- Beranda
- Stories from the Heart
AKU, KAMU, DAN LEMON
...
TS
beavermoon
AKU, KAMU, DAN LEMON
SELAMAT DATANG DI RUMAH BEAVERMOON
Hallo semua, salam hangat dari bawah Gorong-gorong Sudirman
Kali ini ane akan coba buat share cerita yang ane buat. Jadi, selamat menikmati cerita ini dan tetap dukung kami meskipun hasilnya ngga banget
Jangan lupa buat RATE jika berkenan di hati kalian dan KOMENG jika ada kritik dan saran

Spoiler for Tanya Jawab:
Tanya Jawab Seputar Cerita
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi
Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri
Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget
Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel
A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja dulu
Q: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Q: Ini cerita nyata atau fiksi?
A: Sebenernya cerita ini gabungan dari kisah nyata sama beberapa unsur fiksi

Q: Bagian yang nyata yang mana aja? Yang fiksi yang mana aja?
A: Nah, cerita ini dibuat agar para pembaca bisa berimajinasi secara individu. Jadi kalau di tanya yang nyata mana yang fiksi mana, ya coba bayangin aja sendiri

Q: Ini nama asli atau nama samaran?
A: Ada beberapa yang disamarkan karena privasi banget nget nget

Q: Kok banyak kentangnya sih? Kan jadi kesel

A: Tak kentang maka tak kenyang
Maklumlah namanya baru di dunia SFTH ini jadi ya banyakin kentangnya aja duluQ: Atas dasar apa cerita ini dibuat?
A: Asal mula bikin cerita ini sebenernya biar ngga gabut-gabut amat kalo malem kan daripada nontonin Saori Hara mulu mending bikin cerita
terus juga biar ngga galau galau amat belom lama menjadi jomblo lagi 
Q: Kok tampilan awalnya biasa aja sih?
A: Masih newbie ya, NI-U-BI!! Jadi belom ngerti ngerti amat apa yang harus ditampilin buat penghias tampilan awal cerita ini, kalo ada yang mau ngajarin ya monggo
Spoiler for Pembukaan:
AKU, KAMU, DAN LEMON
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
When life gives you lemons, make orange juice. Leave the world wondering how you did it
Cerita ini mengisahkan tentang remaja-remaja yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang sering terjadi menjadi kisah mereka masing-masing. Mengejar mimpi, cita-cita, dan cinta mereka melengkapi kisah hidup mereka.
Pada dasarnya manusia diciptakan untuk berusaha dan mengejar apa yang mereka impikan. Jurang dalam yang menghadang dapat mereka tempuh dengan susah payah, namun hanya tinggal lubang kecil di depan mata, mereka menyatakan untuk menyerah.
Sabtu sore dipinggiran kota, aku duduk di sebuah kafe kecil di meja paling ujung. Mengaduk-aduk kopi yang sudah daritadi kupesan dan membiarkan gula dan kopinya terus beraduk layaknya pusaran air di lautan. Perkenalkan, namaku Bramantyo Satya Adjie, biasa dipanggil Bram. Aku adalah mahasiswa di sebuah universitas swasta di ibukota. Perawakanku tidaklah cukup baik, aku jarang untuk tersenyum pada hal-hal kecil.
Spoiler for Index:
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20 - 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30-31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
Part 61
Part 62 - 63
Part 64
Part 65
Part 66
Part 67
Part 68
Part 69
Part 70
Part 71
Part 72
Part 73
Part 74
Part 75 (FINALE)
Diubah oleh beavermoon 14-02-2016 13:50
dodolgarut134 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
186.5K
Kutip
823
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
beavermoon
#482
Spoiler for Part 58:
“Tungguin Bram, barengan masuknya.” Kata Zahra dari belakang
“Loh kirain udah di dalem duluan.” Kataku terkejut
“Bapak Ibunya saling kenal?” Tanya Pramugari tersebut
“Iya Mba, kita partner kerja.” Kata Zahra menjelaskan
Setelah itu, aku dan Zahra masuk ke dalam kabin pesawat kelas satu. Suasananya tidak terlalu ramai, jadi kami tidak perlu bingung dengan keadaanya. Aku dan Zahra ditempatkan di satu baris bangku dan bersebelahan. Aku memilih duduk berdekatan dengan akses jalan karena Zahra ingin duduk di dekat jendela. Setelah kami duduk, tidak lama pesawat kami akhirnya meninggalkan landasan. Aku merasa cukup santai dengan keadaan sekitar, setelah itu ada pramugari yang memberikan instruksi tentang keselamatan penumpang. Dan tidak lama setelah itu pula ada pramugari lain yang memberikan kami makan siang. Aku dan Zahra menikmatinya dengan santai. Setelah makan, aku ingin menyalakan iPod yang aku bawa agar bisa mendengarkan lagu, namun batal aku lakukan karena Zahra mengajakku berbincang
“Bram liat deh, keren banget. Kayak samudera gitu, tapi ini di atas awan.” Katanya
Aku segera melihatnya dan memang benar, bentuk awannya seperti samudera laut biru, namun kali ini kita berada di atas awan. Aku cukup terkesima melihatnya.
“Bram foto yuk..” Ajaknya sambil mengeluarkan kameranya
Kami menyempatkan untuk foto bersama, mulai dari selfie hingga meminta bantuan dari pramugari yang kebetulan lewat. Setelah itu, Zahra terlihat mengantuk karena sudah menguap beberapa kali
“Bram, ngantuk masa.” Katanya
“Yaudah tidur aja santai, masih agak lama juga kayaknya.” Kataku
“Okedeh aku tidur dulu ya.” Katanya sambil memejamkan matanya
Dan akhirnya aku bisa mengeluarkan iPodku untuk mendengarkan lagu. Baru beberapa lagu aku putar, aku melihat ke arah Zahra yang sudah tertidur. Dia nampak lucu dengan pose tidurnya, aku hanya tersenyum melihatnya. Setelah itu aku fokus lagi kepada lagu yang aku dengarkan, namun aku merasa ada yang aneh. Aku lihat lagi ke arah Zahra dan benar, dia kedinginan. Aku sedang mencari jaketnya namun aku tidak menemukannya. Mau tidak mau, aku menyerahkan jaketku untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Keadaanya mulai membaik dan aku bisa fokus lagi kelagu yang aku dengarkan. Sedang fokusnya aku kepada lagu, hingga aku tidak sadar bahwa Zahra terbangun dari tidurnya. Dia menepuk-nepuk siku tangan kananku, dan kemudian aku menoleh kehadapannya
“Loh udah bangun aja, baru sebentar kayaknya.” Kataku sambil melihat arloji di tanganku
“Ngga tau, kebangun aja. Eh kok ini jaket kamu ada di aku Bram?” Tanyanya
“Tadi lu kedinginan, gue nyari jaket lu ngga ada. Yaudah pake jaket gue aja dulu.” Kataku menjelaskan kepadanya
“Iya aku lupa jaketnya ada di bagasi, yaudah ini kamu pake aja Bram..” Katanya
“Nggapapa, lu pake aja.” Kataku sambil menahan gerakannya
“Makasih ya Bram. Aku tidur lagi deh ya.” Katanya
Aku hanya mengangguk menjawabnya. Dan kemudian memang benar dia kembali tidur lagi, aku hanya tersenyum melihat perilakunya. Kemudian aku melanjutkan lagi kegiatan mendengarkan laguku.
Setelah beberapa jam melakukan perjalanan udara, akhirnya kami tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Setibanya di sana, kami disambut oleh tim yang sudah tiba duluan. Dan kami diantar menuju penginapan kami yang telah disediakan oleh pemilik proyek. Dan yang tidak aku sangka bahwa penginapannya cukup besar, ada dua rumah yang berdekatan di dekat pantai. Dan yang lebih terkejutnya lagi bahwa tim kami tinggal secara terpisah jadi hanya aku dan Zahra yang menempati penginapan cukup mewah ini
“Kamu mau rumah yang mana?” Tanya Zahra
“Lu duluan deh yang milih, gue nyesuaiin aja.” Kataku
Akhirnya dia memilih rumah yang ada di sebelah kanan dan aku yang di sebelah kiri. Jarak rumah ini hanya terpisah oleh kolam berenang. Dan begitu masuk aku langsung membereskan barang-barang bawaanku beserta perlengkapan untuk pekerjaanku lusa. Selesai membereskan, aku keluar untuk melihat keadaan sekitar. Memang suasananya sangat indah dibanding tempat aku tinggal. Tidak lama Zahra juga keluar menghampiriku
“Bagus ya Bram?” Tanyanya
“Iya, beda jauh sama rumah..” Kataku
Tiba-tiba ada seseorang menghampiri kami
“Permisi Bli, ada pesanan dari Pak Nyoman.” Katanya sambil menyerahkan kunci kepadaku
“Kunci apa nih Paman?” Tanyaku
“Itu ada motor di bawah, untuk sarana transportasi selama di sini.” Katanya sambil menunjuk ke arah motor itu berada
“Oh iya makasih ya Paman.” Kataku
Dan kemudian dia pergi, selanjutnya aku dan Zahra menghampiri motor tersebut. Aku melihat keadaanya dan kelengkapan suratnya dan ternyata aman.
“Mau test drive?” Ajakku kepada Zahra
“Boleh boleh..” Katanya
Sebelum berangkat kami memastikan keadaan rumah sudah terkunci dan barang-barang sudah aman. Setelah itu kami langsung pergi mengitari kota ini yang menjadi daya tarik bagi turis asing untuk datang. Memang jalanan cukup ramai, tapi tidak menyebabkan macet yang lama.
“Bram, makan dulu yuk.”
“Boleh, gue juga laper ternyata.”
Akhirnya kami memutuskan untuk singgah di sebuah restoran di pinggir jalan. Begitu kami masuk, tempatnya sudah ramai. Kami mencari-cari tempat namun tidak menemuinya. Tidak lama ada lelaki yang menghampiri kami, aku berfikiran bahwa dia adalah manager atau bagian humas restoran ini.
“Permisi, ada yang bisa saya bantu?” Kata lelaki itu
“Apa tempatnya sudah penuh? Kami daritadi mencari-cari tapi tidak menemuinya.” Jelas Zahra
“Mas Mba pasti turis ya?”
“Iya..” Kataku singkat
“Buat berdua aja atau ada orang lain?”
“Berdua aja.” Kata Zahra
“Silahkan ikut saya Mba Masnya..” Kata lelaki itu
Kamipun mengikutinya, dan kami di ajak untuk menyebrang jalan. Padahal letak restorannya ada di seberang jalan sana, namun kami duduk di seberang lainnya
“Silahkan dilihat menunya.” Kata lelaki itu
“Oh emang boleh ya di sini?” Tanyaku
“Ini masih bagian dari restoran kami, karena Mas dan Mbanya baru jadi tidak tahu tempat ini.” Jelas lelaki itu
Aku hanya mengangguk menjawabnya, dan setelah itu kami memesan beberapa makanan dan minuman. Suasananya sangat nyaman, berada di dekat pantai dengan anginnya yang cukup sejuk. Tidak lama pesanan kamipun datang, kami menyantapnya. Dan setelah selesai kami menyempatkan untuk berbincang sebelum pulang menuju penginapan
“Untung kerjanya masih lusa, kalau besok ngga bakalan mau aku keluar sekarang.” Kata Zahra
“Iyalah mending istirahat aja.”
“Gimana udah siap semua kan?” Tanyanya lanjut
“Udah kok, tinggal siap presentasi aja.” Kataku sambil meminum bir kalengan
Saat itu ada turis luar menghampiri kami
“Excuse me, can i borrow your lighter?” Katanya
(Permisi, boleh saya pinjam korek anda?)
“Sure, you can have it. I have so many lighter in my bag.” Kataku
(Silahkan, kau boleh memilikinya. Saya punya banyak di dalam tas)
“Oh thank you, you’re a good man. I’m Alex.” Katanya sambil mengulurkan tangannya
(Oh, terima kasih, aku lelaki yang baik. Saya Alex)
“I’m Bram and She’s Zahra.” Kataku sambil menjabat tangannya dan memperkenalkan Zahra
(Saya Bram dan dia Zahra)
“Are you Indonesian?” Tanyanya
(Apakah kau orang Indonesia?)
“Yes, where you come from?” Tanyaku balik
(Ya, darimana kau berasal?)
“I’m from Toronto.” Katanya dengan tersenyum
(Saya dari Toronto)
“Oh you’re Canadian right?”
(Oh, kau orang Kanada kan?)
“Of course, you must visit Toronto. A beautiful city.”
(Tentu saja, kau harus berkunjung ke Toronto. Kota yang indah)
“I hope someday i can do that.” Kataku
(Saya harap suatu saat saya bisa melakukannya)
“You must, good man. Oh i’m sorry i have to go, thank you for the lighter.” Katanya
(Kau harus melakukannya, lelaki baik. Oh maaf saya harus pergi, terima kasih atas koreknya)
Aku hanya mengangguk menjawabnya dan kemudian dia pergi meninggalkan meja kami.
“Lucu juga ya..” Kata Zahra
“Namanya juga bule Zah, yaudah kita juga balik lah.” Ajakku
Dan kemudian kami meninggalkan tempat itu dan menuju ke penginapan. Setibanya di penginapan aku segera memarkirkan motor dekat kamarku
“Kamu udah mau tidur Bram?” Tanyanya
“Kayaknya, capek juga.” Jelasku
“Yaudah selamat istirahat ya. Good night.” Katanya sambil masuk ke dalam rumahnya
Aku hanya tersenyum membalasnya. Dan setelah aku masuk ke dalam, aku segera mengabari Dinda yang sedang bersama Nanda di rumahku. Baru saja aku berangkat tadi, Nanda sudah bilang kangen kepadaku. Aku tertawa pelan mendengarnya, dan kemudian percakapan kami berlanjut hingga cukup larut malam. Setelah selesai, aku melihat dari jendela untuk memastikan bahwa Zahra baik-baik saja. Dan sepertinya dia sudah tidur karena lampunya yang sudah dimatikan. Dan aku juga memutuskan untuk istirahat juga.
“Loh kirain udah di dalem duluan.” Kataku terkejut
“Bapak Ibunya saling kenal?” Tanya Pramugari tersebut
“Iya Mba, kita partner kerja.” Kata Zahra menjelaskan
Setelah itu, aku dan Zahra masuk ke dalam kabin pesawat kelas satu. Suasananya tidak terlalu ramai, jadi kami tidak perlu bingung dengan keadaanya. Aku dan Zahra ditempatkan di satu baris bangku dan bersebelahan. Aku memilih duduk berdekatan dengan akses jalan karena Zahra ingin duduk di dekat jendela. Setelah kami duduk, tidak lama pesawat kami akhirnya meninggalkan landasan. Aku merasa cukup santai dengan keadaan sekitar, setelah itu ada pramugari yang memberikan instruksi tentang keselamatan penumpang. Dan tidak lama setelah itu pula ada pramugari lain yang memberikan kami makan siang. Aku dan Zahra menikmatinya dengan santai. Setelah makan, aku ingin menyalakan iPod yang aku bawa agar bisa mendengarkan lagu, namun batal aku lakukan karena Zahra mengajakku berbincang
“Bram liat deh, keren banget. Kayak samudera gitu, tapi ini di atas awan.” Katanya
Aku segera melihatnya dan memang benar, bentuk awannya seperti samudera laut biru, namun kali ini kita berada di atas awan. Aku cukup terkesima melihatnya.
“Bram foto yuk..” Ajaknya sambil mengeluarkan kameranya
Kami menyempatkan untuk foto bersama, mulai dari selfie hingga meminta bantuan dari pramugari yang kebetulan lewat. Setelah itu, Zahra terlihat mengantuk karena sudah menguap beberapa kali
“Bram, ngantuk masa.” Katanya
“Yaudah tidur aja santai, masih agak lama juga kayaknya.” Kataku
“Okedeh aku tidur dulu ya.” Katanya sambil memejamkan matanya
Dan akhirnya aku bisa mengeluarkan iPodku untuk mendengarkan lagu. Baru beberapa lagu aku putar, aku melihat ke arah Zahra yang sudah tertidur. Dia nampak lucu dengan pose tidurnya, aku hanya tersenyum melihatnya. Setelah itu aku fokus lagi kepada lagu yang aku dengarkan, namun aku merasa ada yang aneh. Aku lihat lagi ke arah Zahra dan benar, dia kedinginan. Aku sedang mencari jaketnya namun aku tidak menemukannya. Mau tidak mau, aku menyerahkan jaketku untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Keadaanya mulai membaik dan aku bisa fokus lagi kelagu yang aku dengarkan. Sedang fokusnya aku kepada lagu, hingga aku tidak sadar bahwa Zahra terbangun dari tidurnya. Dia menepuk-nepuk siku tangan kananku, dan kemudian aku menoleh kehadapannya
“Loh udah bangun aja, baru sebentar kayaknya.” Kataku sambil melihat arloji di tanganku
“Ngga tau, kebangun aja. Eh kok ini jaket kamu ada di aku Bram?” Tanyanya
“Tadi lu kedinginan, gue nyari jaket lu ngga ada. Yaudah pake jaket gue aja dulu.” Kataku menjelaskan kepadanya
“Iya aku lupa jaketnya ada di bagasi, yaudah ini kamu pake aja Bram..” Katanya
“Nggapapa, lu pake aja.” Kataku sambil menahan gerakannya
“Makasih ya Bram. Aku tidur lagi deh ya.” Katanya
Aku hanya mengangguk menjawabnya. Dan kemudian memang benar dia kembali tidur lagi, aku hanya tersenyum melihat perilakunya. Kemudian aku melanjutkan lagi kegiatan mendengarkan laguku.
Setelah beberapa jam melakukan perjalanan udara, akhirnya kami tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Setibanya di sana, kami disambut oleh tim yang sudah tiba duluan. Dan kami diantar menuju penginapan kami yang telah disediakan oleh pemilik proyek. Dan yang tidak aku sangka bahwa penginapannya cukup besar, ada dua rumah yang berdekatan di dekat pantai. Dan yang lebih terkejutnya lagi bahwa tim kami tinggal secara terpisah jadi hanya aku dan Zahra yang menempati penginapan cukup mewah ini
“Kamu mau rumah yang mana?” Tanya Zahra
“Lu duluan deh yang milih, gue nyesuaiin aja.” Kataku
Akhirnya dia memilih rumah yang ada di sebelah kanan dan aku yang di sebelah kiri. Jarak rumah ini hanya terpisah oleh kolam berenang. Dan begitu masuk aku langsung membereskan barang-barang bawaanku beserta perlengkapan untuk pekerjaanku lusa. Selesai membereskan, aku keluar untuk melihat keadaan sekitar. Memang suasananya sangat indah dibanding tempat aku tinggal. Tidak lama Zahra juga keluar menghampiriku
“Bagus ya Bram?” Tanyanya
“Iya, beda jauh sama rumah..” Kataku
Tiba-tiba ada seseorang menghampiri kami
“Permisi Bli, ada pesanan dari Pak Nyoman.” Katanya sambil menyerahkan kunci kepadaku
“Kunci apa nih Paman?” Tanyaku
“Itu ada motor di bawah, untuk sarana transportasi selama di sini.” Katanya sambil menunjuk ke arah motor itu berada
“Oh iya makasih ya Paman.” Kataku
Dan kemudian dia pergi, selanjutnya aku dan Zahra menghampiri motor tersebut. Aku melihat keadaanya dan kelengkapan suratnya dan ternyata aman.
“Mau test drive?” Ajakku kepada Zahra
“Boleh boleh..” Katanya
Sebelum berangkat kami memastikan keadaan rumah sudah terkunci dan barang-barang sudah aman. Setelah itu kami langsung pergi mengitari kota ini yang menjadi daya tarik bagi turis asing untuk datang. Memang jalanan cukup ramai, tapi tidak menyebabkan macet yang lama.
“Bram, makan dulu yuk.”
“Boleh, gue juga laper ternyata.”
Akhirnya kami memutuskan untuk singgah di sebuah restoran di pinggir jalan. Begitu kami masuk, tempatnya sudah ramai. Kami mencari-cari tempat namun tidak menemuinya. Tidak lama ada lelaki yang menghampiri kami, aku berfikiran bahwa dia adalah manager atau bagian humas restoran ini.
“Permisi, ada yang bisa saya bantu?” Kata lelaki itu
“Apa tempatnya sudah penuh? Kami daritadi mencari-cari tapi tidak menemuinya.” Jelas Zahra
“Mas Mba pasti turis ya?”
“Iya..” Kataku singkat
“Buat berdua aja atau ada orang lain?”
“Berdua aja.” Kata Zahra
“Silahkan ikut saya Mba Masnya..” Kata lelaki itu
Kamipun mengikutinya, dan kami di ajak untuk menyebrang jalan. Padahal letak restorannya ada di seberang jalan sana, namun kami duduk di seberang lainnya
“Silahkan dilihat menunya.” Kata lelaki itu
“Oh emang boleh ya di sini?” Tanyaku
“Ini masih bagian dari restoran kami, karena Mas dan Mbanya baru jadi tidak tahu tempat ini.” Jelas lelaki itu
Aku hanya mengangguk menjawabnya, dan setelah itu kami memesan beberapa makanan dan minuman. Suasananya sangat nyaman, berada di dekat pantai dengan anginnya yang cukup sejuk. Tidak lama pesanan kamipun datang, kami menyantapnya. Dan setelah selesai kami menyempatkan untuk berbincang sebelum pulang menuju penginapan
“Untung kerjanya masih lusa, kalau besok ngga bakalan mau aku keluar sekarang.” Kata Zahra
“Iyalah mending istirahat aja.”
“Gimana udah siap semua kan?” Tanyanya lanjut
“Udah kok, tinggal siap presentasi aja.” Kataku sambil meminum bir kalengan
Saat itu ada turis luar menghampiri kami
“Excuse me, can i borrow your lighter?” Katanya
(Permisi, boleh saya pinjam korek anda?)
“Sure, you can have it. I have so many lighter in my bag.” Kataku
(Silahkan, kau boleh memilikinya. Saya punya banyak di dalam tas)
“Oh thank you, you’re a good man. I’m Alex.” Katanya sambil mengulurkan tangannya
(Oh, terima kasih, aku lelaki yang baik. Saya Alex)
“I’m Bram and She’s Zahra.” Kataku sambil menjabat tangannya dan memperkenalkan Zahra
(Saya Bram dan dia Zahra)
“Are you Indonesian?” Tanyanya
(Apakah kau orang Indonesia?)
“Yes, where you come from?” Tanyaku balik
(Ya, darimana kau berasal?)
“I’m from Toronto.” Katanya dengan tersenyum
(Saya dari Toronto)
“Oh you’re Canadian right?”
(Oh, kau orang Kanada kan?)
“Of course, you must visit Toronto. A beautiful city.”
(Tentu saja, kau harus berkunjung ke Toronto. Kota yang indah)
“I hope someday i can do that.” Kataku
(Saya harap suatu saat saya bisa melakukannya)
“You must, good man. Oh i’m sorry i have to go, thank you for the lighter.” Katanya
(Kau harus melakukannya, lelaki baik. Oh maaf saya harus pergi, terima kasih atas koreknya)
Aku hanya mengangguk menjawabnya dan kemudian dia pergi meninggalkan meja kami.
“Lucu juga ya..” Kata Zahra
“Namanya juga bule Zah, yaudah kita juga balik lah.” Ajakku
Dan kemudian kami meninggalkan tempat itu dan menuju ke penginapan. Setibanya di penginapan aku segera memarkirkan motor dekat kamarku
“Kamu udah mau tidur Bram?” Tanyanya
“Kayaknya, capek juga.” Jelasku
“Yaudah selamat istirahat ya. Good night.” Katanya sambil masuk ke dalam rumahnya
Aku hanya tersenyum membalasnya. Dan setelah aku masuk ke dalam, aku segera mengabari Dinda yang sedang bersama Nanda di rumahku. Baru saja aku berangkat tadi, Nanda sudah bilang kangen kepadaku. Aku tertawa pelan mendengarnya, dan kemudian percakapan kami berlanjut hingga cukup larut malam. Setelah selesai, aku melihat dari jendela untuk memastikan bahwa Zahra baik-baik saja. Dan sepertinya dia sudah tidur karena lampunya yang sudah dimatikan. Dan aku juga memutuskan untuk istirahat juga.
khuman dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas