- Beranda
- Stories from the Heart
Di Antara Bintang-Bintang
...
TS
astri.beloved
Di Antara Bintang-Bintang
Di Antara Bintang-bintang
Kisahku dengan Perempuan-perempuan Itu
18 +++ (Adult Only)
18 +++ (Adult Only)
Spoiler for intro:
Di Antara Bintang-bintang #2
Polling
868 hari lagi - 0 suara
Apakah RISTA akan kembali bersama NAUFAL (Oval)?
Diubah oleh astri.beloved 07-01-2019 13:42
radorada dan 18 lainnya memberi reputasi
17
1.2M
4.2K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
astri.beloved
#3851
Flash #2
Hari terus berlanjut, sepulang dari Jakarta dan disana beberapa hari, lanjut ke Jogja dan kembali ke aktifitas sebagai Mahasiswa TUA!.. Bab demi Bab perlahan selesai, walau berhenti dibeberapa titik karena gue merasa nggak sanggup. Sitaa juga sama, diapun kembali dengan kesibukannya, hanya saja dia berbeda, pengaruhnya sangat besar karena dia pindah Agama. Gue sengaja mengabaikan kuliah sampai nggak tau bulan kapan atau bahkan tahun depan mau mulai lagi, Pusing!!.. Malah seolah gue ngajari Sitaa yang juga sama nggak ngurusin kuliah. Hmm, jadinya gue siasat aja selain udah bingung di Jogja, mendingan kita tinggal di Kampung..
Siang ini pulang kampung bareng Sitaa, dia jelas udah bebas lepas tanpa ikatan dengan siapapun.. Sampai rumah masih santai saja dan setelah maghrib baru santai dengan Bapak dan Ibu.. Satu per satu gue sampekan, dan dengan beribu perasaan Bapak dan Ibu yang berusaha ikut merasakan entah jadi Pihak utama, atau pihak menjadi orangtuanya Sitaa..
Jawaban mungkin diterima sama mereka, tapi mendadak bapak diam dan raut wajahnya langsung berubah pas gue nanya suruh jadi Penghulu. Beberapa saat itu Beliau ninggalin kita semua, tapi sambil Mrambang (nangis) dan suaranya bergetar..
Bapak malah nangis, nggak tau apa yang ada dipikiran dan hati Beliau..
Gue jadi kepancing emosi sendiri, tapi bukan bapak ngamuk kayak dulu malah Beliau semakin menangis. Jujur, gue juga jadi kebawa suasana Bapak, jadinya gue pergi aja dari sini, gue tinggalin semuanya, Entah …….
Sampai seminggu berlalu, Selamat Datang November Rain
seperti biasa Gun ‘N Roses banget.. Masih gue abaikan soal Bapak mau apa enggaknya soal Ijab, gue alihkan ke pekerjaan dan urusan rumah yang udah siap Huni walau seadanya yang penting nggak kepanasan nggak kehujanan dan Pantas disebut rumah Manusia.. Sitaa, masih di rumah gue sekedar santai dan dia semakin ngerti sama lingkungan keluarga gue terutama ke Bapak dan ke Ibu yang semakin dekat. Dia belum berkeluh kesah pula soal keluarganya mau gimana.. Tapi gue udah nggak betah kalau kayak gini terus, disisi lain Fitnah mulai muncul karena ada Perempuan dirumah gue apalagi “Seperti Itu”..
Jadinya gue nanya lagi ke Bapak, dan ini terakhir kalinya. Disela beliau pulang dari pekerjaannya, gue suruh beliau mampir ke kerjaan sebelum sampai rumah, sekalian saja mumpung disini juga ada Sitaa. Tapi Bapak malah pulang dan baru kesini setelah ashar bersama Ibu.. Setelah membahas ini, Alhamdulillah Bapak mau meng-Ijab kita berdua dan tinggal menentukan hari saja. Keputusan hanya ada di gue, dan setelah gue bahas dengan Sitaa akhirnya kita putuskan tanggal 26 Desember nanti..
Diam, dan sudah menjadi keputusan lalu sebelum maghrib Bapak Ibu pulang..
Menjelang malam kita masih santai di kerjaan gue. Ada beberapa rekan kerja, yaa gue menyebutnya dengan kata itu, kalau Kuli atau Anak Buah kesannya gue ini Bos.. Mereka lagi santai saja dan uang mingguan udah gue bagi Pula.. Alhamdulillah semakin berkembang walau penuh dengan Persaingan.. Kita berdua lanjut Hangout. Kota gue yang semakin hari semakin berkembang, Karaoke aja deh di Bukit sana.. Entah pula dengan kebiasaan gue yang masih FASIK, Shalatnya iya, tapi kadang masih minum, emang susah banget ngilangin yang satu ini, selain itu karena masih Enak sih, Hahaha.. Dilain sisi pula, Bapak dan Ibu memang udah lepas tangan soal kebiasaan gue..
**
Terus berlalu, masih saja di Kampung entah mau sampai kapan.. Disela urusan gue dan Sitaa udah beres dan tinggal menghitung hari, ada satu ganjalan yang sangat mengguncang iman, tapi masih gue sembunyikan ke siapapun.. Beberapa hari ini, Rista itu berkali-kali hubungi gue hampir tiap waktu, entah sms atau sekedar misscal, tentunya sih mau nelpon. Sitaa yang cuek dan nggak urusan sama HP gue jadinya masih belum tau.. Yang bikin gue bingung tuh dia udah tau kalau gue mau Nikah dengan Sitaa di tanggak itu, jadi curiga sama Ibu nih.. Kalau Bapak wisss udah nggak bakalan Beliau ngasih tau ke siapapun.. Dan setelah gue tanya ke Ibu, ternyata benar Ibu yang ngasih tau..
Ternyata, Rista memang nggak berhenti nyari kabar gue, entah dateng ke rumah, atau sms dan telpon Ibu, bahkan sampai datang ke tempat Ibu mengajar hanya karena mau nanya soal gue.. Ini anak ngapain sih? Ini bukan nambah gue jadi gimana sama dia, tapi malah jadi Males!..
Yappp, sejenak gue diem, tapi dengan segala yang ada, hal yang selama ini gue sembunyikan akhirnya gue ceritakan ke Ibu, satu-satunuya, toh sekalipun beliau mau cerita ke Bapak itu nggak jadi masalah buat gue..
Sekejap saja, Ibu terkurai lemas dan diam, tak lupa air matanya yang mulai menetes.
Ibu memeluk, ketulusannya tiada tara, kesabaran dan apapun soal Beliau.. Sampai air mata ini terjatuh juga, padahal udah gue tahan..
Semua diam, kurang lebih semua ini udah bisa ibu tangkap apa yang udah gue jelaskan.. Walau beliau pasti sakit hati dan susah menerima.. Beberapa saat dari itu, Sitaa datang dan sedikit mengungkapkan pula. Ternyata dia “nguping” obrolan gue dan Ibu tanpa disadari.
Gue terharu, Sitaa pas ikut ngobrol itu udah berkaca-kaca, ehh pas ngomong malah nangis, sekarang mereka pelukan.. Ketulusan ibu juga ikhlas, walau Sita “seperti itu”. Kita berdua, dan tentunya Sita itu, secara fisik sangat jauh dengan apa yang Ibu harapkan sejak dulu, dari guenya saja sudah seperti ini dan secara otomatis pasangan kita seperti ini. Ini logika gue tentang Jodoh manusia, dimana yang jadi peran utama tetaplah laki-laki. Kalau laki-lakinya buruk kayak gue, kalau memang jodoj pasti mendapatkan perempuan yang sama buruknya dan sebaliknya pula. Misal contoh, orang baik mendapat orang buruk pasti salah satunya kalah. Selain dari jodoh yang sudah ditetapkan sang pencipta..
Hmm, sampai beberapa waktu mereka berdua tangis menangis.. Ibu berusaha ikhlas dengan keputusan anaknya, dengan keadaan yang ada. Ibu juga berusaha siap dengan segala cibiran, omongan, gunjingan bahkan cacian dari rekan kerjanya, dari tetangga atau lainnya. Sitaa juga sama, dia juga harus menjalani semua konsekwensi yang diberikan “mereka” keluarganya.. Jadi, gue harus bertanggug jawab dengan semua ini, minimal menemani hari-hari mereka dan ada dikehidupan mereka setiap waktu, Insya Alloh..
Berlalu dari itu kita kembali ke posisi masing-masing.. Sitaa gue ajak keluar, refresh aja sore hari sambil menunggu maghrib..
**
Hari terus berlanjut, sepulang dari Jakarta dan disana beberapa hari, lanjut ke Jogja dan kembali ke aktifitas sebagai Mahasiswa TUA!.. Bab demi Bab perlahan selesai, walau berhenti dibeberapa titik karena gue merasa nggak sanggup. Sitaa juga sama, diapun kembali dengan kesibukannya, hanya saja dia berbeda, pengaruhnya sangat besar karena dia pindah Agama. Gue sengaja mengabaikan kuliah sampai nggak tau bulan kapan atau bahkan tahun depan mau mulai lagi, Pusing!!.. Malah seolah gue ngajari Sitaa yang juga sama nggak ngurusin kuliah. Hmm, jadinya gue siasat aja selain udah bingung di Jogja, mendingan kita tinggal di Kampung..
Siang ini pulang kampung bareng Sitaa, dia jelas udah bebas lepas tanpa ikatan dengan siapapun.. Sampai rumah masih santai saja dan setelah maghrib baru santai dengan Bapak dan Ibu.. Satu per satu gue sampekan, dan dengan beribu perasaan Bapak dan Ibu yang berusaha ikut merasakan entah jadi Pihak utama, atau pihak menjadi orangtuanya Sitaa..
Quote:
Jawaban mungkin diterima sama mereka, tapi mendadak bapak diam dan raut wajahnya langsung berubah pas gue nanya suruh jadi Penghulu. Beberapa saat itu Beliau ninggalin kita semua, tapi sambil Mrambang (nangis) dan suaranya bergetar..
Quote:
Bapak malah nangis, nggak tau apa yang ada dipikiran dan hati Beliau..
Quote:
Gue jadi kepancing emosi sendiri, tapi bukan bapak ngamuk kayak dulu malah Beliau semakin menangis. Jujur, gue juga jadi kebawa suasana Bapak, jadinya gue pergi aja dari sini, gue tinggalin semuanya, Entah …….
Sampai seminggu berlalu, Selamat Datang November Rain
seperti biasa Gun ‘N Roses banget.. Masih gue abaikan soal Bapak mau apa enggaknya soal Ijab, gue alihkan ke pekerjaan dan urusan rumah yang udah siap Huni walau seadanya yang penting nggak kepanasan nggak kehujanan dan Pantas disebut rumah Manusia.. Sitaa, masih di rumah gue sekedar santai dan dia semakin ngerti sama lingkungan keluarga gue terutama ke Bapak dan ke Ibu yang semakin dekat. Dia belum berkeluh kesah pula soal keluarganya mau gimana.. Tapi gue udah nggak betah kalau kayak gini terus, disisi lain Fitnah mulai muncul karena ada Perempuan dirumah gue apalagi “Seperti Itu”..Jadinya gue nanya lagi ke Bapak, dan ini terakhir kalinya. Disela beliau pulang dari pekerjaannya, gue suruh beliau mampir ke kerjaan sebelum sampai rumah, sekalian saja mumpung disini juga ada Sitaa. Tapi Bapak malah pulang dan baru kesini setelah ashar bersama Ibu.. Setelah membahas ini, Alhamdulillah Bapak mau meng-Ijab kita berdua dan tinggal menentukan hari saja. Keputusan hanya ada di gue, dan setelah gue bahas dengan Sitaa akhirnya kita putuskan tanggal 26 Desember nanti..
Quote:
Diam, dan sudah menjadi keputusan lalu sebelum maghrib Bapak Ibu pulang..
Menjelang malam kita masih santai di kerjaan gue. Ada beberapa rekan kerja, yaa gue menyebutnya dengan kata itu, kalau Kuli atau Anak Buah kesannya gue ini Bos.. Mereka lagi santai saja dan uang mingguan udah gue bagi Pula.. Alhamdulillah semakin berkembang walau penuh dengan Persaingan.. Kita berdua lanjut Hangout. Kota gue yang semakin hari semakin berkembang, Karaoke aja deh di Bukit sana.. Entah pula dengan kebiasaan gue yang masih FASIK, Shalatnya iya, tapi kadang masih minum, emang susah banget ngilangin yang satu ini, selain itu karena masih Enak sih, Hahaha.. Dilain sisi pula, Bapak dan Ibu memang udah lepas tangan soal kebiasaan gue..
**
Terus berlalu, masih saja di Kampung entah mau sampai kapan.. Disela urusan gue dan Sitaa udah beres dan tinggal menghitung hari, ada satu ganjalan yang sangat mengguncang iman, tapi masih gue sembunyikan ke siapapun.. Beberapa hari ini, Rista itu berkali-kali hubungi gue hampir tiap waktu, entah sms atau sekedar misscal, tentunya sih mau nelpon. Sitaa yang cuek dan nggak urusan sama HP gue jadinya masih belum tau.. Yang bikin gue bingung tuh dia udah tau kalau gue mau Nikah dengan Sitaa di tanggak itu, jadi curiga sama Ibu nih.. Kalau Bapak wisss udah nggak bakalan Beliau ngasih tau ke siapapun.. Dan setelah gue tanya ke Ibu, ternyata benar Ibu yang ngasih tau..
Ternyata, Rista memang nggak berhenti nyari kabar gue, entah dateng ke rumah, atau sms dan telpon Ibu, bahkan sampai datang ke tempat Ibu mengajar hanya karena mau nanya soal gue.. Ini anak ngapain sih? Ini bukan nambah gue jadi gimana sama dia, tapi malah jadi Males!..
Quote:
Yappp, sejenak gue diem, tapi dengan segala yang ada, hal yang selama ini gue sembunyikan akhirnya gue ceritakan ke Ibu, satu-satunuya, toh sekalipun beliau mau cerita ke Bapak itu nggak jadi masalah buat gue..
Quote:
Sekejap saja, Ibu terkurai lemas dan diam, tak lupa air matanya yang mulai menetes.
Quote:
Ibu memeluk, ketulusannya tiada tara, kesabaran dan apapun soal Beliau.. Sampai air mata ini terjatuh juga, padahal udah gue tahan..
Quote:
Semua diam, kurang lebih semua ini udah bisa ibu tangkap apa yang udah gue jelaskan.. Walau beliau pasti sakit hati dan susah menerima.. Beberapa saat dari itu, Sitaa datang dan sedikit mengungkapkan pula. Ternyata dia “nguping” obrolan gue dan Ibu tanpa disadari.
Quote:
Gue terharu, Sitaa pas ikut ngobrol itu udah berkaca-kaca, ehh pas ngomong malah nangis, sekarang mereka pelukan.. Ketulusan ibu juga ikhlas, walau Sita “seperti itu”. Kita berdua, dan tentunya Sita itu, secara fisik sangat jauh dengan apa yang Ibu harapkan sejak dulu, dari guenya saja sudah seperti ini dan secara otomatis pasangan kita seperti ini. Ini logika gue tentang Jodoh manusia, dimana yang jadi peran utama tetaplah laki-laki. Kalau laki-lakinya buruk kayak gue, kalau memang jodoj pasti mendapatkan perempuan yang sama buruknya dan sebaliknya pula. Misal contoh, orang baik mendapat orang buruk pasti salah satunya kalah. Selain dari jodoh yang sudah ditetapkan sang pencipta..
Hmm, sampai beberapa waktu mereka berdua tangis menangis.. Ibu berusaha ikhlas dengan keputusan anaknya, dengan keadaan yang ada. Ibu juga berusaha siap dengan segala cibiran, omongan, gunjingan bahkan cacian dari rekan kerjanya, dari tetangga atau lainnya. Sitaa juga sama, dia juga harus menjalani semua konsekwensi yang diberikan “mereka” keluarganya.. Jadi, gue harus bertanggug jawab dengan semua ini, minimal menemani hari-hari mereka dan ada dikehidupan mereka setiap waktu, Insya Alloh..
Quote:
Berlalu dari itu kita kembali ke posisi masing-masing.. Sitaa gue ajak keluar, refresh aja sore hari sambil menunggu maghrib..
**
Diubah oleh astri.beloved 18-12-2015 16:04
0








