda sedang kuliah dan Dinda sedang bekerja. Kunaiki mobil jeep mewah miliknya dan bergegas menuju rumah. Sepanjang perjalanan kami berbincang tentang keadaanku di Bali dan dia bercerita selama aku tidak ada di sini.
“Mampir bentar ke kafe..” Kataku
“Okedeh..” Katanya sambil mengendarai mobilnya
Setibanya di sana, kami langsung memesan minuman dengan beberapa makanan ringan
“Seru juga kayaknya di Bali.” Kata Reza sambil menyalakan sebatang rokok
“Ngga juga lah, kan gue kerja juga.” Kataku ikut menyalakan sebatang rokok
Pesanan kamipun datang
Lu tau ngga sih gue ke sana sama Zahra?” Tanyaku
“Zahra?” Tanyanya sambil melihat kepadaku
“Iya, jadi gue sama dia udah di divisi yang sama. Dan gue tugas ke sana juga sama dia.” Kataku sambil meminum kopi perlahan
“Lu baru cerita sekarang? Tapi kok gue ngga ngeliat dia di bandara waktu itu?” Tanyanya
“Gue ngga enak kalau lu tau gue ke sana berdua sama dia. Beda waktu penerbangan, dia duluan.” Kataku berbohong
“Nggapapa juga sih, gue lagi agak males sama dia. Jadinya sekarang gue ngga terlalu berharap sama dia.” Katanya
“Beneran? Tadi pagi di Ngurah Rai dia bilang kalau udah sampe sini dia mau ngajakin lu jalan..” Kataku
“Eh serius lu? Ayo lah hahaha..” Katanya dengan senang
“Katanya udah ngga mau berharap lagi, baru diajak jalan lagi aja udah melting gitu.” Kataku menggodanya
“Hahaha ya beda urusan itu mah..” Katanya dengan cengiran onta yang hampir beberapa minggu aku tidak lihat
Setelah itu kami melanjutkan perbincangan kami sebentar dan kemudian kami pulang ke rumahku. Setibanya di rumah keadaanya sepi, karena Nanda dan Dinda tidak ada di rumah. Setelah itu aku menyempatkan untuk mandi, Reza memilih untuk memutar lagu dari dvdku. Selesai mandi aku putuskan untuk berbaring di atas kasur dan menyalakan AC. Aku sudah cukup rindu dengan keadaan kamarku yang nyaman ini.
“Eh eh Zahra nelpon nih, gimana nih gimana?” Katanya konyol
“Ya diangkat lah bodoh, segala nanya gimana gimana..” Kataku
“Hehehe kan mau sombong ke lu hahaha..” Katanya sambil menuju balkon meninggalkanku di kamar
Aku melihatnya tersenyum-senyum saat berbincang dengan Zahra, aku hanya bisa menggelengkan kepala dari dalam kamar. Setelah itu, aku mencari daftar lagu untuk aku putar. Aku mencari satu per satu dan memilih lagu Iwan Fals yang berjudul Aku Milikmu
“Kupikir kau sudah melupakan aku..”
“Ternyata hatimu masih membara untukku..”
“Waktu kan berlalu, tetapi tidak cintaku..”
“Dia mau menunggu untukmu, untukmu..”
“Aku milikmu malam ini..”
“Kan memelukmu sampai pagi..”
“Tapi nanti bila ku pergi..”
“Tunggu aku di sini..”
Lagu yang cukup enak untuk aku dengarkan hari ini, ini menyatakan perasaanku kepada Dinda jika dia ada di sini. Lagu yang mengandung arti medalam untukku. Dan kemudian Reza masuk lagi ke dalam kamar sambil tersenyum
“Ngapain lu senyum-senyum kayak orang bener?” Kataku heran melihatnya
“Diam kau Komodo Jablay, aku sedang berbahagia..” Katanya diiringi gerakannya yang seperti balerina profesional
“Yeh Homowati, gini nih udah kesenengan jadi ngga jelas..” Kataku melempar bantal ke arahnya
Namun sayangnya tidak kena. Dia melanjutkan gerakannya tanpa memperdulikan aku di sini. Karena orang yang sedang jatuh cinta beda tipis sama orang gila, itu yang aku tangkap dari pergerakan Reza hari ini. Aku biarkan saja dia seperti ini dan tetap mendengarkan lagu-lagu dari Iwan Fals. Tidak lama setelah itu, pintu kamarku terbuka dan aku melihat Nanda dan Dinda masuk ke kamarku
“ABANG!! UDAH PULANG?” Katanya sambil berlari menghampiriku dan memelukku
“Kok kamu ngga ngabarin kalau mau pulang?” Tanya Dinda menghampiriku
“Surprise.....” Kataku datar
Dinda memelukku, cukup erat. Aku tau apa yang ia rasa selama aku pergi meninggalkannya. Setelah itu kami berbincang sebentar soal pekerjaanku di Bali sana.
Malam harinya kami memutuskan untuk pergi makan malam di luar, dan kami memilih pecel lele dekat sekolahnya Nanda dan Dinda dulu.
“Mang Ali, tiga ya.” Kataku
“Eh Mas kemana aja, udah lama banget ngga ke sini?” Kata Mang Ali
“Banyak kerjaan Mang. Oh iya, es teh manisnya dua sama lemon tea satu ya.” Kataku
Mang Ali mengangguk dan segera membuatkan pesanan kami. Aku menghampiri Nanda dan Dinda yang sudah duduk terlebih dulu di meja pojokan tempat andalan keluargaku.
“Reza kemana Bram? Kok tadi dia malah pergi ngga ikut ke sini?” Tanya Dinda
“Biasa, susah kalau Babon Kelabu lagi jatuh cinta.” Kataku sambil menggelengkan kepala
“Bang Eja lagi naksir siapa emangnya?” Tanya Nanda
“Nanti kamu tanya aja sama dia..” Jawabku
Setelah pesanan kami datang, kami langsung menyantapnya. Selesai dari situ kami langsung menuju rumah untuk beristirahat. Kami bertiga naik ke atas kamarku, Nanda di kasurku dan aku di balkon bersama Dinda
“Gimana kerjaan kamu di sini?” Tanyaku
“Baik-baik aja, anaknya lucu-lucu.” Katanya
Dinda bekerja sebagai tenaga pengajar di sebuah sekolah dasar swasta. Awalnya ia bekerja sebagai pengajar di sebuah tempat les dekat rumahku, namun tidak ia teruskan dan memilih untuk mengajar anak-anak sekolah dasar
“Kamu kapan balik lagi ke sana?” Gantian ia yang bertanya
“Mungkin beberapa hari lagi..” Kataku
Kemudian pagar rumahku terbuka dan aku melihat Reza masuk dan memarkirkan mobilnya. Kemudian ia melihatku dan juga Dinda, dan ia bergerak layaknya balerina dengan senyuman ontanya. Aku dan Dinda keheranan melihat kelakuannya malam ini. Setelah itu dia masuk ke dalam kamarku masih seperti balerina profesional
“Bang Eja kenapa?” Tanya Nanda heran
“Aku sedang berbahagia Nona...” Katanya sambil berputar-putar
Nanda melihatnya keheranan dan melihat ke arahku. Aku hanya mengangkat bahu pertanda bahwa aku belum tau ada apa dengannya. Dan kemudian dia datang menghampiriku dan juga Dinda
“Tau deh yang abis jalan sama gebetannya..” Kataku
“Hahaha gantengan ya gue kalau abis jalan.” Katanya
“Siapa sih gebetannya? Kenalin dong..” Kata Dinda
“Zahra....”
“Hah? Zahra?” Kata Nanda dari dalam langsung berlarian keluar
“Iya Zahra temennya Bram.” Jelas Reza
Aku memberikan isyarat mata kepada Nanda agar tidak membahas kejelekan Zahra sewaktu kita jalan bertiga
“Kenal sama Zahra Nan?” Tanya Reza
“Ngg..... Pernah liat doang waktu ikut ke kampus dulu.” Sanggahnya sambil masuk ke dalam kamar lagi
“Semangat ya Za, semoga bisa didapetin Zahranya..” Kata Dinda memberikan dukungan
Setelah itu ia bercerita tentang kemana saja ia hari ini secara detil hingga ingat di meja berapa pesanan nomer berapa. Aku tertawa dan Dinda hanya tersenyum mendengar cerita dari Reza. Malam ini aku cukup bahagia, kepulanganku mendapatkan hiburan dimana saat bekerja aku tidak dapatkan
“Delay tadi, lu sama siapa aja?”
“Sendiri aja. Yaudah langsung cabut..”
Aku meninggalkan bandara siang ini, Reza menjemputku sendiri karena Nanda sedang kuliah dan Dinda sedang bekerja. Kunaiki mobil jeep mewah miliknya dan bergegas menuju rumah. Sepanjang perjalanan kami berbincang tentang keadaanku di Bali dan dia bercerita selama aku tidak ada di sini.
“Mampir bentar ke kafe..” Kataku
“Okedeh..” Katanya sambil mengendarai mobilnya
Setibanya di sana, kami langsung memesan minuman dengan beberapa makanan ringan
“Seru juga kayaknya di Bali.” Kata Reza sambil menyalakan sebatang rokok
“Ngga juga lah, kan gue kerja juga.” Kataku ikut menyalakan sebatang rokok
Pesanan kamipun datang
Lu tau ngga sih gue ke sana sama Zahra?” Tanyaku
“Zahra?” Tanyanya sambil melihat kepadaku
“Iya, jadi gue sama dia udah di divisi yang sama. Dan gue tugas ke sana juga sama dia.” Kataku sambil meminum kopi perlahan
“Lu baru cerita sekarang? Tapi kok gue ngga ngeliat dia di bandara waktu itu?” Tanyanya
“Gue ngga enak kalau lu tau gue ke sana berdua sama dia. Beda waktu penerbangan, dia duluan.” Kataku berbohong
“Nggapapa juga sih, gue lagi agak males sama dia. Jadinya sekarang gue ngga terlalu berharap sama dia.” Katanya
“Beneran? Tadi pagi di Ngurah Rai dia bilang kalau udah sampe sini dia mau ngajakin lu jalan..” Kataku
“Eh serius lu? Ayo lah hahaha..” Katanya dengan senang
“Katanya udah ngga mau berharap lagi, baru diajak jalan lagi aja udah melting gitu.” Kataku menggodanya
“Hahaha ya beda urusan itu mah..” Katanya dengan cengiran onta yang hampir beberapa minggu aku tidak lihat
Setelah itu kami melanjutkan perbincangan kami sebentar dan kemudian kami pulang ke rumahku. Setibanya di rumah keadaanya sepi, karena Nanda dan Dinda tidak ada di rumah. Setelah itu aku menyempatkan untuk mandi, Reza memilih untuk memutar lagu dari dvdku. Selesai mandi aku putuskan untuk berbaring di atas kasur dan menyalakan AC. Aku sudah cukup rindu dengan keadaan kamarku yang nyaman ini.
“Eh eh Zahra nelpon nih, gimana nih gimana?” Katanya konyol
“Ya diangkat lah bodoh, segala nanya gimana gimana..” Kataku
“Hehehe kan mau sombong ke lu hahaha..” Katanya sambil menuju balkon meninggalkanku di kamar
Aku melihatnya tersenyum-senyum saat berbincang dengan Zahra, aku hanya bisa menggelengkan kepala dari dalam kamar. Setelah itu, aku mencari daftar lagu untuk aku putar. Aku mencari satu per satu dan memilih lagu Iwan Fals yang berjudul Aku Milikmu
“Kupikir kau sudah melupakan aku..”
“Ternyata hatimu masih membara untukku..”
“Waktu kan berlalu, tetapi tidak cintaku..”
“Dia mau menunggu untukmu, untukmu..”
“Aku milikmu malam ini..”
“Kan memelukmu sampai pagi..”
“Tapi nanti bila ku pergi..”
“Tunggu aku di sini..”
Lagu yang cukup enak untuk aku dengarkan hari ini, ini menyatakan perasaanku kepada Dinda jika dia ada di sini. Lagu yang mengandung arti medalam untukku. Dan kemudian Reza masuk lagi ke dalam kamar sambil tersenyum
“Ngapain lu senyum-senyum kayak orang bener?” Kataku heran melihatnya
“Diam kau Komodo Jablay, aku sedang berbahagia..” Katanya diiringi gerakannya yang seperti balerina profesional
“Yeh Homowati, gini nih udah kesenengan jadi ngga jelas..” Kataku melempar bantal ke arahnya
Namun sayangnya tidak kena. Dia melanjutkan gerakannya tanpa memperdulikan aku di sini. Karena orang yang sedang jatuh cinta beda tipis sama orang gila, itu yang aku tangkap dari pergerakan Reza hari ini. Aku biarkan saja dia seperti ini dan tetap mendengarkan lagu-lagu dari Iwan Fals. Tidak lama setelah itu, pintu kamarku terbuka dan aku melihat Nanda dan Dinda masuk ke kamarku
“ABANG!! UDAH PULANG?” Katanya sambil berlari menghampiriku dan memelukku
“Kok kamu ngga ngabarin kalau mau pulang?” Tanya Dinda menghampiriku
“Surprise.....” Kataku datar
Dinda memelukku, cukup erat. Aku tau apa yang ia rasa selama aku pergi meninggalkannya. Setelah itu kami berbincang sebentar soal pekerjaanku di Bali sana.
Malam harinya kami memutuskan untuk pergi makan malam di luar, dan kami memilih pecel lele dekat sekolahnya Nanda dan Dinda dulu.
“Mang Ali, tiga ya.” Kataku
“Eh Mas kemana aja, udah lama banget ngga ke sini?” Kata Mang Ali
“Banyak kerjaan Mang. Oh iya, es teh manisnya dua sama lemon tea satu ya.” Kataku
Mang Ali mengangguk dan segera membuatkan pesanan kami. Aku menghampiri Nanda dan Dinda yang sudah duduk terlebih dulu di meja pojokan tempat andalan keluargaku.
“Reza kemana Bram? Kok tadi dia malah pergi ngga ikut ke sini?” Tanya Dinda
“Biasa, susah kalau Babon Kelabu lagi jatuh cinta.” Kataku sambil menggelengkan kepala
“Bang Eja lagi naksir siapa emangnya?” Tanya Nanda
“Nanti kamu tanya aja sama dia..” Jawabku
Setelah pesanan kami datang, kami langsung menyantapnya. Selesai dari situ kami langsung menuju rumah untuk beristirahat. Kami bertiga naik ke atas kamarku, Nanda di kasurku dan aku di balkon bersama Dinda
“Gimana kerjaan kamu di sini?” Tanyaku
“Baik-baik aja, anaknya lucu-lucu.” Katanya
Dinda bekerja sebagai tenaga pengajar di sebuah sekolah dasar swasta. Awalnya ia bekerja sebagai pengajar di sebuah tempat les dekat rumahku, namun tidak ia teruskan dan memilih untuk mengajar anak-anak sekolah dasar
“Kamu kapan balik lagi ke sana?” Gantian ia yang bertanya
“Mungkin beberapa hari lagi..” Kataku
Kemudian pagar rumahku terbuka dan aku melihat Reza masuk dan memarkirkan mobilnya. Kemudian ia melihatku dan juga Dinda, dan ia bergerak layaknya balerina dengan senyuman ontanya. Aku dan Dinda keheranan melihat kelakuannya malam ini. Setelah itu dia masuk ke dalam kamarku masih seperti balerina profesional
“Bang Eja kenapa?” Tanya Nanda heran
“Aku sedang berbahagia Nona...” Katanya sambil berputar-putar
Nanda melihatnya keheranan dan melihat ke arahku. Aku hanya mengangkat bahu pertanda bahwa aku belum tau ada apa dengannya. Dan kemudian dia datang menghampiriku dan juga Dinda
“Tau deh yang abis jalan sama gebetannya..” Kataku
“Hahaha gantengan ya gue kalau abis jalan.” Katanya
“Siapa sih gebetannya? Kenalin dong..” Kata Dinda
“Zahra....”
“Hah? Zahra?” Kata Nanda dari dalam langsung berlarian keluar
“Iya Zahra temennya Bram.” Jelas Reza
Aku memberikan isyarat mata kepada Nanda agar tidak membahas kejelekan Zahra sewaktu kita jalan bertiga
“Kenal sama Zahra Nan?” Tanya Reza
“Ngg..... Pernah liat doang waktu ikut ke kampus dulu.” Sanggahnya sambil masuk ke dalam kamar lagi
“Semangat ya Za, semoga bisa didapetin Zahranya..” Kata Dinda memberikan dukungan
Setelah itu ia bercerita tentang kemana saja ia hari ini secara detil hingga ingat di meja berapa pesanan nomer berapa. Aku tertawa dan Dinda hanya tersenyum mendengar cerita dari Reza. Malam ini aku cukup bahagia, kepulanganku mendapatkan hiburan dimana saat bekerja aku tidak dapatkan
khuman dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas