- Beranda
- Stories from the Heart
AKU, KAMU, DAN LEMON
...
TS
beavermoon
AKU, KAMU, DAN LEMON
SELAMAT DATANG DI RUMAH BEAVERMOON
Hallo semua, salam hangat dari bawah Gorong-gorong Sudirman
Kali ini ane akan coba buat share cerita yang ane buat. Jadi, selamat menikmati cerita ini dan tetap dukung kami meskipun hasilnya ngga banget
Jangan lupa buat RATE jika berkenan di hati kalian dan KOMENG jika ada kritik dan saran

Spoiler for Tanya Jawab:
Tanya Jawab Seputar Cerita
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi
Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri
Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget
Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel
A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja dulu
Q: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi

Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri

Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget

Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel

A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja duluQ: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Spoiler for Pembukaan:
AKU, KAMU, DAN LEMON
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
Spoiler for Index:
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Diubah oleh beavermoon 14-02-2016 13:50
dodolgarut134 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
186.6K
Kutip
823
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beavermoon
#505
Spoiler for Part 60:
Aku terbangun mendengar suara hpku, aku segera melihatnya dan ada panggilan dari Zahra
“Halo, kenapa Zah? Masih jam dua ini.” Kataku
“Bram, ke kamar aku buruan. Suara petirnya nyeremin.” Katanya
Petir? Langit cerah malam ini mana ada....................
*DAARRRRR!!!!* Suara petir yang cukup membuatku kaget.
Aku melihat keluar dan ternyata hujannya cukup deras, padahal tadi tidak ada tanda-tanda mau hujan
“Tuh denger kan, buruan aku takut.”
“Yaudah tunggu bentar, nyari payung dulu.” Kataku
Dengan berat hati aku harus bangun mencari payung dan segera menuju kamarnya Zahra. Setelah aku menemukannya, aku bergegas menuju kamarnya.
“Bram, takut..” Katanya
“Cuma petir kok.” Kataku
“Aneh ya, padahal tadi langitnya cerah banget kenapa sekarang malah hujan deres gini..” Protesnya
“Kalau kata orang mah ngga selamanya mendung itu bakalan hujan dan ngga selamanya langit cerah itu tidak badai.” Jelasku
“Yaudah sini.” Katanya sambil bergeser dari kasurnya memberikanku bagian untuk ikut berbaring
“Gue di bawah aja deh nemenin lu tidur..” Kataku sambil duduk di bawah lantai beralaskan karpet
Aku sedang membaca beberapa majalah saat ini, Zahra masih terjaga dari tidurnya karena petir malam ini sungguh menggelegar. Terkadang jika cahayanya sudah terlihat, dengan cepat ia menutup telinganya dengan tangan sekuat mungkin.
Aku melihat jam dinding sudah menunjukan pukul tiga pagi dan kami masih terjaga hingga pagi ini. Aku masih sibuk membaca majalah dan sesekali aku melirik Zahra yang melihatku tanpa beralih sedikitpun
“Jangan ngeliatin mulu, nanti suka...” Kataku bercanda
“Apa sih Bram..” Katanya sambil memukulku pelan
“Udah jam tiga, lu belum mau tidur juga?” Tanyaku
“Belum bisa..”
Aku hanya mengangguk menjawabnya, aku melanjutkan membaca majalah-majalah ini. Setelah aku selesai membacanya, aku melihat Zahra sudah terlelap dalam tidurnya. Dan aku memutuskan untuk tidur di bawah dengan posisi duduk dan kepalaku menuju kasur
“Aku dimana? Aku dimana?” Tanyaku seorang diri
Semuanya gelap, tanpa ada cahaya sedikitpun. Aku berjalan entah kemana, namun tak ada ujungnya. Aku terduduk lelah tanpa tahu harus berbuat apa. Dari kejauhan aku lihat ada wanita menghampiriku seraya mencium keningku. Dinda, dia adalah Dinda.
“Terima kasih ya atas pengorbananmu, seandainya saja aku melihatmu...”Katanya
“Maksud kamu apa Din?” Tanyaku
Tiba-tiba ia menghilang begitu saja layaknya asap tertiup angin. Aku mencarinya kemana-mana dan tidak menemukannya. Tiba-tiba semuanya jadi terang dan terlihat jelas. Aku sedang berada di tempat rekreasi, semuanya begitu berwarna. Semua orang tertawa bahagia, aku juga melihat Dinda, Nanda dan kedua orang tuaku disana berbahagia, namun pandanganku redup, semakin lama semakin redup dan akhirnya aku tidak bisa melihat apa-apa.
“Kenapa ini? Kenapa? KENAPAAAAAA???!!!!”
Aku terkejut! Semuanya hanya mimpi. Nafasku tidak beraturan. Mimpi apa itu? Aku sendiripun tidak tahu. Aku masih berada di kamarnya Zahra, dan aku lihat Zahra sudah tidak ada di kasurnya. Aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Aku terlambat bekerja. Begitu aku ingin bangun, aku melihat Zahra membawakan secangkir kopi untukku. Dia juga masih memakai pakaian yang semalam tanpa ada perubahan untuk pergi bekerja
“Selamat pagi Bram, nih kopinya.” Katanya sambil meletakkan gelas di atas meja
“Lu belum siap-siap?” Tanyaku bingung
“Siap-siap kemana? Masih hujan deres kayak gitu, lagian juga kata Pak Nyoman hari ini diliburin dulu gara-gara cuacanya mendadak ekstrim.” Katanya sambil duduk di atas kasur menghadapku
Aku lihat keluar dan benar hujan deras masih membasahi, tapi kali ini tanpa adanya petir semalam. Aku bernafas lega karena tahu hari ini diliburkan, jadi tidak terhitung terlambat jika bekerja. Aku raih cangkir kopi yang sudah Zahra berikan dan meminumnya secara perlahan
“Perfect..” Kataku pelan
“Apa yang perfect?” Ternyata Zahra mendengar ucapanku
“Kopinya perfect, langsung seger badan.” Kataku
“Berarti kalau aku bikinin lagi gulanya beneran sedikit banget ya..” Katanya sambil membakar sebatang rokok
Aku juga ikut membakar sebatang rokok dan menghembuskan asapnya ke langit-langit ruangan ini. Kami berbincang sebentar tentang kejadian semalam, dan aku membahas tentang mimpiku yang cukup aneh kepada Zahra
“Kok serem sih Bram? Jadi takut.” Responnya
“Gue sendiri juga takut, makanya pas bangun agak kaget juga..” Kataku
Setelah itu kami memutuskan untuk tidak membahasnya lagi dan memilih untuk menyalakan tv. Sekitar pukul dua belas aku memutuskan untuk kembali ke kamarku untuk mandi dan berganti pakaian. Perutku berbunyi, kalau kata orang itu keroncongan. Belum sempat aku pergi ke dapur untuk membuat makanan, Zahra datang ke kamarku membawakan makanan cepat saji
“Nih, belum makan kan?” Katanya sambil menaruhnya di atas meja
“Loh kapan mesennya?” Tanyaku kebingungan
“Tadi pas kamu mandi, aku laper pasti kamu juga. Makanya mesennya dua, dan ngga usah bayar. Anggep aja upah nemenin semalem hehehe..” Katanya sambil tersenyum
Aku juga membalas dengan senyuman. Dan kemudian kami memakannya sambil menonton acara di tv.
“Halo, kenapa Zah? Masih jam dua ini.” Kataku
“Bram, ke kamar aku buruan. Suara petirnya nyeremin.” Katanya
Petir? Langit cerah malam ini mana ada....................
*DAARRRRR!!!!* Suara petir yang cukup membuatku kaget.
Aku melihat keluar dan ternyata hujannya cukup deras, padahal tadi tidak ada tanda-tanda mau hujan
“Tuh denger kan, buruan aku takut.”
“Yaudah tunggu bentar, nyari payung dulu.” Kataku
Dengan berat hati aku harus bangun mencari payung dan segera menuju kamarnya Zahra. Setelah aku menemukannya, aku bergegas menuju kamarnya.
“Bram, takut..” Katanya
“Cuma petir kok.” Kataku
“Aneh ya, padahal tadi langitnya cerah banget kenapa sekarang malah hujan deres gini..” Protesnya
“Kalau kata orang mah ngga selamanya mendung itu bakalan hujan dan ngga selamanya langit cerah itu tidak badai.” Jelasku
“Yaudah sini.” Katanya sambil bergeser dari kasurnya memberikanku bagian untuk ikut berbaring
“Gue di bawah aja deh nemenin lu tidur..” Kataku sambil duduk di bawah lantai beralaskan karpet
Aku sedang membaca beberapa majalah saat ini, Zahra masih terjaga dari tidurnya karena petir malam ini sungguh menggelegar. Terkadang jika cahayanya sudah terlihat, dengan cepat ia menutup telinganya dengan tangan sekuat mungkin.
Aku melihat jam dinding sudah menunjukan pukul tiga pagi dan kami masih terjaga hingga pagi ini. Aku masih sibuk membaca majalah dan sesekali aku melirik Zahra yang melihatku tanpa beralih sedikitpun
“Jangan ngeliatin mulu, nanti suka...” Kataku bercanda
“Apa sih Bram..” Katanya sambil memukulku pelan
“Udah jam tiga, lu belum mau tidur juga?” Tanyaku
“Belum bisa..”
Aku hanya mengangguk menjawabnya, aku melanjutkan membaca majalah-majalah ini. Setelah aku selesai membacanya, aku melihat Zahra sudah terlelap dalam tidurnya. Dan aku memutuskan untuk tidur di bawah dengan posisi duduk dan kepalaku menuju kasur
“Aku dimana? Aku dimana?” Tanyaku seorang diri
Semuanya gelap, tanpa ada cahaya sedikitpun. Aku berjalan entah kemana, namun tak ada ujungnya. Aku terduduk lelah tanpa tahu harus berbuat apa. Dari kejauhan aku lihat ada wanita menghampiriku seraya mencium keningku. Dinda, dia adalah Dinda.
“Terima kasih ya atas pengorbananmu, seandainya saja aku melihatmu...”Katanya
“Maksud kamu apa Din?” Tanyaku
Tiba-tiba ia menghilang begitu saja layaknya asap tertiup angin. Aku mencarinya kemana-mana dan tidak menemukannya. Tiba-tiba semuanya jadi terang dan terlihat jelas. Aku sedang berada di tempat rekreasi, semuanya begitu berwarna. Semua orang tertawa bahagia, aku juga melihat Dinda, Nanda dan kedua orang tuaku disana berbahagia, namun pandanganku redup, semakin lama semakin redup dan akhirnya aku tidak bisa melihat apa-apa.
“Kenapa ini? Kenapa? KENAPAAAAAA???!!!!”
Aku terkejut! Semuanya hanya mimpi. Nafasku tidak beraturan. Mimpi apa itu? Aku sendiripun tidak tahu. Aku masih berada di kamarnya Zahra, dan aku lihat Zahra sudah tidak ada di kasurnya. Aku melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Aku terlambat bekerja. Begitu aku ingin bangun, aku melihat Zahra membawakan secangkir kopi untukku. Dia juga masih memakai pakaian yang semalam tanpa ada perubahan untuk pergi bekerja
“Selamat pagi Bram, nih kopinya.” Katanya sambil meletakkan gelas di atas meja
“Lu belum siap-siap?” Tanyaku bingung
“Siap-siap kemana? Masih hujan deres kayak gitu, lagian juga kata Pak Nyoman hari ini diliburin dulu gara-gara cuacanya mendadak ekstrim.” Katanya sambil duduk di atas kasur menghadapku
Aku lihat keluar dan benar hujan deras masih membasahi, tapi kali ini tanpa adanya petir semalam. Aku bernafas lega karena tahu hari ini diliburkan, jadi tidak terhitung terlambat jika bekerja. Aku raih cangkir kopi yang sudah Zahra berikan dan meminumnya secara perlahan
“Perfect..” Kataku pelan
“Apa yang perfect?” Ternyata Zahra mendengar ucapanku
“Kopinya perfect, langsung seger badan.” Kataku
“Berarti kalau aku bikinin lagi gulanya beneran sedikit banget ya..” Katanya sambil membakar sebatang rokok
Aku juga ikut membakar sebatang rokok dan menghembuskan asapnya ke langit-langit ruangan ini. Kami berbincang sebentar tentang kejadian semalam, dan aku membahas tentang mimpiku yang cukup aneh kepada Zahra
“Kok serem sih Bram? Jadi takut.” Responnya
“Gue sendiri juga takut, makanya pas bangun agak kaget juga..” Kataku
Setelah itu kami memutuskan untuk tidak membahasnya lagi dan memilih untuk menyalakan tv. Sekitar pukul dua belas aku memutuskan untuk kembali ke kamarku untuk mandi dan berganti pakaian. Perutku berbunyi, kalau kata orang itu keroncongan. Belum sempat aku pergi ke dapur untuk membuat makanan, Zahra datang ke kamarku membawakan makanan cepat saji
“Nih, belum makan kan?” Katanya sambil menaruhnya di atas meja
“Loh kapan mesennya?” Tanyaku kebingungan
“Tadi pas kamu mandi, aku laper pasti kamu juga. Makanya mesennya dua, dan ngga usah bayar. Anggep aja upah nemenin semalem hehehe..” Katanya sambil tersenyum
Aku juga membalas dengan senyuman. Dan kemudian kami memakannya sambil menonton acara di tv.
khuman dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas